“Kebaikanmu selama ini membuatku merasa bahagia, pelukanmu selama ini membuatku merasa nyaman, dan perlindunganmu selama ini selalu membuatku aman, di sini...aku menatapmu begitu dalam, aku bisa melihat setiap pergerakanmu, kamu begitu tabah namun juga terlihat kesepian, Ingatlah satu hal, aku.... selalu ada untukmu, akulah pelangimu yang akan selalu membuatmu tersenyum. Walaupun, aku sudah pergi. Tapi ingat, tempatku ada di sana, di hatimu”
PELANGIKU-20 Juni 2021-
Hujan kembali mengguyur kota jakarta sejak musim kemarau mendatang beberapa hari yang lalu. Hujan yang tak bisa di bilang gerimis mau pun deras itu manghujami pepohonan rindang juga setiap jalanan sepi juga padat.
Marcel berdiri di halte bus tempatnya dan Radia selalu berpijak, tempat mereka di pertemukan, tempat mereka di satukan, tempat mereka menatap pelangi, dan tempat di mana hujan menyaksikan cinta mereka.
Marcel memandang rintikan hujan yang terus menerus berjatuhan menerpa jalan.
Marcel merasa begitu kesepian, ia duduk di bangku halte bus dengan perasaan gundah. Ia menyerah sekaligus putus asa.
Marcel merasa ia tak bisa terus melangkah tanpa sosok perempuan yang selalu berada di sampingnya.
Sosok yang sudah satu setengah tahun terakhir ini meninggalkannya. Meninggalkan dunia.
Bahkan, di hari kelulusannya kemarin, rasanya tidak begitu meriah tanpa sosok Radia yang menjadi penyemangatnya.
Marcel merasa hampa. Sangat hampa.
"Rad! Ak-aku rindu kamu. tolong katakan apa yang kamu lakukan di sana"
Marcel berujar pelan, tanpa sadar air mata laki-laki itu pun ikut meluruh bersama dengan isakan-isakan kecilnya.
Katakan dia cengeng.
Karna begitulah Marcel, dia akan sangat lemah, jika sosok yang ia sayang pergi meninggalkan dirinya.
Marcel menggenggam erat buku bersampul biru dengan gambar hiasan pelangi juga awan di sampul buku tersebut.
Marcel menatap buku itu dalam diam, setelah kepergian gadisnya, Marcel selalu membawa buku itu dan berulang kali membacanya, kecuali di lembar terakhir buku tersebut.
Entah kenapa, ia tak pernah berani membaca apa yang di tuliskan gadisnya di halaman terakhir buku harian itu.
Dan, sekarang adalah saat yang tepat untuk membacanya.
Yah....
Marcel akan membacanya, meski rindu akan kembali melanda dirinya.
Marcel menghembuskan napasnya pelan, dengan tangan yang perlahan membuka buku tersebut menuju halaman terakhir di buku harian tersebut.
Marcel membaca setiap paragraf tersebut dalam diam, tanpa bersuara.
Dear MatahariKu
“ Marcel.... aku minta maaf sudah merahasiakan tentang penyakit ini padamu. Tidak ada pilihan lain selain merahasiakannya, dokter sudah memberitahu padaku kalau..........aku sudah tidak bisa di sembuhkan lagi, hanya tinggal menghitung bulan dan aku akan pergi meninggalkan dunia. Tapi kenapa? Kenapa kau masih saja ingin bersamaku setelah tahu tentang penyakiti ini? Aku tidak mau membebani dirimu, teman-teman, keluarga, dan orang-orang yang berperan penting dalam hidupku.......lagi. Kau tahu? Aku sudah sangat siap untuk menerima kenyataan ini, aku sudah menyiapkan diri pula untuk menjemput kematianku yang datang sebentar lagi. Meski aku pun merasa sangat takut dengan kata kematian, tapi bukankah semua manusia akan mati? Maka dari itu aku ikhlas menerima semua ini”
“Marcel... buku yang kau pegang ini sengaja ku berikan agar kau tahu apa yang selama ini ku rasakan. Setiap kata ku tulis dengan hati yang bergetar. Jikalau nanti akan ada kehidupan berikutnya, bolehkan aku meminta semoga kau adalah takdir ku? Marcel... penderitaan yang selama ini ku dapatkan memang berakhir dengan kebahagiaan, tapi kenapa kebahagiaan itu kemudian datang hanya sesaat? Hmm...aku selalu ingin tertawa dengan takdir yang tuhan berikan padaku. Tapi tak apa, setidaknya aku sudah bisa merasakan kebahagiaan lagi setelah lama aku menderita, cukup aku yang berakhir seperti ini. Kau jangan, karna kehidupanmu sangatlah berarti. Marcel.... jaga kesehatanmu karna aku sudah tidak bisa mengingatkanmu akan hal itu jika nanti aku sudah tidak ada. Marcel..... Tuhan tahu kalau kita berdua saling mencintai, tapi kenapa kau tak pernah mendapatkan kata itu dari ku? Aku akui aku memang gadis bodoh yang tidak bisa menyatakan cinta secara langsung padamu, maka dari itu. Marcel.... dua kata yang tak pernah aku ucapkan untukmu, aku mencintaimu”
~Radia Najda Afifa~
Air mata Marcel meluruh terus menerus meluruh bersamaan dengan hujan yang perlahan berhenti.
Marcel menutup buku tersebut. Ia beranjak dari halte bus itu kemudian melangkah untuk keluar dari halte bus.
Laki-laki itu menengadahkan kepalanya guna menatap langit biru ke abu-abuan itu. Marcel tersenyum kala pandangannya kembali di suguhi penampakan pelangi di atas sana.
Ia menggenggam erat buku harian gadisnya kemudian kembali menatap langit.
"Aku juga mencintaimu, Pelangiku"
- TAMAT -
●●●
Alhamdulillah akhirnya tamat juga. Setelah lama aku berpikir alur cerita ini. Akhirnya aku juga bisa tamatin nya, meski gak bagus-bagus amat yah....😌
Gaes aku mau nanya nih, menurut kalian cerita ini bagus nggak? Alurnya nggak berantakan kan? Hehe...😁
Jadi, buat kalian yang belum follow akun aku, jangan lupa di follow ya Sist.🙏
Maaf kalau ada banyak typo selama aku mengupdate chap cerita ini.🙏🙇
Maaf juga kalau ending nya tak sama dengan apa yang kalian inginkan...😔
Makasih loh buat kalian yang selama ini setia membaca cerita "pelangiKu" ini.😘
Makasih buat kalian yang sudah baca chap ini, dan jangan lupa juga sertakan vote dan Commentnya:-D😂 aku berterimakasih sebanyak-banyaknya buat kalian yang suka tekan tombol bintang juga komentar di setiap Chapter cerita aku ini.😚
Semoga di cerita ini kalian mendapatkan beberapa pelajaran yah? Hehe...😳
So, aku pamit yahh....😉
Sampai jumpa di cerita aku selanjutnya :)😇
Makasihh....😊
Babayy....🙋
![](https://img.wattpad.com/cover/244862299-288-k903732.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaulah PelangiKu [END]
Roman pour Adolescents-Judul Pertama Radia And Marcel- " Dia baik, senyumnya menawan, perilakunya nakal, namun hatinya bak malaikat" Radia Najda Afifa " Dia berbeda, sangat berbeda, dia apa adanya, dan aku menyukainya" Marcel Regal Saputra ------------------------- "Bang...