Chapter 03.

870 120 4
                                    

[Tahap Revisi]

***

Dekripsi untuk kata rumah, bagi Minara adalah kata lain dari sebutan neraka. Tak ada ibu yang menyambutnya hangat setelah pulang sekolah, tak ada ayah yang selalu menanyai tentang kegiatan sekolah. Minara sendiri dengan sunyi, ataupun jika ayahnya datang, hanya siksaan yang ia bawa. Sedangkan ibunya? Sudah pasti tidak peduli dengan hidup Minara. Memang, Minara lahir karena perbuatan aib. Setelah menikah, kedua orang tuanya bercerai.

Ketika Minara membuka pintu, sambutan tamparan keras dari ayahnya menganggetkan Minara, rasa sakit menjalar dari pipi ke hatinya.

"Satu hari saja! Jangan buat masalah!" Ayah Minara menekan kata masalah. Pasalnya jika ada masalah, di situ pasti ada Minara.

Mengapa ayah Minara mengetahuinya? Karena ayahnya yang bernama Dimas Falendito adalah kepala sekolah SMA Aksara, tetapi  tak ada satupun orang yang mengetahui bahwa Minara adalah anak kepala sekolah, hanya beberapa guru saja.

Minara mencoba menahan tangis, memandang Ayahnya lalu berusaha untuk tersenyum. "Percuma jadi lemah." Dia melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Ayahnya yang masih tersulut emosi.

Minara ingin sendiri, ingin jauh dari kehidupan manusia. Namun Minara tahu, bahwa nyatanya dia makhluk sosial.

Selesai berganti pakaian, Minara keluar dari kamar. Namun ketika hendak melangkahkan keluar, ayahnya langsung menariknya ke ruang kerja. Dan langsung mencambuk Minara dengan sebuah rotan. Minara tahu, ayahnya sedang melampiaskan kekesalan kepada anak sendiri.

"Sekali lagi kamu buat masalah, saya tidak segan-segan untuk mengirim mu ke Jerman!" ancam nya lalu pergi meninggalkan Minara yang sudah tak mampu menahan tangisan.

Kakinya sudah lebam membiru, Minara bingung bagaimana menutupinya. Memikirkan ucapan ayahnya? Mustahil, dia bahkan tetap di sini untuk terus menyiksa ayahnya dari perbuatan dosa. Tunggu saja.

Minara mencoba duduk di sofa ruang kerja ayahnya, mencoba mengusap kasar air mata yang sedari tadi turun dari matanya. Selesai itu, dia pun berdiri dengan langkah pincang membuat menyenggol beberapa kertas yang ada di meja kerja ayahnya.

Mata Minara membulat kala melihat sebuah undangan yang bertuliskan nama ibunya. Kana Ayunda.

Minara hanya bisa menatap nanar undangan itu, ibunya adalah seorang model yang sedang naik daun, tetapi ibunya tak pernah sekalipun peduli padanya, menjenguk pun tidak pernah, terakhir sekitar acara kelulusan SMP. Hingga munculah rasa benci Minara terhadap ibunya.

Sekarang Minara tahu, ayahnya cemburu ibunya menikah lagi dan melampiaskan kekesalannya dengan dirinya.

Minara kembali melanjutkan jalan menuju jalan raya, tujuannya sekarang hanya ingin ke markas geng Arkan. Altair.

Setelah sampai didepan Markas Altair, banyak asap rokok menyembul keluar. Minara turun dari angkot melihat Arkan yang terkejut melihat dirinya, Minara tersenyum sinis kemudian melambaikan tangannya.

"Gue akan tetap nerror!" Minara lalu duduk di samping Arkan.

"Gak bisa, pergi gak dari sini!" jawab Arkan lalu pergi meninggalkan Minara, tetapi seribu sayang lagi dan lagi langkahnya dijegal oleh Minara.

Arkan hanya bisa menghela nafas pasrah, Minara selalu memakai jurusan andalannya. maka dari itu dia harus berhati-hati jika berlangkah.

Namun tanpa tak sengaja, Arkan melihat kaki Minara yang lebam membiru seperti baru saja dicambuk oleh seseorang, Arkan memang sering melihat seperti itu ketika tawuran.

"Gue tetap nunggu disini sampe besok!" Minara kembali melipat tangannya di depan dada.

"Siapa nih, Ar?" tanya seorang cowok yang baru datang di belakang Minara.

"El? Ngapain lu disini?" Minara menoleh.

"El Adek tiri gue," jelas Arkan yang membuatnya Minara tertawa kebodohan dirinya sendiri. Dia dan El sudah berteman dua tahun, tetapi baru sekarang mengetahui.

"Terserah Lo kalau mau percaya." Arkan melenggangkan kakinya masuk kedalam. Lalu kembali lagi keluar dengan membawa plaster untuk luka. "Nih, obatin kaki lu berdarah."

El yang kaget pun langsung mengobati kaki Minara yang mengeluarkan darah, Minara hanya tersenyum tipis, ternyata masih ada orang yang mau peduli dengannya.

(Vote+comen jangan lupa)

Minara [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang