Chapter 32

3.3K 308 108
                                    

~Happy Reading~

Suasana berkabung masih terasa mengisi sebuah rumah besar milik Irena dan Jonathan. Shirren sempat di pulangkan dari rumah sakit untuk di bawa ke rumah mereka lebih dulu sebelum di makamkan atas perintah Hanin, sang mamah. Saat ini semua para pelayat termasuk teman-teman Juna dan Jihan sudah kembali pulang terkecuali Titan dan Yoga yang masih duduk di samping Juna dengan ekspresi tak terbaca.

"Juna kamu mau kemana?" Tanya Hanin saat melihat anak dari mantan suaminya itu bangkit berdiri dan berjalan begitu saja ke arah kolam renang di sisi luar rumah tanpa membalas pertanyaannya.

Tangan Jayden terkepal. Juna memang sangat tidak tau diri, disaat mereka sangat memperhatikan dia dan Shirren, lelaki itu masih saja bersikap semena-mena dengan mamahnya dan juga Jihan sejak tadi. Jika saja bukan karena keinginan sang mamah dan Jihan, Jayden sudah menolak mentah-mentah untuk membawa jasad wanita selingkuhan papahnya itu masuk ke dalam rumah milik Irena.

Jayden menaikan zip pada jaketnya sambil mengarahkan pandangannya pada Jihan yang tengah menatap kearah Juna pergi. "Itu orang yang lo bilang bakal tinggal di rumah kita Ca? GAK TAU DIRI!!" Tekan Jayden pada tiga kata terakhirnya.

"Jayden jaga bicara lo, kalau Juna denger gimana?" Sentak Jihan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jayden jaga bicara lo, kalau Juna denger gimana?" Sentak Jihan.

"Biarin, biar dia tau diri! Udah di tolong bukannya terimakasih malah seenaknya aja sama mamah"

"Iya tapi lo gak harus ngomong gitu juga Jay, kita bisa bicara baik-baik kan sama Juna biar dia bisa nerima kita sebagai keluarga barunya?"

Jayden tersenyum smirk sambil memutar bola matanya merasa jijik dengan ucapan kakaknya barusan. "Bukannya kita ya, yang seharusnya berusaha nerima dia di keluarga ini? Gak kebalik?"

"Terserah! tapi cara lo itu jauh dari kata sopan tau gak?! Gue tau perasaan lo gimana karena posisi kita sama Jay, sama-sama tersakiti. Tapi seenggaknya lo ngertiin posisi Juna, dia baru aja kehilangan mamahnya"

Tanpa sadar Iren tersenyum tipis. Ia bangga pada Jihan, adik perempuannya ini sudah bisa bersikap dan berpikir lebih dewasa seperti permintaannya dulu. Jihan sudah bisa memberi contoh yang baik pada Jayden yang sampai sekarang masih sangat keras kepala dan dingin.

"Lo bodoh karena selalu coba nuruti perintah dan kemauan papah lo itu" Sinis Jayden tiba-tiba, yang Jihan sendiri tau kemana arah pembicaraan adiknya itu.

Jihan memang sudah memberi tau mereka semua soal permintaan sang papah yang menginginkan mereka menerima Juna dan mamahnya. Semua hampir menolak jika saja Jihan tidak membujuk sang mamah untuk menuruti kemauannya kali ini. Karena Hanin sudah memutuskan, maka mau tidak mau mereka semua harus bisa menerima Juna untuk masuk di dalam keluarga ini.

STORY WITH MANTAN {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang