Chapter 29

2.6K 276 171
                                    

~Happy Reading~

"Ayo pulang sekarang!!"

Tangan Jihan tertarik kasar untuk berdiri membuat seluruh mata menatap padanya dengan wajah kaget dan spontan ikut berdiri. Hanin yang menjadi orang paling terkejut dengan kehadiran mantan suaminya itu masih diam ditempatnya berdiri coba mencerna keadaan, Dia tidak menyangka Bramantyo akan bertemu dengan mereka di sini.

Inilah kenapa dia menolak saran Jayden untuk bertemu di luar rumah, karena akan besar kemungkinan Bramantyo mengetahui mereka yang bertemu Jihan.

Rasa sakit akibat cengkraman dan kaki yang tidak sengaja menabrak ujung kursi karena terburu-buru dipaksa berdiri membuat Jihan meringis menahan sakit. "Awshhhh..."

"Lepasin Jihan Bram dia tidak salah. Aku yang memaksanya untuk bertemu" Bela Hanin mendekati putrinya berusaha melindungi Jihan.

Namun Bram bukanlah orang yang mudah di kendalikan. Emosi yang cukup banyak menguasai diri membuat dia memilih mengabaikan ucapan Hanin dan kembali menarik Jihan untuk segera pergi.

Langkah lebarnya terhenti kala Hanin muncul di depannya menghalangi kepergian mereka. Hal itu sontak menambah kemarahan di dalam dirinya.

'Brugh'

Tubuh wanita paruh baya itu jatuh terduduk di lantai saat dengan sekali sentakan Bramantyo menyingkirkan dia dengan hanya menggunakan sebelah tangan. Pandangan para pengunjung restauran kini terpusat pada mereka, Bramantyo sangat mengerikan jika sudah lepas kendali terhadap emosi yang pria itu miliki.

Melihat perlakukan kasar Bramantyo, Iren dan Jonathan beserta Rani menghampiri Hanin untuk membantu wanita itu berdiri.

Sorot penuh kecaman terlihat dimata Rani. Sebagai orang terdekat Hanin dia tidak terima sahabatnya diperlakukan layaknya binatang seperti ini. "Kurang ajar kamu!! Berani sekali memperlakukan sahabatku dan putrinya dengan kasar, Saya bisa saja melaporkan kamu atas tindakan kejahatan mu ini!!" Bentaknya menggebu-gebu.

"Silahkan laporkan saya, karena Jihan adalah putri saya yang berarti menjadi hak saya, Jadi terserah saya ingin berbuat apa pada dia. Tidak perlu ikut campur kamu Janda, sekarang status kamu dan sahabat mu itu tidak ada bedanya!! Jadi stop bertingkah seolah kalian masih memiliki harga diri untuk sekedar mengatai saya"

Semua mata membulat terkejut atas lontaran kalimat tajam Bramantyo yang tidak memiliki adab. Kesopanan seperti apa yang pria itu bicarakan selama ini? Dia bisa mengomentari tentang kesopanan anak-anaknya juga sang mantan istri, tapi lupa bercermin bahwa sikap sopan yang ia miliki tidak lebih baik dari dari mereka.

Perkataan Bramantyo sukses mengundang bendera perang oleh seorang remaja lelaki yang kini mengepalkan tangannya erat berusaha meredam amarah. Mamahnya, satu-satunya keluarga yang saat ini Titan punya telah dihina sedemikian rupa oleh pria tidak tau diri di depannya.

Dengan santai Titan merenggangkan leher ke kanan dan kiri lalu berjalan perlahan mendekati Bramantyo. Dia senang ber main-main dengan api, sepertinya Bramantyo belum mengetahui bagaimana kemarahan seorang Titan saat melihat orang tersayang nya di hina seperti tadi. "Om barusan hina mamah saya?" Tanya nya dengan suara datar juga tatapan dingin.

"Owh ternyata Janda itu mamah kamu? Pantas saja Hanin sudah memperbolehkan putri saya untuk bertemu dengan mu. Ternyata kamu putra dari sahabatnya"

STORY WITH MANTAN {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang