35. Harapan

2.1K 161 5
                                    

Cerita ini masih banyak kekurangan terutama Typo yang bertebaran, bantu aku ingatkan ya, bisa dengan cara comment di bawah

Happy Reading!!!

Andrew telah menunggu penerbangannya pada malam hari pukul delapan pada waktu Indonesia

Setelahnya mereka menaiki pesawat itu, disepanjang perjalanan Andrew selalu berpikir keras bagaimana jika Auristela benar-benar

Anak kandung dari Marcell dan Arabelle yang artinya mereka tidak akan pernah bisa bersatu

Maka angan-angan yang telah nereeka rajut bersama harus dipaksa untuk hilang dan sirna

Apakah begini cara tuhan hanya untuk mempertemukan dan tidak untuk saling menyatukan

"Why Andrew?"Tanya Mischa yang duduk tepat disebelahnya

Andrew mengalihkan pandangan nya dari jendela yang menampakan langit malam yang Indah nan elok beralih menatap Mischa,

"Tak apa Dad, hanya banyak pikiran"Balasnya

"Dibeberapa kondisi kita harus bisa bertahan atas apa yang diberikan tuhan Andrew, entah ktu masalah, entah itu kebahagiaan"Ucap Mischa yang membuat Andrew masih terdiam menyerap makna dari apa yang diucapkan sang Daddy

"Tak ada yang tidak mungkin jika Tuhan sudah berkehendak, apapun yang ia inginkan maka terjadi tugas kita sebagai umat hanya bisa berdoa-"

"Entah apa yang terjadi di kedepannya, aku tak pernah mengajarkanmu dan Andrean menjadi seseorang yang pengecut dan pecundang dengan menghindari masalah, apapun masalahmu hadapi dengan berani bukan malah pergi atau melarikan diri"Balas Mischa

Andrew tersenyum menatap Mischa, "Thank's Dad"Ucapnya

"Your welcome son"Balas Mischa

"Jangan memikirkan yang belum terjadi pada kita nantinya cukup ikuti alur yang tuhan buat seperti air yang mengikuti kemana arusnya mengalir"Sambung Mischa

"Sure Dad"Balas Andrew

Setelah perjalanan yang panjang dan melelahkan mereka sampai di England tempat dimana mereka akan menemukan suatu kebenaran tentang yang dicari selama ini

Semoga Tuhan memberikan secercah jalan untuk kebenaran iu terungkap walau sulit tapi bukan berarti mustahil bukan?

Dirasa adalah iya.

"Ini adalah penthouse yang Dad punya disini, memang tidak terlalu besar namun Dad rasa cukup untuk dua pekan kita disini"Ucap Mischa pada Andrew

Andrew berjalan menuju kamarnya membereskan barang bawaannya dari Indonesia dan bersiap untuk bertemu dengan Uncle Gerald

Memulai untuk menyelidiki ini semua.

"Huft! Ini waktunya Andrew"Ucapnya psda dirinya sendiri setelah berganti kostum menyesuaikan kondisi dingin yang berada dinegara tersebut

"Are you ready?"Tanya Mischa

Andrew menganggukan kepalanya mereka memasuki mobil dan berkendara seprti biasanya untuk menuju salah satu restoran yang cukup padat di sana

"Disini Dad?"Tanyanya

Mischa menganggukan kepalanya dan kelusr dari mobil tersebut yang juga ia parkirkan di sana

"Kita mulai"Jawab Mischa menatap sang Anak

Andrew hanya menganggukan kepalanya paham, mereka memasuki sebuah caffe dan mencari sosok Gerald

Tak lama lelaki paruh baya tersebut telah melambaikan tangannya keatas

Auristela (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang