Chapter 12.

562 85 3
                                    

"Jorok banget lu Ra,"

"Apa sih itu?"

"Bau banget, gilaaa,"

Dan masih banyak lagi ucapan murid-murid yang telah melihat isi loker milik Neera. Neera hanya bisa menunduk dengan menangis. Ia tahu siapa pelakunya, namun tak ada bukti satupun yang mengarah.

"Kenapa woy!?" teriak Minara yang baru datang, seolah dia tidak mengetahui apapun.

"Anjing! Kok bisa?" sambung Minara ketika melihat isi loker milik Neera seraya memegang hidungnya yang mencium bau bangkai menyeruak.

Terlihat, sebuah bangkai tikus yang sudah mati, bahkan darah tercecer dimana-mana menodai buku dan gelang Neera yang ada di loker. Lalu, disamping tikus, ada sebuah kertas yang bertulis dengan spidol berwarna merah.

"Mau level berapa, Neera? Masih level satu ini mah. Gimana ingatan lu waktu SMP? Gue disuruh makan makanan basi!"

Setelah itu, guru pun datang dan langsung memeriksa loker milik Neera dan membersihkannya.

"Semua lu kan yang ngelakuin!" tuduh Neera seraya menunjuk Minara yang sedang memakan camilan.

"Eh! Gue juga takut tikus kali," jawab Minara yang mengingatkan Neera pada masa SMP nya.

Flashback on

"Min, sini dong," ujar Neera seraya melangkahkan kakinya menuju Minara yang sedang menghadap kedalam kelas. Minara pun menoleh dan langsung mendapati Neera yang sedang membawa sebuah bangkai tikus didalam plastik. Dengan sigap, Neera melemparkan nya menuju wajah Minara. Minara langsung berlari seketika dan menghindari lemparan bangkai tikus itu. Namun-

"Aaaaa," teriak Minara ketika tangan nya ditarik oleh Neera, lalu disusul lah Neera yang sedang menyuapi Minara dengan sebuah Nasi basi yang mereka temukan di tong sampah. Dengan amat terpaksa, Minara menelan itu semua.

Flashback off

Neera menggelengkan kepalanya ketika mengingat masa SMP, lalu beralih menatap Minara yang masih santai memakan camilan.

"Min, kalo kalian ada masalah selesain secepatnya," ujar Ziva seraya mengambil camilan milik Minara.

"Selesain? Bahkan dia sudah hampir merebut nyawa gue!" jawab Minara yang langsung meninggalkan kelas. Tak ada kah seorang yang memihak nya? Tak ada kah orang yang peduli? Mengapa mereka selalu menatap iba terhadap Neera?

***

Disinilah Minara sekarang. Lagi dan lagi, Minara harus ke ruang BK, mungkin satu hari saja tidak bisa kah para-para guru membebaskan nya? Tidak muak kah mereka selalu melihat wajah Minara?

Terlihat ada Minara, Neera, El, dan Dika yaitu murid yang ada pada sore hari ralat, Minara, El, dan Dika adalah orang yang di curigai para guru-guru.

"Jelaskan, kalian ngapain pada sore hari yang seharusnya waktu pulang," ujar sang guru sembari mengusap punggung Neera yang sedang menangis.

"Saya latihan olimpiade bersama El," jelas Dika yang disahuti anggukan guru. "Tapi setelah saya pulang, El masih di sekolah."

"Saya menemukan Minara yang pingsan, ralat saya kira," jawab El lagi yang membuatnya tambah rumit.

Namun, sedari tadi guru ingin mendengar penjelasan Minara yang tak bersuara walaupun bukti mengarah padanya.

"Saya baru ingat, kalau Minara ngambil kunci cadangan loker." Beritahu wali kelas Minara yang baru datang. Semua menoleh kehadapan Minara yang masih berdiam tak bergeming.

"Tuh kan, emang Minara," lirih Neera yang membuat semua memandang sinis terhadap Minara.

"Percuma saya bilang, semua pasti nuduh saya kan?!" teriak Minara seraya meninggalkan ruang BK dengan menangis.

(Vote+comen jangan lupa)

Minara [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang