[ 1O. Aku dan Mereka ]

92 26 32
                                    

10. Aku dan Mereka.

Karena Balet, apa yang hati ku mau. Walau kenyataannya semua semu.
ㅡ TAA_1O ㅡ

Kini Kiara telah sampai di depan pintu rumah nya, terlihat mobil sang Ayah dan motor milik Kaisar sudah terparkir rapi di pekarangan rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kini Kiara telah sampai di depan pintu rumah nya, terlihat mobil sang Ayah dan motor milik Kaisar sudah terparkir rapi di pekarangan rumah. Ia langsung membuka pintu dan mengucapkan salam.

"Assalamualaikum." Kiara berjalan mendekati keluarga kecil nya yang tengah bersantai sambil menonton tv dan memakan camilan di ruang keluarga.

"Waalaikumsalam," balas Ayah, Bunda, dan Kaisar serempak.

Kirana yang melihat putri nya baru saja pulang langsung berdiri dan berjalan mendekat ke Kiara. Kirana mengambil alih tas sang anak. Terlihat Kiara menggosok-gosok kedua tangannya, berusaha mencari kehangatan dari sana.

"Kamu ke hujanan, Ki?" Tanya Kinara perhatian.

"Enggak kok, Bun, di luar dingin banget." Kiara memilih duduk disamping Austin ㅡAyah nya.

"Sudah makan belum, Ki?" Tanya Austin.

"Belum. Nanti aja aku makan sendiri, kalian pasti udah makan malam," ucap Kiara.

Benar saja ia baru sampai rumah jam delapan malam, sementara keluarga nya biasa makan malam jam tujuh. Sudah pasti mereka sudah makan lebih dulu. Jadi, biarlah malam ini Kiara makan malam sendiri.

"Iya kita udah makan. Ya udah, kamu ke kamar sana, ganti baju setelah itu makan malam," cetus Kaisar yang kini sedang sibuk berkutat dengan laptop dan beberapa lembar kertas dihadapannya.

"Oke, aku ke atas dulu ya." Kiara berdiri dan mengambil tas yang berada di samping Kinara, lalu beranjak pergi ke kamar nya.

Di kamar, Kiara langsung menaruh tas dan buku-buku pelajaran sehabis les tadi, ke dalam lemari buku sekolah milik nya. Setelah itu, Kiara pergi ke kamar mandi, untuk berganti pakaian juga mencuci muka.

Sepuluh menit kemudian Kiara keluar dari kamar mandi dengan baju piyama tidur berwarna hitam serta motif mickey mouse favorit nya.

Gadis itu menyempatkan diri untuk menyalakan ponsel nya, sekilas Kiara melihat ramai notif pesan masuk dari grup kelas, dan grup khusus diri nya, Alena dan Azila, serta ada satu notif pesan masuk dari nomor yang Kiara tidak ketahui.

"Nomor siapa deh ini?" gumam Kiara bermonolog.

Merasa tidak ingin memusingkan pesan yang tidak ia ketahui pengirim nya itu, Kiara lebih memilih turun ke bawah untuk makan malam, perut nya sudah sangat lapar. Tidak hanya perut, tapi tubuh nya pun sudah merasa lelah. Pikiran, hati, serta tubuh nya sudah sangat lelah karena beraktifitas sedari tadi pagi hingga malam hari.

Kiara memakan makan malam nya dengan sangat lahap, selain perut nya memang sedang lapar, masakan Kirana sangat enak dan sangat disukai oleh anggota keluarga nya, terutama Kiara.

"Pelan-pelan dong, Ki, makan nya. Enggak ada yang mau ngerebut juga," ucap Kaisar. Laki-laki itu datang dengan sekotak susu siap minum rasa coklat kesukaannya, setelah itu Kaisar memilih duduk dibangku yang berada di seberang Kiara.

Kiara meminum segelas air putih hingga tersisa setengah. "Iya, Abang."

"Jadi, gimana les hari pertama di kelas sebelas ini?" Tanya Kaisar.

"Lumayan seru, pelajaran yang diajari Ka Tamara dan Kaka pengajar lainnya juga mudah dipahami," ucap Kiara.

"Bukan itu maksud Abang. Tapi, jadi gimana tentang kesukaan kamu dalam dunia Balet itu? Udah nanya juga pendapat dari Tamara?"

Sejujur nya saat Kiara menanyakan perihal impian dan cita-cita kepada Tamara tadi, bukan hanya karena diri nya penasaran saja. Tapi, itu juga dorongan dari Kaisar untuk Kiara, agar lebih tahu dan paham pendapat-pendapat dari orang dewasa di sekitar nya.

"Kak Tamara bilang, kalau aku punya suatu impian dan keinginan aku harus menggapai nya. Untuk mencapai suatu keberhasilan tersebut harus banyak pengorbanan nya juga. Apa lagi suatu keinginan itu bertolak belakang sama kemampuan kita."

"Kak Tamara juga bilang, kalau aku dikelilingi sama orang yang sayang dan selalu mendukung apapun keputusan aku."

Kaisar terus menyimak dengan saksama penjelasan sang Adik. Sampai dimana ia mendengar ucapan terakhir dari Kiara yang membuat dirinya merasa sangat setuju.

Lalu laki-laki itu memukul meja dengan kerasnya sampai membuat suara yang lantang dan mampu membuat Kiara terkejut.

"Nah! Itu tuh yang Abang tunggu-tunggu dari ucapan kamu, Ki," ucap Kaisar. Ia menyingkirkan sekotak susu yang sedang ia minum dan berpindah duduk menjadi di samping Kiara.

"Yang namanya berusaha mencapai sesuatu, pasti selalu berdampingan dengan pengorbanan dan keikhlasan."

"Kamu dikelilingi orang-orang yang sayang juga selalu suport kamu, Ki. Jadi, jangan ragu untuk ambil suatu keputusan yang sudah kamu yakini," ucap Kaisar sambil menatap bola mata Kiara lekat, berusaha meyakinkan sang Adik.

Kiara menganggukan kepala nya sambil tersenyum manis membalas tatapan Kaisar. "Siap! Aku bakal terus semangat, enggak bakal ada kata malu karena diri sendiri yang akan keluar dari bibir aku lagi."

"Janji?"

"Janji, Abang!!"

Kaisar pun mengusap puncak kepala Kiara dengan lembut. Lalu laki-laki itu bangkit dari duduk nya dengan tangan kanan yang tetap memegang susu kotak rasa coklat milik nya.

"Oke, cukup siraman rohani dari Abang untuk malam ini. Ingat bayaran nya satu kardus susu coklat favorit Abang," ucap Kaisar dengan logat seperti seorang Ustadz yang baru saja memberikan kajian islami.

Kiara tersenyum mendengar ucapan nya. Gadis itu tahu betul jika Kaisar sedang memberikan nya sebuah candaan, tapi didalam hati ia berjanji jika besok ia akan membelikan susu kotak rasa coklat kesukaan Kaisar.

Lalu Kaisar berlenggang pergi ke kamar nya yang juga berada di lantai dua, persis disebelah kamar Kiara.

Beberapa menit kemudian Kiara pun ikut masuk kembali ke kamar nya, setelah mencuci piring bekas ia makan malam nya tadi.

Di kamar, Kiara berhenti didepan cermin, ia berkaca sejenak. Di sana ia melihat pantulan seorang gadis bernama Kiara Austiana, yang sebelumnya menjalankan hidup dengan garis monoton. Tanpa memiliki minat terhadap apapun itu.

Tapi, setelah melihat tarian Balet, Kiara jadi sangat menyukainya. Segala sesuatu tentang Balet Kiara sangat-sangat menyukainya.

Menurut Kiara, Balet dan tarian itu menggangambarkan salah satu bentuk dari perjuangan. Berlari, meloncat, jatuh, lalu bangkit kembali. Itu lah proses nya, sama dengan siklus kehidupan Kiara saat ini.

Namun, Kiara merasa tidak pantas dan malu terhadap diri nya sendiri. Rasa malu terhadap postur tinggi badan yang mini membuat nya selalu berpikir-pikir kembali, akan kah ia benar-benar bisa dan mampu? Akan kah ia benar-benar bisa mencapai semua impian nya itu, dengan rasa malu yang selalu hinggap di hati juga pikirannya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TE AMO, ALBEN! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang