Chapter 06.

662 95 3
                                    

***

Minara sedang mengikuti upacara hari senin. entahlah, mengapa hari ini begitu ketat, bahkan Minara tidak diperbolehkan memakai jaket.

Pandangan Minara beralih ke depan. Tampak ayahnya—pak Dimas sedang mengisi podium. Ternyata beliau sedang menjadi pembina. Ayolah, itu makin membuat Minara bosan, semua itu hanya pencitraan!

Minara mencoba beralasan ke UKS karena sakit, sampai-sampai berdebat dengan Bu Tuti. Iya emang Bu Tuti mengetahuinya anak kepala sekolah, tetapi beliau masih menerapkan prinsip keadilan. Guru kesiswaan itu sungguh tidak bisa dibohongi!

Dengan terpaksa, Minara beralih ke barisan. Namun bukan Minara namanya jika tidak melakukan hal nekat. Dia menyilet tangannya sendiri menggunakan pisau silet yang senantiasa dia selipkan di bawah kaos kaki, tepatnya dalam sepatu.

Neera yang ada di sampingnya bergidik ngeri, mencoba melangkah kaki lebih ke samping, menjauh dari Minara yang sudah menggila.

"Bu! T-tangan Saya!"

"Astaga, kau apakan itu tanganmu?!" Bu Tuti menggelengkan kepalanya.

"Ke UKS dulu, keburu infeksi." Minara mengibas-ngibas tangannya dengan sudut bibir terangkat.

"Terserah kamu lah!" Bu Tuti mengibaskan tangannya ketika melewati Minara. "Sekali lagi, jangan lakukan hal nekat!"

Minara menoleh ke belakang, melihat Bu Tuti yang sedang mengurusi siswa terlambat. Termasuk ada Arkan, Minara melambaikan tangannya yang berdarah. Seketika mata Arkan melotot dengan berbagai umpatan untuk Minara. Tanpa dia sadari, di sampingnya sudah ada Bu Tuti yang siap menjewer telinga Arkan.

Sesampainya di UKS, Minara hanya diam. Tak peduli dengan lukanya yang sudah meneteskan darah. Mencoba mengusapnya dengan tissue. Dia membuka tirai jendela UKS, yang langsung menghadap ke lapangan. Minara tersenyum, sampai terlihat ayahnya memandangnya dengan tatapan tak suka. Kembali dia tutup tirai, kemudian badannya merosot ke bawah.

Upacara pun selesai, Minara kembali ke kelas tak lupa mengambil jaketnya yang ada di loker. Menyelipkan tisu ke dalam lengan jaketnya.

"Bahas apa?" tanya Minara seraya menepuk meja lalu mendaratkan bokongnya kekursi sebelah Ziva.

"Besok gue mau kerumah Neera nih, lumayan ketemu tante Kana," jelas Ziva yang membuat Minara menggeleng seketika. "Mau ikut?"

"Sorry, gue sibuk."

"Rambut sambungan lu bagus tuh." Seisi kelas melihat ke arah rambut Neera. "Orang kaya mah bebas."

"Min, ini jaket lo. Makasih." Neera tanpa tak peduli dengan ucapan Minara.

Ketika ingin pergi, langkah Neera dijegal oleh Minara. Neera terjatuh tidak estetik sekali, membuatnya kesal. Menepuk-nepuk roknya yang pasti jadi lusuh. Seketika kemarahan Neera memuncak. "Lo apa-apaan!"

"Jaket gue kok jadi gini?!" Minara memperlihatkan jaketnya yang sudah bolong-bolong seperti habis digunting dengan asal.

"Bukan gue ya Min, Lo kalau mau balas dendam jangan gini dong!"

"Eummm, mau yang kayak gimana lagi, Neera?"

Minara menyeret Neera ke sudut kelas yang dikuti teman sekelasnya. Minara merampas makeup Eva dan langsung mengambil lipstick untuk di coretkan ke wajah Neera. Teman sekelas pun menyusul mencoret baju dan wajah Neera.

"Min! Udah!" teriak Ziva mengingatkan.

"Cepetan ke WC!" suruh Minara seraya mendorong Neera. Neera yang terdorong tiba-tiba terdiam tak melanjutkan langkahnya. Dia menoleh ke belakang sebentar, mendapati Minara yang tersenyum iblis.

Pelajaran pun dimulai, Minara kembali menelungkup kan tangannya di meja. Tidak tertidur sih, hanya terpejam menunggu gurunya menegur. Sepertinya Minara memang haus perhatian.

Bel pun berbunyi menandakan waktu istirahat, El pun ingin mengajak Minara untuk kekantin. "Min! Kantin yuk!"

Didalam kelas hanya ada Neera yang melihat Minara dan El. Kemudia neera tersenyum, membuat langkah untuk menghancurkan Minara.

"Bentar, satu menit," jawab Minara seraya mengucek matanya. Pasalnya guru yang mengajarinya di kelas tidak membangunkannya, tampak tak peduli.

Mereka berdua pun pergi ke kantin dan memesan makanan lalu dibawa ke rooftop. Minara dan El makan dengan lesehan.

"Padahal si Neera gak salah," ucap El yang membuat Minara menyipitkan matanya. "Karena sebenarnya Minara punya dua jaket kan? Yang satunya di gunting." Minara tertawa.

Memang seperti itu, karena dia membuat seisi kelas melihat Neera yang sedang terjatuh, tak melihat dirinya yang menukar jaket itu.

"Kenapa El tahu? Karena El selalu memperhatikan Minara," sambungnya yang membuat gelak tawa makin menjadi, hingga tanpa sadar Minara menepuk pundak El.

"Gue cuman ngajarin mereka, bahwa selamanya bukti itu tidak selalu benar," jawab Minara ketika selesai tertawa dan melanjutkan makannya.

(Vote+comen jangan lupa)

Minara [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang