Chapter 02.

1K 122 5
                                    


***

"Rafael! Awas lo, ya!" Minara langsung mengejar El yang sedang berlari ngos-ngosan.

Minara berhenti di sudut lorong, melihat gelagat El yang aneh mencari tempat persembunyian. El menoleh ke belakang, ke depan, ke samping memastikan bahwa Minara tidak mengejarnya lagi. Kemudian dia masuk dengan langkah cepat.

Berpura-pura tidak tahu bahwa El sedang bersembunyi di balik pintu kelas. Ayolah! Orang bodoh pun pasti melihat kaki El yang tidak tertutupi pintu. Bodoh!

Minara menggebrak pintu dengan kencang, sampai-sampai El terdiam lalu merosot di lantai. El pingsan.

"Woi! Bangun, cupu amat. Baru digituin!" Minara menampar-nampar pipi El walaupun tidak terlalu keras.

"Woahhh! Minara peduli sama El?" Minara mundur ke belakang ketika El tiba-tiba saja bangun.

Kemudian menendang kaki El yang sedang cengengesan.

"Maafin El," ujar El dengan wajah tanpa dosa.

"Mau gue maafin?" tanya Minara yang langsung kembali melipat tangannya di depan dada. "Ikut gue," ajak Minara menuju ke kelas anak IPS yaitu kelas Arkan, cowok yang sudah membuat Minara ingin mengacaukan hidupnya.

Sepanjang perjalanan menuju kelas Arkan, Minara menarik tangan El untuk mengikutinya. El senyum-senyum sendiri, merasa mereka sedang berjalan bergandengan tangan. Minara menoleh ke belakang, dan langsung menghempaskan tangan El kasar.

"Arkan ... Ada?" Sesampainya di kelas Arkan, Minara langsung bertanya kepada ketua kelas yang kebetulan tidak istirahat.

Ketua kelas itu menggeleng kaku, takut berhadapan dengan Minara. Tak lama setelah itu, datang seorang cowok dengan seragam yang sudah keluar dari celana.

"Min?" Arkan nampak terkejut, memutuskan untuk kabur. Namun sayang, langkahnya terlebih dahulu dijegal Minara. Membuatnya jatuh mencium lantai!

"Datang juga lu, Arkana Mahatma." Minara lalu menjulurkan tangannya untuk membangunkan Arkan, tetapi ketika Arkan meraih dia langsung melepaskannya yang membuat Arkan terjatuh dua kali.

Selesai Arkan berdiri dia langsung mendorong Minara sekuat tenaganya hingga membuat Minara hampir terjatuh, tetapi El langsung menangkapnya. "Mau lo apa hah?!" tanya Arkan yang sudah muak dengan kelakuan Minara.

"Gue ingin jadi anggota Altair!" jawab Minara yang disahuti gelengan Arkan.

"Lo cewek Min, gak bisa." Pasalnya Arkan tidak ingin gengnya akan dicap lemah karena hanya mempunyai anggota seorang cewek.

"Oke, fine, siap-siap lu gak akan tenang!" teriak Minara lalu pergi meninggalkan Arkan, tak lupa menarik tangan El yang sedari tadi hanya diam.

Sesampainya di dalam kelas, Minara langsung mendaratkan bokongnya ke kursi karena bel sudah berbunyi. Namun belum sempat, wali kelasnya sudah datang, menyuruhnya untuk ke ruang BK.

"Saya ingin, anak itu dihukum seberat-beratnya!" ujar ayah Eva ketika Minara datang.

"Dia telah membully anak saya!" sambung ayah Eva ketika Minara duduk di hadapannya, tak lupa menunjuk Minara.

"Lah? saya cuman bantu bersihin makeup anak bapak kok." Minara menyesap teh yang ada di meja, seharusnya itu untuk ayah Eva. Daripada mubazir, lebih baik diminum, kan?

"Orang tua kamu mana hah?!" Melihat Minara seperti itu, membuat emosi Ayah Eva membludak.

"Anu-lagi kerja," jawab Minara seraya menatap sang wali kelas yang hanya menyimak tanpa memikirkan dirinya.

"Ah-iya orang tua Minara kerja diluar negri, untuk hukuman biar kami yang hukum," jelas wali kelas yang membuat Ayah Eva menghela nafas pasrah lalu pergi dari ruang BK.

Selesai itu, Minara pun keluar dari ruang BK bersamaan dengan Eva yang menatapnya sinis. "Gue bingung, setiap lu buat masalah gak pernah dihukum!" ujar Eva yang merasa tidak adil.

"Karena ... Gue gak salah," jawab Minara seraya menjulurkan lidahnya lalu berlari secepat mungkin untuk kembali ke kelas.

Minara pun mengikuti pelajaran, namun ketika sang guru menjelaskan dia malah tertidur, baginya sekolah adalah tempat tidur yang paling nyaman dan ketika guru menjelaskan rasanya dia sedang di dongeng-i cerita.

(Vote+comen jangan lupa)

Minara [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang