Aku membanting pintu sekuat tenaga yang aku miliki hingga terdengar dentumanya yang memicu semua orang untuk menoleh ke arah sumber suara. Ibuku masih terpaku pada kakinya sambil menggenggam tangkai sapu, sedangkan adik dan kakakku terkejut menatap pintu kamarku.
Setelah aku kunci pintu kamar dan menyalakan musik dengan volume full meredam suara tangisanku yang pecah sejak tadi. Tak lama setelah itu ibuku mengetuk pintu dan terus melontarkan pertanyaann yang aku sendiri tidak mendengar apa pertanyaannya.
Aku tidak tau apa yang terjadi selanjutnya, karena aku kelelahan dan mulai tak sadarkan diri. Ketika mataku terbuka hal pertama yang aku lihat adalah cahaya lampu yang menyilaukan dan sosok ibuku yang duduk disamping ranjangku. Ekspresi cemas dan khawatirnya tampak jelas. Sangat jelas hingga aku tidak ingin melihatnya. Sebab hal itu membuktikan bahwa aku anak yang selalu menciptakan kecemasan kepada ibuku dan aku menolak akan kenyataan itu.
Kejadian ini bukanlah pertama kalinya bagiku dan juga ibuku. Ini entah yang keberapa kalinya. Depresiku yang tak jua sembuh dan kemarahanku yang selalu meledak saat segala sesuatu tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Besok adalah hari aku kembali berkuliah dan harus kembali ke ibukota provinsi. Meskipun, ibuku merasa cemas dengan keadaanku saat ini mau tidak mau ia harus melepaskanku untuk kembali ke kota.
Cukup lama akuberdiri menunggu bus yang akan aku tumpangi, hingga akhirnya satu bus melintas dan aku segera menghentikannya. Aku melihat bahwa hanya ada dua kursi kosong di belakang. Ada dua manusia berjenis kelamin pria yang keduanya duduk dipojok.
Dipojok kanan ada lelaki muda yang aku perkirakan usianya sama denganku dan pria satu lagi lebih tua dariku. Lalu, aku memilih duduk didekat lelaki yang usianya sama denganku. Jangan tanya kenapa, Karena aku sendiripun tidak tau. Kakiku mengajakku untuk melangkah kedekatnya.
Aku menyumbat telinga dengan headset dan berencana memejamkan mata. Toh perjalananku masih lama unutk sampai tujuan. Namun baju angkatan yang aku gunakan mengundang lelaki disebelahku bertanya.
Ibuku pernah berkata jika ada seseorang bertanya kepadamu dengan sopann, maka kau harus memperhatikannya dan menjawab pertanyaannya dengan sopan pula.
Ingat dengan pesan ibuku aku pun mendengarkan pertanyaan lelaki itu, meski sebenarnya aku sangat malas untuk berbicara sekarang. Aku mejawab pertanyaannya tanpa aku sadari aku tertarik dengan pembicaraannya yang penuh dengan senyum yang ia tebar.
Senyum tulusnya dan raut bahagianya saat aku menjawab pertanyaannya menyentuh hatiku dengan malu-malu. Tanpa aku minta dia menceritakan dirinya yang gagal masuk TNI pada tahun lalu dan karena hal itulah ia memilih untuk berkuliah saja dengan mengambil jurusan Teknik Otomatif disalah satu Universitas swasta. Sebenarnya aku tidak terlalu jelas mendengarnya, sebab suara bus yang berisik.
Aku tidak meyadari bahwa bus telah membawa kami ditempat tujuan. Dia turun lebih dulu dan ia juga mengucapkan sampai jumpa padaku. Hal yang membuatku sungguh terkejut dan sangat tidak menyangka adalah ia meminta nomor kontakku dan membayarkan ongkos busku.
Aku sungguh tidak percaya dan sembat bertanya kenapa ia melakukan hal itu, tapi bus lebih dulu melanjutkan perjalanannya dan membiarkan aku kebingunggan.
Saat aku turun ditempat pemberhentian terakhir hujan mulai turun. Aku bergegas memanggil ojek dan tak lama aku sampai di kost. Hujan pun turun dengan derasnya. Aku langsung mengirim pesan kepada lelaki tadi saat tiba dikamarku.
Ternyata ia belum sampai dikost. Dia masih menunggu temannya untuk menjemputnya. Dengan penasaran aku menanyakan pertanyaan yang sejak tadi mengganggu pikiranku. Jawabannya membuatku tersenyum sekaligus merasa bahwa lelaki ini berada di antara terlalu baik atau orang aneh.
Singkat cerita kami menjadi dekat dan mulai merasakan sesuatu yang membuat kami bahagia. Dipertemuan selanjutnya ia mengajakku untuk berenang bersama. Mulanya aku menolak, karena aku tidak bisa berenang. Tapi, ia sangat pintar membujukku yang berakhir aku menemaninya berenang. Aku juga dikenalkan kepada teman-temannya.
Kami memang tidak menjalin hubungan yang terikat. Tapi, kami juga tidak bisa mengalihkan perhatian ke orang lain. Hubungan yang tidak kami mengerti membawa kami terus merasakan kebahagiaan.
Hingga pada akhirnya ia menyampaikan kalimat pamitnya untuk pergi ujian masuk TNI dan secara tidak langsunng memintaku unntuk menunggu dia. Aku hanya mengatakan hal-hal yang biasanya dikatakan seorang ibu pada anaknya. Mengingatkannya akan semua hal dan melarangnya akan sesuatu yang berbahaya.
Sesungguhnya dia sudah besar untuk menjaga diri an mengetahui semua hal itu. Akan tetapi, aku tetap mengatakannya dengan perasaan kacau. Entah bahagia atau sedih. Jawabannya selalu diiringi dengn senyuman dan suara tawa yang merindukan.
Lama aku menunggunya tanpa kepastian. Kami lost kontak dan aku tidak tau lagi kabarnya sejak saat itu.
Aku hanya terus berprasangka baik kepadanya, hingga akhirnya hari yang ditunggu datang jua. Di malam hari saat aku sedang sibuk mengerjakan tugas kuliahku sebuah panggilan masuk. Karena tergesa-gesa aku menjawabnya tanpa memperhatikan siapa yang menelpon.
Suara yang aku rindukan terdengar membuatku terdiam dan melihat layar ponsel untuk memastikan bahwa aku tidak salah dengar. Nama dia tertera dengan baik dilayar ponselku. Lama aku terdiam sampai tanpa menyadari air mata jatuh dari pelupuk mata.
Aku lupa pada tugasku yang sebentar lagi masa batas waktu unggahnya selesai. Jantungku berdetak kencang saat dia mempertanyakan kabarku. Aku hampir saja berteriak menyatakan kerinduanku.
Kemudian, dia mengundangku ke acara pelantikannya dan beberapa tahun setelah itu aku mengundangnya ke acara wisudaku.
Tahun terus berganti dan hari ini tiba. Dia datang kerumahku untuk mengikat janji suci antara aku denganya.
Aku mengingat setiap menit kejadian diacara pernikahanku denganya. Semua orang tersenyum dan tertawa. Bahkan ada juga yang menangis terharu. Aku bahkan tidak bisa mengatakan apapun yang mewakilkan perasaanku saat itu.
Berawal dari pertemuan tak terduga menjadi teman hidup dalam suka dan duka. Aku berharap tetap terus melihat dan mendengar tawanya yang renyah.
Dia orang yang berpengaruh dalam hidupku. Dia orang yang ikut membantuku pulih dari depresi, dia orang yang mengenalkanku lagi pada rasa kebahagiaan, dia orang yang membuat selalu ingin menjadi lebih baik, dan dia adalah teman hidupku dengan ikatan janji suci.
Aku menyadari jika dulu hidupku merasa dalam kegelapan seperti malam tanpa bintang yang dingin dan sepi, maka sekarang aku merasa hidupku indah seperti fajar dan senja. Cahaya dari kedua waktu itu selalu berhasil memanjakan mata yang melihatnya dan terlihat sangat indah. Seindah itulah hidupku saat ini.
Terkadang perhatian kecil bisa membuat seseorang bahagia dan tersentuh. Bahkan kamu bisa menjadi sosok orang yang berpengaruh dalam hidupnya. Atau menjadi sosok orang yang menyelamatkannya dari masa hidup yang kelam. Tak perlu mengumbar janji, kau hanya perlu memberikannya perhatian-perhatian kecil yang mampu menyentuh hatinya.
Percayalah bahwa rencana Tuhan yang tak bisa kita duga selalu memiliki hikmah dan berakhir dengan indah.
END
-Rr

KAMU SEDANG MEMBACA
U & I
Romans--- "Aku ingin menikahimu lagi rasanya." -Damian- *** ''Aku akan memperjuangkanmu. '' -Senja- *** ''Apapun resikonya itu urusan nanti. Maju dan selesaikan!'' -Rara- ---