[ O7. Tragedi Kantin ]

104 30 36
                                    

07. Tragedi Kantin

Waktu berjalan dari awal. Jika ingin menggapai masa depan, jadikanlah rasa percaya diri sebagai kekal.
ㅡ TAA_O7ㅡ

Bel tanda istirahat pertama berdering

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bel tanda istirahat pertama berdering. Semua murid SMA Cendana merapihkan buku-buku dan memasukannya ke dalam tas.

"Baiklah pelajaran sampai disini, untuk PR saya akan kasih setelah istirahat nanti." Tutup Pak Yudis, guru mata pelajaran Biologi di sekolah Kiara.

Setelah mengucapkan salam akhirnya Pak Yudis keluar dari kelas XI IPA 1 yang di susul oleh para siswa dan siswi lainnya, begitu juga dengan Kiara, Alena dan Zila.

"Kantin yuk," ajak Kiara sambil memasukan pulpen dan penggaris nya ke dalam tas.

"Ayok, cepetan! Duh, pusing banget kepala gue." Azila langsung bangkit berdiri dan menarik tangan Alena dan Kiara heboh.

"Sabar dong!" Seru Alena.

"Meja lo enggak di rapihin dulu, La? Nanti kalau ada yang hilang salah satu nya aja baru panik," ucap Kiara menyarankan.

Salah satu faktor sering nya pulpen atau alat tulis lain hilang, yang pasti karena sang pemilik malas merapihkan dan akhirnya ada saja teman yang iseng mengambil alat tulis tersebut.

Azila menatap nanar ke arah meja belajar nya, di banding dengan meja yang lain, meja dia lah yang paling berantakan keadaan nya. Buku paket yang masih terbuka, buku catatan yang sudah tidak karuan bentuk nya dan juga pulpen serta penggaris yang tergeletak begitu saja di meja.

"Ah, bodo deh, kalau ilang juga tinggal palakin Alena aja," ucap Azila enteng. "Ya kan, Len?"

"Enak aja lo ngomong! Enggak sudi gue!" Bantah Alena.

Azila langsung menarik tangan Alena dan Kiara untuk segera jalan bersama nya. "Berisik deh lo berdua! Udah ayo ke kantin, lapar banget gue. Ini jam isitrahat pertama pasti kantin rameh banget. Kalau sampe enggak dapet meja, gue makan lo berdua." Ucap gadis itu dengan beruntun.

Ketiga gadis itu pun akhirnya jalan beriringan menuju kantin utama sekolah. Di SMA Cendana memang hanya memiliki dua kantin, yang satu kantin utama untuk para peserta didik, dan yang satu lagi kantin khusus staf dan guru yang berada di dekat lapangan utama.

Benar saja perkataan Azila tadi, kantin sangat ramai dan penuh akan siswa siswi yang mengantri makanan.

"Tuh kan rameh!" Protes Azila.

Kiara memutari pandangannya ke sekeliling kantin sekolah, mencoba mencari meja kosong untuk ia dan kedua sahabat nya itu tempati.

Pandangan Kiara jatuh pada meja kosong yang berada di bagian pojok. Melihat itu Kiara langsung mengajak Alena dan Azila untuk duduk di sana.

Sesampainya di meja, ternyata bukan hanya Kiara yang menginginkan meja itu, tetapi ada orang lain juga yang ingin duduk disana. Tetapi, yang membuat Kiara sangat kesal karena orang itu adalah Alben dan kedua sahabat laki-laki itu.

"Gue yang duluan dateng ke sini," ujar Alben.

"Enggak! Pokok nya ini meja gue dan teman-teman gue." Tekan Kiara.

Dia yang pertama kali lihat meja ini, jadi ia sangat menginginkan makan di meja ini.

"Bodo," ucap Alben. Laki-laki itu langsung duduk dan meminta kedua sahabatnya untuk ikut duduk bersamanya. "Duduk aja."

Kiara menendang bangku yang Alben duduki, "Gue yang pertama ngeliat meja ini, seharusnya ini jadi tempat gue dan teman-teman gue."

Baru saja Alben ingin menyahuti ucapan Kiara, tetapi Putra sudah dulu memotong ucapan nya.

"Udah-udah, ini kan meja punya sekolah, bukan punya lo atau Alben. Kalau lo mau, Ra, gabung aja disini," ucap Putra mencoba melerai.

"Iya setuju! Lagian ini meja juga terlalu besar kalau cuma diisi sama tiga orang aja." Tambah Azila. Ya, jelas saja gadis itu yang paling setuju disini, selain dirinya memang sudah lapar, juga di kesempatan ini dia bisa makan bersama Seno ㅡlaki-laki yang disukainya.

Kiara menatap tajam ke arah Azila. Bisa-bisanya Zila malah setuju dengan ucapan Putra. Kiara jadi gengsi sendiri. Tapi ... ya mau bagaimana lagi, sudah tidak ada meja kosong selain meja ini. Mau tidak mau Kiara harus makan semeja dengan Alben, ingat ini hanya terpaksa!

Akhirnya ke enam pelajar itu duduk di meja yang sama dengan saling berhadapan. Alben-Seno-Putra dan di hadapannya Kiara-Azila-Alena.

"Ya udah, gue mau pesen makan dulu. Lo mau makan apa, Ra?" Tanya Alena pada Kiara.

"Samain kayak lo aja," ucap Kiara tak bersemangat.

"Oke." Alena bangun dari tempat duduk nya. "Ayo, La, temenin gue." Pinta Alena.

Azila akhirnya berdiri dan membantu Alena memesan makan. Sementara di meja kini Alben dkk dan Kiara masih diam di tempat.

"Mau makan apa lo berdua?" Tanya Putra pada Seno dan Alben.

"Gue nanti beli sendiri aja, Put," ucap Alben.

"Gue ikut lo aja." Seno berdiri dan ikut berjalan bersama Putra menuju stan makanan yang ada di kantin.

Tersisalah Kiara dan Alben di meja tersebut. Kantin sangat ramai, teriakan siswa siswi meminta makanan dengan cepat, ketawa senda gurau antar peserta didik sangat bersahut-sahutan di kantin itu, juga dengan alat masak yang saling bergesekan membuat tempat itu sangat ramai.

Kiara yang merasa tidak ada kerjaan akhirnya mengeluarkan ponsel dan memainkannya, berusaha mengabaikan Alben yang duduk di depannya.

"Kiara." Panggil Alben. Kiara memiringkan ponselnya dan menatap Alben seolah-olah bertanya, Apa?

Alben terlihat ingin berbicara sesuatu tetapi entah berbicara tentang apa. Beberapa detik kemudian Alben tetap diam lalu berdiri dan berlenggang pergi meninggalkan Kiara yang menatapnya dengan bingung.

"Pergi dah lo, ganggu pemandangan gue aja." Omel Kiara. Gadis itu melanjutkan membaca artikel tentang Balet dari ponsel nya.

Beberapa menit kemudian Alena, Azila, Putra dan Seno datang bersamaan. Dengan membawa nampan berisikan makanan mereka masing-masing.

"Makasih, Len," ucap Kiara tulus saat makanan nya sudah sampai di atas meja.

"Sama-sama, Ki," balas Alena.

"Alben kemana, Ki?" Tanya Putra.

"Entah, tadi pergi tiba-tiba," jawab Kiara. Gadis itu tak ingin membahas Alben lagi, jadi Kiara langsung menyantap siomay dan es teh manis favoritnya.

Mereka berlima menikmati makanan nya masing-masing, begitu juga dengan Kiara. Syukur lah tidak ada Alben disini, jadi ia bisa makan dengan santai dan nyaman.

Baru saja Kiara ingin meminum es teh manis nya, tetapi dari belakang sudah ada tangan besar yang merampas minuman miliknya.

"Pantes enggak tinggi-tinggi, minuman lo aja enggak bergizi," ucap Alben. Alben memberikan sekotak susu siap minum rasa coklat ke hadapan Kiara. "Minum susu aja, jangan ini."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TE AMO, ALBEN! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang