Bab 1
Musim Hujan
*Tidak semua orang menyukai hujan dan tak semua orang pula membenci hujan. Ada kalanya seseorang berharap hujan datang untuk membantunya menutupi air mata dan ada pula yang berharap agar hujan tidak datang dengan alasan ia tidak ingin mengenang kenangan. Lalu, bagaimana denganmu?*
Lagi, aku kembali ke tempat ini. Pemandangannya masih saja seperti terakhir kali aku datang hanya saja sekarang aku lebih fokus kepada air yang jatuh dari langit di luar jendela. Mereka beramai-ramai menginjak bumi tanpa mempedulikan siapa yang mereka injak.
Aku menoleh ketika namaku disebut oleh pria berkacamata didepanku. Ia menatapku dengan seulas senyum palsu yang dipaksakan. Untuk yang kesekian kalinya ia memintaku untuk menceritakan keadaan diriku padanya. Dan untuk yang kesekian kalinya juga aku menghela napas, lalu mulai bercerita. Tidak ada yang istimewa dari semua ceritaku. Pria itu hanya mendengarkan diselangi mengangguk-angguk sesekali. Entah ia mengerti ceritaku atau tidak aku tidak tau. Yang aku tau dia hanya menjalankan tugasnya dan aku hanya bisa tersenyum sebelum berpamitan pergi dari ruangan sepi itu.
Aku ingin segera pulang dan tidur. Kulihat langit yang kelabu dengan air mata yang lebat membuatku terpaku pada kaki yang menopang badanku. Sial, aku selalu tidak punya payung saat hujan tiba pikirku, namun untunglah aku mengenakan jaket yang memiliki penutup kepala.
Berjalan di bawah awan yang menangis, mendengarkan musik melalui headset, dan menenggelamkan kedua tanganku dalam saku jaket. Pikiranku hanya ingin segera sampai di rumah dan tidur. Sesampainya aku di halte bus, aku melihat banyak orang yang juga sedang menunggu bus. Tak lama, bus yang akan kutumpangi telah datang tanpa basa-basi aku langsung masuk. Aku melihat hanya ada dua kursi kosong dibagian belakang.
Beberapa menit setelah bus meninggalkan halte tadi seorang pemuda yang duduk disebelahku berbicara padaku. Dia seperti ingin menanyakan sesuatu padaku. Tadinya aku tak ingin mempedulikannya, akan tetapi sepertinya ia mengalami kesulitan. Sejenak aku menatapnya setelah melepaskan headsetku, lalu mendengarkan pertanyaannya.
Dia bertanya tentang berapa halte lagi yang harus ia lewati untuk sampai ke daerah yang ia tuju. Aku menjawab dengan singkat bahwa ada dua halte lagi yang harus ia lewati untuk sampai daerah yang ia tuju. Pemuda itu tersenyum dan berterimakasih padaku. Aku melihat bahwa senyumnya itu adalah senyum asli yang bahagia tanpa dibuat-buatnya. Aku tidak ingin penasaran darimana asalnya hingga ia tidak tau jalan. Aku hanya berpikir mungkin ia bukan orang kota ini dan sekarang sedang berkunjung atau apapun itu aku tidak ingin tau.
Aku kembali tenggelam pada lantunan nada yang memenuhi telingaku sembari menyandarkan kepala pada sandaran kursi. Dapat aku bayangkan bagaimana hancurnya perasaan penyanyi ini saat menyanyikan lagu yang sangat emosional. Nada yang lembut dan pelan ditambah dengan lirik yang menyebalkan, namun itu fakta yang ada didunia ini bahwa hidup tak seringan kapas. Teringat kembali masa kelam yang pernah menghancurkan diriku. Masa stres yang berujung depresi berat dan ingin mengakhiri hidup. Masa ketika aku hanya berteman dengan kehilangan. Pergi malam dan pulang subuh. Yang tidak pernah bersapaan dengan hangatnya mentari pagi. Yang aku tau hanya langit malam penuh bintang, tapi tidak terlihat indah bagiku.
Ingatanku terhenti ketika sebuah sentuhan ujung jari menyentuh lenganku. Pada akhirnya aku memutuskan untuk melepaskan headsetku sebelum aku menoleh lagi ke pemuda tadi dengan malas. Dia terlihat merasa bersalah, tapi ia tetap menyuguhkan senyumnya padaku. Aku menatapnya menunggu pertanyaan yang akan ia ajukan padaku. Ia tampak berhati-hati melihatku dan mulai membuka mulut ingin berbicara. Akan tetapi, bus berhenti dan aku langsung berdiri tanpa menunggu pertanyaan yang akan pemuda itu ajukan.

KAMU SEDANG MEMBACA
U & I
Romance--- "Aku ingin menikahimu lagi rasanya." -Damian- *** ''Aku akan memperjuangkanmu. '' -Senja- *** ''Apapun resikonya itu urusan nanti. Maju dan selesaikan!'' -Rara- ---