08. Terunggul.
Dikelilingi orang hebat, malah membuat dirinya semakin tersesat. Tersesat dalam ketidak mampuan dan kebingungan yang sudah melekat.
ㅡ TAA_O8 ㅡKini di kelas XI IPS 1 itu sedang tidak ada guru. Padahal sekarang sudah masuk jam pelajaran ke tiga, dimana seharusnya guru sudah mengajar sekarang. Keadaan kelas Alben sedikit berisik, banyak anak-anak yang bermain ponsel, mengobrol dan bahkan ada yang sedang tidur.
"Al." Panggil Putra. Laki-laki itu berjalan mendekati kursi dimana Alben duduki.
"Apa?" Balas Alben sekenanya. Alben sedang fokus pada ponsel nya, ia baru saja dapat pesan dari Ibunya.
"Lo tadi ngasih minuman ke Kiara secara cuma-cuma?" Tanya Putra. Ia memicingkan matanya, mencoba mengiterogasi Alben.
"Ya, cuma susu kotak doang," ujar Alben.
"Wah ... yakin cuma sebatas itu?" Putra terus menggodai Alben tentang aksi nya tadi di kantin.
Putra dan Seno sama kagetnya dengan Kiara tadi. Untuk apa Alben memberikan Kiara minuman? Ya, walau tetap terselipi kata ejekan dan hinaan dari Alben untuk Kiara, tapi itu berhasil membuat Putra penasaran.
Alben yang merasa terus diberikan pertanyaan oleh Putra akhirnya mulai berbicara serius. "Ya, cuma sebatas itu." Tekannya. "Udah ya, gue keluar sebentar mau nelpon nyokap."
Selepas itu, Alben langsung berdiri dan berjalan keluar kelas. Ia benar-benar ingin menghubungi Lova
ㅡMamanya, sebab Alben mendapat kabar kalau Lova pingsan di tempat kerjanya."Ck, tuh anak ngehindar terus bisanya," ucap Putra.
Seno yang sedari tadi membaca buku paket dan hanya mendengar percakapan antara Putra dan Alben akhirnya bersuara.
"Udah biarin aja, nanti kalo Alben udah siap cerita, dia bakal cerita juga ke kita," ucap Seno. "Lo sendiri jangan lupa nanti pulang sekolah kumpul di aula!"
[ TE AMO, ALBEN! ]
Berbeda dari kelas Alben. Di kelas Kiara sudah ada guru mata pelajaran Matematika yang masuk ke dalam kelas. Setelah memberikan materi dan penjelasan Bu Olivia atau yang sering di panggil Bu Oli oleh seluruh murid kelas XI di SMA Cendana, akhirnya meminta untuk para murid kelas XI IPA 1 agar menghapal rumus, cara, serta penjelasan dari materi yang baru saja ia berikan.
"Gue curiga pasti habis ini Bu Oli langsung buat ulangan harian," ujar Zila. Gadis itu saat ini duduk di samping Kiara, dan di belakang mereka berdua ada Alena yang duduk dengan ketua kelas.
"Hm, mungkin aja. Ya udah mau nanti ulangan atau enggak, yang penting kita udah belajar dulu," ucap Kiara menyarankan. Kiara langsung membaca, memahami, dan menghapal materi yang disampai kan oleh Bu Olivia.
Sementara Azila yang duduk di sebelahnya tetap asik medumel tidak jelas. Ia sudah sangat hapal dengan guru Matematika yang satu ini, jika Bu Olivia sudah meminta untuk menghapal rumus, pasti akan ada ulangan harian mendadak atau sebatas tanya jawab permurid nya.
"Dibaca buku nya, La, jangan ngomel-ngomel terus," ucap Kiara. Gadis itu merasa terganggu dengan kebisingan yang dibuat oleh Azila.
"Udah lah males, nanti gue nyontek lo aja, Ki. Keburu badmood sama nih guru satu." Azila langsung menelungkupkan kepala nya.
Untung saja ia duduk di posisi meja kedua dari belakang dan berada lumayan jauh dari tempat meja guru.
Selang beberapa menit kemudian Bu Olivia berdiri di depan papan tulis dan menatap seluruh muridnya.
"Baik, tutup buku kalian semua dan masukan ke dalam tas. Ibu mau ulangan harian kali ini harus duduk sesuai Absensi. Jadi, tolong kalian berdiri dan duduk dibangku yang sesuai dengan nomor Absensi kalian." Perintahnya.
Selepas itu umpatan kesal dari para murid pun terdengar. Mau tidak mau mereka bangkit dan menduduki bangku yang sesuai dengan nomor urut mereka masing-masing. Kejadian ini benar-benar diluar dugaan mereka, biasanya Bu Olivia membiarkan saja murid mengerjakan soal ulangan harian tanpa mengacak posisi tempat duduk mereka.
Begitu juga dengan Kiara, Alena dan Azila. Kira dan Alena sebenarnya sangat tidak mempermasalahkan tentang perpindahan posisi ini, tapi sahabat mereka -Azila yang mempermasalahkan nya. Zila berada teapt didepan meja Bu Olivia, gadis itu tidak cukup banyak membaca buku tadi. Habislah dia.
Kini semua murid sudah berada di posisi yang diinginkan Bu Olivia. Dengan segera perempuan dewasa itu memberikan dua lembar kertas pada muridnya, satu lembar berisikan soal, dan satu lembar lagi untuk menulis jawabannya.
Ulangan harian itu berlangsung selama satu setengah jam, untung saja Matematika adalah pelajaran terakhir untuk hari ini. Jadi, setelah jam pelajaran Matematika sudah langsung jam pulang.
Keadaan kelas sedang sangat hening. Banyak murid yang sedang serius membaca soal, mengerjakan soal, dan menghitun-menghitung untuk mencari jawaban. Tak sedikit juga yang sibuk menengok ke kanan dan ke kiri, berusaha memanggil temannya untuk dipintai jawaban. Seperti yang dilakukan Azila saat ini, dia sibuk mencoba memanggil Kiara atau Alena. Tapi, hasilnya nihil, kedua gadis itu tidak menoleh ke arah nya sama sekali.
Satus setengah jam diisi dengan Ulangan Harian Matematika.
"Oke. Waktu habis, segera kalian kumpulkan jawaban kalian, setelah itu berdoa dan boleh langsung pulang." Bu Olivia berdiri dan menugaskan murid-muridnya untuk mengumpulkan kertas jawaban.
Semua murid maju dan memberikan kertas jawaban mereka. Lepas beberapa menit kemudian, setelah bel tanda pulang sekolah berdering, mereka diperbolehkan keluar kelas dan segera pulang.
"Gue ada kumpul anak-anak Ekskul PMR nih. Gue duluan ya." Pamit Azila pada kedua sahabatnya. Saat melewati aula tadi, Azila dipanggil dan dipinta untuk tetap berada di sekolah, karena akan ada satu kegiatan dari Ekskul nya.
"Oke. Hati-hati ya," ucap Kiara.
Kiara dan Alena melanjutkan perjalannya menuju halte angkutan umum didepan jalan sana.
"Habis ini lo ada kegiatan lain, Ki?" tanya Alena pada Kiara.
"Ada les, tapi nanti sih jam 5 sore. Lo sendiri?"
"Sama, ada les juga, lebih tepatnya sih persiapan buat Olimpiade," ucap Alena.
Diantara Kiara, Alena dan Azila, memang Alena lah yang lebih unggul dibidang pelajaran. Sejak kelas 10 Alena dan dua orang Kakak kelasnya pernah mengikuti Olimpiade sebagai perwakilan sekolah, dan pulang dengan membawakan kemenangan untuk SMA Cendana.
Sementara Azila, ia termasuk anggota aktif Ekskul PMR disekolah. Ia pernah memberikan dua piala kemenangan untuk sekolah dari Ekskul nya itu. Walau kemenangan itu bukan perindividu seperti kemenangan Alena, tetap saja Azila sudah memberikan dua prestasinya dan mengharumkan nama baik SMA Cendana.
Sementara Kiara? Ia hanya seorang gadis dikelas unggulan, yang nilai nya saja masih sering mengalami naik dan turun.
KAMU SEDANG MEMBACA
TE AMO, ALBEN! [COMPLETED]
Teen Fiction"Antara sedih dan senang. Berliku dan bergelimang dalam hidup. Semua seimbang dan tak perlu untuk bimbang." ㅡ Kiara Austiana Kiara Austiana, gadis remaja yang gila akan tarian. Balet adalah tujuan Kiara menempuh impian dengan tarian indah. Untuk K...