Saddam—laki-laki itu berdiri di depan pintu dengan menyeringai lebar. Ia langsung berjalan ke arah Minara, membuat yang lainnya langsung berlari keluar karena pintu sudah tidak ada yang menghalangi.
El langsung menggenggam erat lengan Minara, melempar-lempar bangku yang ada ke Saddam yang kualahan.
El membawa Minara berlari keluar, di luar sudah banyak darah-darah tergenang. Di depan ruang guru, semua guru-guru terikat termasuk Ayah Minara sendiri.
"Ayo lari Min!"
Minara ingin menyusul Ayahnya, namun El langsung menariknya dengan sekuat tenaga. Bahkan Minara berlari bukan murni dari langkahnya.
Sesampainya di bawah tangga roof top—gudang, mereka berdua langsung memasuki ke dalam. Ternyata, Neera sudah ada di dalam sana sedang ketakutan.
El langsung mengambil beberapa kayu untuk menahan pintu.
"Kenapa jadi seperti ini hah?!" Neera berjalan mondar-mandir sambil menggigit kukunya.
Minara langsung mengarahkan jari telunjuknya ke bibir, menyuruh Neera untuk tetap diam.
"Min."
Minara mengangkat alisnya. "Apa?"
"Gue nggak tau gue harus apa." Neera menarik nafas. "Apa mungkin buat gue harus minta maaf?"
Minara terkekeh remeh. "Nggak usah menekan kata harus, cukup lo merasa bersalah aja itu udah cukup buat gue."
"Saddam itu kenapa sih?" El menggurutu kesal.
"Dia, dia ingin dipuja layaknya dewa, El. Dia bisa menghalalkan segala cara buat orang tunduk padanya," jawaban Minara membuat Neera menoleh.
"Dia punya kelainan?"
"Sepertinya, tapi bukan dia aja. Kita berdua juga gila akan sebuah ketenaran itu!"
Neera hanya mengangguk pasrah. "Polisi kemana sih?" kesalnya.
"Semalam ada peraturan baru nggak boleh bawa ponsel, kayaknya persiapan Saddam semisalnya dibohongi Minara udah matang banget sih," beritahu El.
"Ah terus gimana?! Semua guru aja diiket."
Minara langsung tersenyum, mengeluarkan ponsel dari kantongnya. "Gue ada, gue nggak tau ada pengumuman gitu."
"Ayo cepat hubungin!"
Belum sempat Minara membuka ponselnya, gedoran pintu makin keras.
"Gue tau lo di dalam, Minara!"
Minara, El, Neera langsung mundur ke belakang kala pintu terlihat makin tidak kuat menahan seberapa banyak orang diluar sana.
Keringat dingin langsung bercucuran, apalagi Minara yang sedang sangat ketakutan. Dia dikejar seseorang yang sangat tidak waras. El yang melihat itu langsung mencoba memeluk Minara.
"Kita tetap diam disini?" El mengangguk. "Sedangkan mereka sedang mempertaruhkan nyawa!"
Neera hanya bisa terdiam meratapi nasibnya, rasa bersalah itu kian muncul membuat kepalanya pusing.
"Gue akan bunuh lo segera, Min!" Bertepatan dengan itu, pintu langsung roboh.
"Wahh seru banget pelukan!" Saddam datang dengan tangannya membawa sebuah pistol.
Minara kaget, langsung melepaskan dirinya dari El.
"Ada yang udah baikan, terus seenaknya menyesal." Saddam menyindir Neera. "Pacar elo udah gue habisin. Eh tapi pacar bukan, ya? Sepertinya kalian tidak saling mencintai."
Neera yang hendak menampar Saddam tidak jadi kala ditodongkan pistol yang ingin menembak kearahnya.
"Lari min!" bisik El kepada Minara.
Minara tentu menggeleng, namun El terus memaksanya.
Neera yang melihat Minara keluar dari gudang, ia langsung memundurkan langkahnya. Dan langsung berlari meninggalkan El bersama Saddam.
(Vote+comen jangan lupa)
KAMU SEDANG MEMBACA
Minara [END✓]
Teen Fiction[Tahap Revisi] Minara Faleesha--Seorang gadis yang memiliki hati kejam tak terbanding. Semua orang sering menyebutnya 'Kang bully' itulah kelakuan Minara di SMA Aksara. Namun nyatanya ... Dia adalah seorang yang memiliki sejuta rahasia, sejuta keboh...