Bismillahirrahmanirrahim
JANGAN BACA CERITA INI PADA WAKTU SHALAT DAN JADIKAN AL QUR'AN SEBAGAI BACAAN UTAMA!!!!
Jangan lupa tinggalkan jejak, author sangat mengharapkan voment dari para readers sekalian***
" hehe... Pendek ternyata" ejek Afnan
"Hei... Bapak jangan sekata kata ya pak, mentang mentang bapak tinggi? Heh... Tinggi aja bangga. Nggak perlu tinggi badan pak, yang penting itu tinggi iman" ujar fifi yang membuat Afnan takjub untuk ke sekian kalinya
Hiks... Mama...... Hiks hiks...
Mama...... Hiks... Mama.... Hiks...Tiba tiba ada suara anak balita dari dalam salah satu kamar di lantai atas. Afnan pun segera berlari ke atas untuk menghampiri bayi itu, meninggalkan fifi yang kebingungan dengan seribu pertanyaan yang memenuhi kepalanya.
Dan... Ya, daripada kebingungan fifi melanjutkan aksi masaknya, tapi ada yang berbeda kali ini. Fifi tak henti hentinya mendengar suara balita yang menangis tadi. Tapi fifi tak menghentikan kegiatannya. Hingga kini semua bumbu sudah masuk ke dalam wajan yang sudah terletak di atas kompor
" sayang... Udah dong jangan nangis lagi ya, nanti kita beli mainan baru" ujar Afnan sambil menghampiri fifi dengan balita yang ada digendongannya, dan balita itu masih setia dengan tangisnya memanggil mamanya. Fifi pun menoleh ke belakang, tepatnya ke arah Afnan dan balita itu
" anak mas?" tanya fifi
" ee.. Sembarangan kalau ngomong. Logika aja nih ya kalau saya udah punya anak, ngapain saya dijodohin sama kamu? Ini adek saya"
" o ternyata kamu juga punya adek. Yaudah deh maaf ya mas" ujar fifi cengengesan.
" iya dungs. Nggak mungkin mama mau ninggalin kita disini cuma berdua doang. Yang ada malah menimbulkan fitnah"
" iya juga sih"
Beberapa detik kemudian Afnan pun duduk di kursi meja makan yang tak jauh dari tempat fifi memasak.
Sejenak mungkin fifi bisa meninggalkan rendang nya yang udah mulai keluar minyaknya, atau dalam bahasa minang bisa disebut dengan tahapan udah jadi Kalio.
Fifi pun berlutut di hadapan Afnan, mensejajarkan posisi dirinya dengan balita yang duduk di atas paha afnan, yang masih tak bisa berhenti menangis. Sontak Afnan pun terkejut dengan perlakuan fifi
" sayang... Kakak boleh nanya nggak? Nama kamu siapa cantik?" tanya fifi lembut pada balita mungil itu sambil mengusap usap rambutnya
" aya hiks..."
" naura namanya" ujar afnan
" oo... Naura, eh aya jangan nangis lagi ya, aya kan udah cantik, jadi kalau nangis cantiknya ilang yakan?"
" iya aya mau cantik juga kayak kakak cantik" ujar naura yang mulai berhenti dari tangisnya
" yaudah aya janji dulu sama kakak, jangan nangis lagi ya sayang? Kan kita sama sama cantik " ujar fifi sambil mengacungkan kelingkingnya, dan aya pun langsung menautkan kelingkingnya pada kelingking fifi, fifi dan Afnan pun sama sama tersenyum.
" tos dulu dong" ujar fifi sambil menghadapkan telapak tangannya pada aya. Aya juga langsung mentoskan tangannya pada fifi, sambil berkata
" sama sama cantik" fifi pun dibuat gemas olehnya.
" pintar juga kamu nenangin naura" ujar Afnan
" o iya dungs, kan sama sama cantik" balas fifi
" eh aya mau nemenin kakak masak?"
" nggak aya mau main aja di yuang tengah"
" yaudah, kakak masak dulu ya, aya main sama abang"
" nggak abang nemenin kakak aja di dapul, bial aya main cendiyi aja" ujar aya sambil lari ke ruang tengah.
" eh aya..." panggil fifi
" udah biarin aja, aya emang biasa kayak gitu, main sendiri dan nggak mau ditemenin, dia nggak bakalan takut kok, asalkan selalu ada murotal yang nemenin dia"
" Masya Allah... Aya emang anak baik baik, masih kecil aja udah suka dengerin bacaan Al Qur'an" puji fifi
" iya dungs" ucap afnan
" beda sama abangnya"
" fi..." tegur Afnan yang ditanggapi dengan lari oleh fifi
***
Karena aya nyuruhnya Afnan nemenin fifi, makanya Afnan setia di dapur walaupun cuma gabut doang.
" Masya Allah... Harum banget dah. Kayaknya Kamu beneran orang minang deh. Nggak bakalan diragukan lagi ini mah" puji Afnan" ih... Apaan sih mas, ya orang minang beneran lah, masa diragukan sih" ketus fifi agak kesal.
" yaudah aku mau makan"
" aku ambilin piring, kamu ngajak aya kesini" perintah fifi
" siap nyonya"
Fifi pun mengambil piring dan Afnan langsung menjemput aya buat makan
" aya nggak mau makan..... Abang..." bantah aya dengan wajah memelas plus nada manjanya.
" aya harus makan ya dek, biar cepet gede, biar .... Cantik kayak kak fifi " bujuk afnan
" aya sayang, kok nggak mau makan? Makan ya" kali ini fifi yang membujuk aya
" nggak mau!!" bantah aya sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Fiks seperti orang merajuk.
" loh..kok gitu?" heran fifi
" aya baru aja sembuh, beberapa hari yang lalu aya demam, dan semenjak demam itu dia belum pernah makan nasi" jelas afnan
" Astaghfirullahaladzim dek, makan ya.. Sayang, biar kakak yang suapin kamu, kakak jamin pasti enak,"
" nggak kakak cantik, aya maunya main aja"
" e...kita makannya sambil main ya sayang"
" ih apaan sih, fi masa makan sambil main, ada ada aja deh" balas Afnan
To be continue
JANGAN BACA CERITA INI PADA WAKTU SHALAT DAN JADIKAN AL QUR'AN SEBAGAI BACAAN UTAMA!!!!
Jangan lupa tinggalkan jejak
Author sangat mengharapkan voment dari para readers sekalian
Dan bagi yang udah voment author ucapin terima kasih yang sebanyak banyaknya. Dan tetap kasih voment untuk selanjutnya ya readers...
Tetap ikutin ceritanya yaa.....Karena kalau ada vote sama comentnya author jadi semangat buat update ceritanya
Makanya jangan lupa voment...
Oke!!??
See you to the next chapter readers setiaku

KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR DOSEN BUCIN KULKAS [SUDAH TERBIT]
EspiritualBismillahirrahmanirrahim Assalamu'alaikum warhamtullahi wabarakatuh فَاذۡكُرُوۡنِىۡٓ اَذۡكُرۡكُمۡ وَاشۡکُرُوۡا لِىۡ وَلَا تَكۡفُرُوۡنِ Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku...