Rara dan Rere

4 0 0
                                    


Suasana hati Rara sedang baik hari ini. Ia baru saja mendapatkan kabar bahwa hasil potretannya menjadi juara tiga disebuah lomba. Lomba yang ia ikuti seminggu yang lalu berhasil ia menangkan. Tak masalah menjadi juara ketiga yang terpenting ia bisa menyalurkan kegemarannya. Bahkan Rara tidak pernah menyangka bisa menjadi juara tiga. Usaha Rara memaksa Rere menemaninya jalan-jalan dua minggu yang lalu tidak sia-sia.

Kemudian, tiga orang cewek centil yang asik membicarakan Rere di depan Rara. Rara yang baru saja masuk kekelas, lalu mengantongi ponselnya dan mendengarkan pembicaraan mereka.

''Lagi-lagi Rere yang dapat nilai sempurna.'' kesal cewek berponi. ''Gimana ini? apa ibumu akan memarahimu lagi?'' tanya salah satu temannya.

''Sebentar, apa kalian tidak pernah berpikir bagaimana Rere selalu mendapatkan nilai sempurna. Apakah itu masuk akal? Apa Rere sebenarnya sudah tau soal-soal ujiannya?'' cerocos cewek satunya.

''Kau benar,'' Ujar cewek juara dua itu. ''dia bahkan tidak les sama sekali. Wahhh. Itu berarti dia curang.''

''Bukankah itu sudah jelas kalo dia-''

''Woiii!!!'' teriak Rara. ''jangan ngomong sembarangan.'' semprotnya menggebrak meja.

Lalu, Rara menghadap mereka. ''Kau seharusnya bersyukur dengan apa yang kau dapat. Jangan iri kepada orang lain. Jika kau ingin mendapatkan yang terbaik, maka berusahalah lebih keras jangan menuduh tanpa bukti. Itu suatu kejahatan!''

Cewek peringkat dua berdiri diikuti oleh kedua temannya yang lain. ''Ehh, Rara kau bukan siapa-siapa tanpa Rere. Jadi diamlah sebelum aku memberimu pelajaran.'' ancamnya.

Rara berkacang pinggang. ''Wahhh. Aku baru saja senang beberapa menit yang lalu, tapi kau menghancurkannya,'' lalu, Rara maju. ''kau benar. Aku memang bukan siapa-siap tanpa Rere. Tapi, kau lebih bukan siapa-siapa tanpa ibumu yang 'hebat' itu.''

Semua orang menenggang terutama cewek peringkat dua. ''Menurutmu berapa banyak ibumu menghabiskan uang demi menjadikanmu nomor satu, tapi kau hanya bisa menempati peringkat dua.''

Bisik-bisik mulai terdengar. Rara menatap tajam cewek itu. ''Tadinya aku akan menutup mulutku dan mataku akan kebenaran yang aku saksikan sendiri agar tidak terjadi masalah yang lebih besar. Tapi, ketika aku mendengarmu tidak bersyukur dan malah menuduh sahabatku melakukan kecurangan. Aku tidak akan tinggal diam.''

''Jangan bicara omong kosong. Kau punya bukti kalo ibuku melakukan itu?'' tanya cewek itu.

''Tanyakan itu pada ibumu. Sebenernya siapa yang melakukan kecurangan. Jangan menuduh dan menghina Rere-ku. Jangan salahkan dia karena ketidaksanggupanmu. Katakan pada ibumu kalo kau tidak bisa memenuhi keinginannya.'' Rara berbalik berniat meredamkan emosinya.

Tiba-tiba cewek tadi menjambak rambut Rara. ''Beraninya kau mengajariku. Hah.'' perkelahianpun dimulai.

Flasback off

''Auuuhhh. Seharusnya aku menjambak rambutnya lebih kuat. Aku tidak masalah dia menghina seperti biasanya, tapi aku tidak terima dia melakukan itu padamu!'' seru Rara kesal.

Rere tersenyum. ''Jadi, kau tidak terima jika ada yang menghinaku?'' ''Ohh. Tentu saja,'' sambar Rara. ''aku akan memberi pelajaran kepada siapapun yang menghina dan menuduh Rere-ku tanpa bukti.''

''Rere-ku?'' ulang pemilik nama.

''Mm.'' Angguk Rara pasti sebelum menoleh Rere. ''Tapi, lebih tepatnya dia menuduhku bukan menghinaku.'' kata Rere.

''Ahhh. Pokoknya dia menjelek-jelekkanmu,'' timpalnya kesal, lalu menatap sekeliling sebelum kembali menatap Rere. ''tapi, apa yang kita lakukan di sini?''

Rere tersadar dari lamunannya yang setadian menatap Rara. Sekarang mereka ada di minimarket. ''Bukankah kau akan mentraktirku, karena kau menang lomba.''

''Ahhhh. Iya. Aku lupa. Hehe,'' tawanya. ''bagaimana kalo aku traktir es krim dan makanan ringan?''

''Setuju.'' ucap Rere.

Bergegaslah kedua orang itu memilih-milih makanan ringan. ''Tapi omong-omong kau tau dari mana kau ibunya melakukan kecurangan itu?'' tanya Rere.

''Aku melihat dan mendengar sendiri kalo ibunya memberikan sejumlah uang kepada wali kelas kita.'' ''Kapan itu terjadi?'' tanya Rere lagi

''Saat aku dihukum mengepel lantai lorong ruang guru. Aku medengar ibunya menyuruh wali kelas kita agar nilai-nilai anaknya diperbaiki, lalu ia memberikan amplop coklat yang tebal. Menurutmu itu apa jika bukan uang. Itu uang 'suap'!'' jelas Rara.

Rere menyimaknya dengan baik. ''Tapi, kau punya buktiny?.'' ''Tentu saja. Aku merekamnya. Kau mau lihat?'' ucap Rara yang akan merogoh sakunya.

''Nanti saja.'' jawab Rere. Rara menatap semua makanan ringan yang berjajar dirak. ''Kita beli apa lagi?'' tanyanya.


Tuhan aku tidak minta hal lain. Aku hanya minta umurku cukup untuk menemaninya, hingga waktu itu tiba. Kuatkan hatiku saat waktu itu tiba. Saat-saat dia kembali menanyakan siapa diriku. -Rere-


-Rr


U & ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang