Chapter 18.

557 83 5
                                    

Hari telah berganti, Minara masih tetap terkurung di ruangan tersebut. Sesekali Arkan melihatnya, kemudian menaruhkan makanan. Ayahnya sendiri bahkan beranggapan Minara sedang menjadi gembel di jalanan. Tidak ingin memusingkan apapun.

Kini keadaan kelas sedang ramai, ada yang berteriak, menyanyi, seperti merayakan Minara tidak hadir. Mereka bahagia, sangat.

"Semua bisa diam?!" Wali kelas mereka langsung menghampiri. Di sampingnya ada seorang anak laki-laki sedang memakai hoodie hitam.

"Bu Arni itu siapa?" tanya Eva.

"Kalian kedatangan murid baru pindahan SMA Cemara, namanya Saddam Ramirez. Silahkan perkenalkan dirimu."

Saddam membuka penutup kepalanya. "Perkenalkan apa? Bukankah Ibu sudah memberi tau nama saya?"

Bu Arni nampak terdiam, tersenyum. "Kamu bisa memperkenalkan apa aja, seperti hobby kamu misalnya?"

Saddam tersenyum sinis. "Nama gue Saddam Ramirez, ada yang mau ditanyakan?"

Semua murid terdiam, mengingat bagaimana perlakuan Saddam tadi ke Bu Arni. Saddam pun memilih untuk menempati bangku kosong, di samping Minara. Bangku kosong yang sama sekali tidak ingin ditempati siapapun.

"Bu Tuti yang mengajar Kimia sedang ada keperluan, beliau memberikan soal untuk dikerjakan, ketika selesai tolong kumpulkan ketua kelas di meja saya. Harap tenang!" Bu Arni menyerahkan soal ke Dika lalu pergi keluar kelas.

Setelah Bu Arni keluar, beberapa murid perempuan menghampiri Saddam.

"Istirahat nanti mau jalan sama aku?" Pertanyaan Eva membuat Saddam merasa risih seketika.

"Lo kok mau banget duduk sama Minara?" cibir Neera yang langsung diberi tatapan sinis dari Saddam. "Lo kenapa sih? Ah sepertinya Lo berdua sebelas dua belas ya gess."

"Minara kemana?" tanya Saddam.

"Kayaknya bolos sih," jawab Dika yang sedang menulis di papan tulis.

"Eh tapi udah dari kemarin." Beritahu Ziva yang sama sekali tidak dipedulikan siapapun.

Mereka nampak tidak ingin ambil pusing.

"Bener juga sih, semalas-malasnya Minara dia pasti hadir walaupun bolos." Dika menyetujui ucapan Ziva.

"Tapi bagus tau!" Perkataan Neera disetujui yang lainnya. Ziva dan Dika hanya menggedikan bahu.

Saddam sedari tadi terdiam, ia langsung berdiri. "Gue mau ke WC."

"Loh, emang dia tau WC dimana?" tanya Eva disaat Saddam keluar dari kelas. "Dia juga nanyain Minara dimana. Apa mereka sekongkol?" Sudah kebingungan dengan soal, ditambah dengan anak baru.

Dilain tempat, nyatanya Saddam sama sekali tidak ke WC. Ia malahan melangkahkan kaki di bawah tangga roop top, sebuah ruangan kosong.

Ia ingin menemui Minara, ingin menagih janjinya.

Dengan kekuatan penuh, Saddam mendobrak ruangan tersebut. Ketika terbuka, ia mendapati Minara sedang tertidur dengan mata sembab bekas menangis.

Saddam menepuk-nepuk pipi Minara, ketika Minara membukakan matanya ia langsung kaget kemudian mendorong Saddam.

"Lo-lo Saddam?!"

"Gue bisa ngelakuin hal nekat apapun, Min."

"Lo ngapain kesini, bego! Lo mau ketahuan?" Minara langsung berdiri. "Dan juga, kenapa Lo pakai seragam SMA Aksara?"

"Kejutan! Gue jadi murid di SMA Aksara!"

Mendengar ucapan Saddam membuat mata Minara melotot seketika.

"Gue siap bantu Lo kapan aja, Min. Karena gue udah sekolah di sini."

Tanpa sadar, di ambang pintu Arkan sedang berdiri dengan membawa kantong kresek berisi makanan.

"Arkan!"















(Vote+comen jangan lupa)

Minara [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang