Chapter 20.

550 77 3
                                    

Dikarenakan kelasnya masih kosong, Minara memilih untuk membersihkan badannya. Tak lupa mengambil seragamnya di koperasi dengan gratis.

Selesai bersih-bersih, Minara bertemu dengan El yang menunggunya di lorong.

"Min! Ak-aku-"

"Bentar lagi bel pulang." Minara memperlihatkan jam tangannya.

El hanya bisa mengangguk, mengikuti Minara dari belakang. Langkah Minara terhenti di depan kelas, ia langsung menoleh ke El.

"Lo mau minta maaf, kan?" tanya Minara yang langsung disahuti anggukan El. "Nanti pulang sekolah, ikutin gue."

"Oke!"

Entah karena ada angin apa, Minara kembali mengikuti pelajaran sekolah. Sama sekali tidak tidur. Yang malahan, Saddam disampingnya sedang tertidur pulas.

Tidak terasa, bel pulang sudah berbunyi. El sudah menghampiri Minara.

"Bentar, El."

Minara menatap Saddam yang membereskan tas sekolahnya, kemudian keluar dari kelas.

"Anterin gue ke markas Altair!" Minara berjalan terlebih dahulu.

El yang di belakangnya langsung mensejajarkan langkah. "Ngapain sih harus rela-rela jadi anggota geng itu?"

"Sebenarnya gue juga nggak mau."

"Kamu dipaksa seseorang?"

Minara menggeleng, tersenyum ke arah El yang sedang mengeluarkan sepedanya dari parkiran.

"Lest go!"

Minara terkekeh melihat El, ia langsung mendaratkan bokongnya dibelakang.

"Lo lucu tau."

El langsung menoleh. "Kamu juga lucu."

"Hah? Wajah gue nggak ada yang lucu-lucu nya tau."

"Kamu lucu kalau sedang tertawa."

Minara hanya bisa tertawa, menoyor kepala El dari belakang. El hanya bisa tertawa, sesekali menoleh ke belakang. El jujur, ia merasa beruntung melihat wajah Minara ketika tertawa.

Setelah sampai di markas geng Altair, banyak anggota yang sedang berkumpul di depannya. Ingin menyambut Minara, atau memang biasa seperti itu alih-alih di dalam.

"Welcome, Minara Faleesha!" Arkan langsung mempersilahkan Minara untuk duduk di sampingnya.

"Eiitt, gue tadi di sini ya!" Neera langsung datang merebut tempat duduk Minara. "Lo di bawah gih, nggak usah segala duduk di bangku."

Dengan mendengus sebal, Minara beralih duduk di samping El.

"Cocok banget Lo di bawah, kayak babu!"

Malas menanggapi ucapan Neera, Minara lebih memilih memakan makanan yang ada.

"Gue kira lo temenan banget sama El," celetuk salah satu anggota geng Altair.

"Sekarang gue udah pacar, ya kali temenan sama cowok lain." Neera langsung mengaitkan lengannya ke lengan Arkan. "Ya kan?"

Arkan hanya mengangguk, sedangkan Minara yang melihat itu langsung beralih menuju tong sampah. Memuakkan isi makanannya.

"Minara anj!" Neera menyumpah serapahi Minara yang kini sedang mengelus dadanya.

Tidak ingin berdebat dengan Minara, Neera kini beralih ke Arkan. "Kenapa orang-orang nggak tau kalau kamu dan El saudaraan?"

"Karena semua manusia memandang ketenaran." Yang ditanya Arkan, El yang malah menjawabnya.

Neera hanya tersenyum sinis, Arkan malah meninggalkannya. Membawa semua anggota geng Altair untuk masuk ke dalam.

"Kamu dan El tunggu sini aja, ya?"

***

Keesokkan harinya, Saddam langsung menarik lengan Minara menuju lorong ujung kelas.

"Sabar aelah!"

"Apa strategi geng Altair?!"

"Mereka belum runding."

"Bohong! Lo bilang sekarang juga atau gue-"

"Oke, mereka menyerang lewat atas."

Tanpa disadari, Arkan sedari tadi mengintip dan mendengarkan semuanya.


(Vote+comen jangan lupa)

Minara [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang