[ O1. SMA CENDANA ]

208 52 148
                                    

01. SMA Cendana.

Mundur lah sejenak untuk meyakinkan diri. Bukan untuk melarikan diri.
ㅡ TAA_O1ㅡ

Pernah tidak sesekali kalian berpikir jika apa yang kalian kagumi dan sukai, biasanya menjadi sebagian dari alasan kalian mencapai suatu keberhasilan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pernah tidak sesekali kalian berpikir jika apa yang kalian kagumi dan sukai, biasanya menjadi sebagian dari alasan kalian mencapai suatu keberhasilan?

Jika iya, mungkin kalian sama dengan seorang Kiara Austiana. Gadis remaja asal Ibu Kota, yang tinggal bersama satu Kakak laki-laki dan kedua orang tua kandung. Kiara mengais ilmu di SMA Cendana, tepatnya di kelas XI IPA 1 bersama dengan kedua sahabat perempuan nya, Azila Ardelova dan Alena Aufarellia.

Besok adalah hari pertama Kiara duduk di bangku kelas XI, mengingat besok sekolah membuat gadis itu ingin menghabiskan waktu nya terus di dalam kamar. Memainkan ponsel, berbaring, dan menonton video tarian-tarian favoritnya di situs aplikasi menonton online yang tersedia di ponselnya. Baik itu tarian tradisional maupun modern.

Gadis itu hanya sebatas suka. Ya, suka akan gerakan nya, musik nya, dan asal muasal tarian tersebut. Tetapi, berbeda dengan tarian yang satu ini. Salah satu teknik tarian modern dengan meliputi banyak sekali koreografi.

Tarian yang setiap tampilannya membutuhkan tarian itu sendiri, mimik wajah, akting dan juga musik. Tarian yang berasal dari Italia ini, berhasil membuat Kiara terkagum-kagum, ya tidak lain dan tidak bukan adalah Balet.

Kiara sudah menyukai Balet sejak pertama kali ia menonton Tante Lova yang menampilkan tarian itu di acara besar setiap tahun yang di adakan di kotanya.

Tante Lova adalah seorang musisi terkenal dan tersohor di negara nya. Nama lengkap perempuan itu adalah Lovandra Aditama, sang idola pertama dan satu-satunya yang Kiara kagumi.

Karena melihat penampilan Tante Lova, Kiara akhirnya jatuh dan sangat menyukai dunia Balet. Saat berumur 14 tahun, tepat nya saat Kiara duduk di bangku kelas 9 SMP. Terhitung sudah dua tahun Kiara menyukai Balet.

Jujur saja, saat itu Kiara berniat untuk ikut les Balet tapi karena posisi nya ia sedang berada di kelas akhir, jadi lah gadis itu tidak di perbolehkan oleh orangtua nya untuk ikut les Balet. Kiara dipinta untuk fokus belajar, belajar dan belajar agar lulus dengan nilai yang memuaskan dan ia dapat masuk ke dalam sekolah impian nya.

Waktu terus berjalan dengan seiring berjalan nya aktifitas manusia. Tak terasa sekarang sudah jam 21.00 malam. Kiara bersiap untuk tidur. Sebelum tidur gadis itu menyempatkan diri untuk menyiapkan beberapa perlengkapan sekolah untuk esok hari, agar tidak kelimpungan mencari nya.

Dan, perlahan Kiara pun terlelap dalam tidur.

[TE AMO, ALBEN!]

Kini jam dinding menunjukan pukul 05.45 pagi. Dan Kiara sendiri sudah siap dengan seragam sekolah nya. Dengan rok berbahan katun berwarna abu-abu di bawah lutut, kemeja seragam putih yang di lapisi juga rompi berwarna selaras dengan rok. Serta dasi dan gesper yang ada logo SMA Cendana di sana.

Kiara menggendong tas dan tangan kanan nya ia gunakan untuk menenteng sepasang sepatu. Setelah itu, Kiara pun turun ke bawah untuk sarapan bersama keluarganya.

"Pagi semua," sapa Kiara. Gadis itu mengambil tempat tepat di depan Kirana -sang Bunda.

"Pagi, Ki." Kirana mengambil segelas susu putih dan menaruh nya tepat di depan Kiara. "Di minum, setelah itu kamu makan roti nya, ya."

Kiara pun menganggukan kepala, menuruti ucapan sang Bunda.

Beberapa menit kemudian Kiara sudah siap berangkat sekolah. Perut yang sudah terisi, akan memudahkan nya beraktifitas hari ini.

Kiara pun akhirnya berpamitan dengan kedua orangtua dan juga kakak laki-lakinya. Pagi ini gadis itu akan berangkat dengan Kakak satu-satu nya yang ia miliki, Kaisar Diogra. Dengan mengendarai sepeda motor tentunya.

Jarak dari rumah Kiara sampai ke sekolah memang tidak terlalu jauh. Namun, tidak terlalu dekat juga, gadis itu biasa menempuh waktu samlai sekitar 15 sampai 20 menit untuk sampai di sekolah.

Setelah menempuh perjalanan akhirnya Kiara pun telah sampai di tujuan nya. Satu gedung tinggi, besar nan tingkat bercat warna krem dan coklat tua, yang di bagian gerbang nya bertuliskan nama 'SMA CENDANA'.

Kiara turun dari motor, melepas helm yang ia pakai dan berpamitan kepada Kaisar.

"Hati-hati. Abang hari ini enggak bisa jemput yah, kamu pulang bareng Zila atau Alena aja," ucap Kaisar. Setelah melihat Kiara mengangguk sebagai tanda setuju, akhirnya Kaisar pun kembali melajukan motor menuju kampus nya.

Kiara berlari kecil memasuki sekolah. Gadis itu langsung menuju tangga untuk pergi ke lantai 2, tempat di mana ia belajar. Sesekali ia membalas senyuman atau sapaan yang di lontarkan untuk diri nya. Dan, sampai lah ia di kelas XI IPA 1. Kiara masuk dan menaruh tas di atas meja nya.

Terlihat kelas masih sepi, jelas saja ia datang pukul 06.00 pagi, sementara bel sekolah berbunyi pukul 07.00 pagi. Sengaja, Kiara datang pagi-pagi seperti ini agar dia bisa bersantai di taman sekolah.

Kiara pun bergegas pergi ke taman yang berada di lantai paling bawah. Di sana adalah tempat favoritnya, di taman Kiara bisa duduk-duduk santai sambil bermain ponsel, tetapi lebih tepat nya sih menikmati wifi yang tersedia di sekolah nya.

Setelah sampai Kiara langsung duduk di kursi panjang. Membuka ponsel, dan memasangkan earphone di sepasang telinga nya. Baru saja Kiara ingin memainkan ponsel nya, si laki-laki usil nan menyebalkan yang selalu mengganggu Kiara sudah menghampiri nya.

"Hai, gel." Panggil nya, laki-laki itu ikut duduk di samping Kiara, berusaha mengusili gadis itu.

Kiara tak bergeming. Ia tetap memfokuskan pandangan nya pada layar ponsel yang menampilkan tarian balet favoritnya.

Laki-laki tadi yang merasa di diami oleh Kiara akhirnya pun mendekatkan diri pada Kiara, berusaha melihat apa yang sedang Kiata tonton.

"Ck. Balet lagi? Plis deh, lo tuh enggak cocok sama sekali, Ki. Berhalu bisa jadi penari cantik dan hebat kayak Bunda gue, hm?" Ejek laki-laki itu.

Kiara melepas earphone nya, dan memandang laki-laki itu dengan tajam. Albenedict Saferio atau yang kerap di panggil Alben sudah mejadi sosok manusia yang paling Kiara benci sejak masuk SMA ini. Sayang nya, idola Kiara adalah Ibu dari laki-laki ini, yang mengharuskan ia mendengar ledekan maupun ejekan yang laki-laki ini lontarkan untuk diri nya.

Memang nya salah punya impian atau keinginan yang bertolak belakang dengan kemampuan kita? Jika kita ingin mencoba, kita juga pasti akan mendapatkan jalan yang terbaik dari-Nya. Percayalah semua mimpi itu tidak salah.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TE AMO, ALBEN! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang