Chapter 16

1.7K 268 23
                                    

~Happy Reading~

Ruang osis yang sudah beberapa bulan tidak diisi dengan tawa ke empat lelaki itu, kini kembali ramai dengan suara suara teriakan dari Jico yang bermain game di ponselnya, petikan gitar yang tengah dimainkan Yoga, dan suara musik dari ponsel Juna yang tengah memejamkan mata menikmati alunan lagu.

"Gue balik duluan, Hari ini dokter bakal periksa perkembangan nyokap" Ujar Titan, berjalan ke luar ruangan sambil menenteng tas nya.

Dengan terburu buru Jico bangkit dari duduknya dan mengambil tas beserta jaket miliknya."Gue susulin dia" Pamit lelaki itu segera mengikuti Titan yang sudah menghilang dari balik pintu.

Keheningan menyelimuti Juna dan Yoga, hanya suara yang dihasilkan dari gitar dan musik lah yang menggema di dalam ruangan itu.

Ketukan pada pintu mengambil alih atensi dua anak manusia yang sedang fokus pada kegiatannya. Keduanya secara bersamaan melihat ke arah pintu, tampak dua orang gadis yang berdiri dimana salah satunya melipat tangan di dada dengan ekspresi datar.

Yoga meletakkan gitarnya lalu bangkit berdiri, "Kenapa?" Tanyanya dingin.

"Kita ada janji kalau lo lupa, gue uda nungguin dari tadi tapi lo asik banget disini mainin tuh gitar" Sinis Jea.

Entah kenapa Yoga merasa gadis ini semakin menjauhi dan jutek kepadanya, bahkan kesalahan kesalahan kecil yang ia lakukan saat rapat osis pun, selama beberapa hari ini selalu mendapat kritikan pedas dari mulut Jea. Sudah biasa memang melihat dari seberapa tidak akurnya mereka, tapi kali ini Yoga bisa merasakan kalau semua kalimat pedas itu tidak seperti kalimat kalimat biasa yang Jea gunakan untuk memancing perdebatan dengannya. Semua kemarahannya akhir akhir ini selalau tidak ber alasan.

"Sorry, gue lupa" Yoga menyimpan gitarnya dan mengambil tas bersiap untuk pergi.

Hal itu langsung dihadiahi pertanyaan dari Juna yang sudah mematikan musiknya sejak tadi.
"Lo nggak ada bilang ke gue, kalau hari ini ada janji soal osis?"

"Lo budek? Gue kan uda bilang kalau gue lupa! " Sarkas Yoga yang mendapat tatapan kesal dari Juna. Sangat menyebalkan memiliki sahabat bermulut tajam seperti Yoga.

Juna menatap perempuan berambut coklat terang yang berada disamping Jea. "Lista ikut kalian?" Tanyanya, tapi kali ini lelaki itu melemparkan pertanyaannya pada gadis yang sejak tadi berdiri di depan pintu sambil melihat tangan di dada.

"Dia nemenin gue" Jawab Jea.

"Yoga kan bawa motor, kalau lo sama Yoga terus Lista gimana?"

"Dari zaman batu juga biasanya Jea bareng gue naik taksi, temen lo yang naik motor. Mana mau Jea kalau cuma berduaan sama Yoga" Kali ini Lista ikut membuka suara, namun jawaban gadis itu membuat Jea mendelik sebal. Bagaimana bisa Lista melontarkan kalimat terakhirnya tanpa rasa bersalah. Mulut sahabat satunya ini seperti ember!

"Gausah basa basi, Lo bareng Lista aja nyusul gue sama Jea" Celetuk Yoga

Wajah Juna memerah, Apa se keliatan itu kalau dia ingin ikut dengan mereka mengantar Lista? Tapi Juna fikir ini juga demi kepentingan dirinya, Yahhh....Hitung-hitung membantu proses pendekatan ia dengan Lista.

STORY WITH MANTAN {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang