[00]PROLOG.

436 64 178
                                    

[] PROLOG.

Seorang gadis berumur 14 tahun itu terus berjalan melewati lorong gelap dengan tangan kanan yang di genggam oleh ibunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang gadis berumur 14 tahun itu terus berjalan melewati lorong gelap dengan tangan kanan yang di genggam oleh ibunya. Ia sangat bingung, tempat apa ini? Seperti lorong kecil, dan gelap. Seperti studio bioskop, pikirnya. Tapi, dari sini ia bisa mendengar sayup-sayup suara orang berbincang.

Tak lama setelah itu ia sudah sampai di satu ruangan yang sama sekali belum pernah ia lihat sebelumnya, ruangan luas nan megah, dilengkapi kursi-kursi mewah yang berbaris dengan rapinya, di paling depan juga ada sebuah panggung yang masih tertutupi tirai berwarna merah. Perlahan hawa dingin pun terasa di indra perasanya, anak itu merapatkan tubuh kepada sang Ibu karena merasa sangat asing dengan tempat ini.

 Perlahan hawa dingin pun terasa di indra perasanya, anak itu merapatkan tubuh kepada sang Ibu karena merasa sangat asing dengan tempat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia menoleh kepada sang Ibu yang berada di samping nya saat itu. "Bun, ini aku di mana? Kok gelap banget sih?" tanya anak polos itu.

Sang Ibu terkikik sendiri mendengar pertanyaan anak perempuan nya. "Kita sedang berada di ruangan teater, sayang. Kan, kamu sendiri yang bilang kalau kamu mau ikut nonton pertunjukan Tante Lova, Ki." Jelas nya.

Kiara Austiana nama anak itu. Perempuan yang kini memakai gaun berwarna pink cerah selutut, dengan rambut hitam sebahu yang memberikan kesan imut untuk perempuan ini. Serta sepatu berwarna selaras dengan gaun yang di kenakannya. Ah, Kiara seperti princess malam ini.

Kiara mengangguk-anggukan kepala nya lucu. Oh ini teater, ucapnya di dalam hati. Sang Ibu mengajak Kiara untuk duduk di kursi yang telah ia pesan. Tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat juga dari panggung, ini memang posisi paling cocok untuk menonton pertunjukan.

Kiara memutar pandangannya ke seluruh sudut ruangan itu. Yang ia lihat hanya lah ruangan yang luas, dengan lampu-lampu berwarna emas yang menyilaukan dan orang-orang dewasa yang berangsur-angsur masuk ke dalam ruangan teater ini.

"Bun, Tante Lova nya mana? Kok aku enggak lihat dari tadi?" Tanya Kiara.

Perempuan dewasa itu mengusap surai lembut milik sang anak. "Sabar dong, Ki." Ia melirik arloji berwarna putih yang melingkar di pergelangan tangannya. "Sebentar lagi pasti acaranya mulai."

Dan benar saja setelah sang Bunda mengucapkan kalimat tersebut, beberapa detik kemudian pertunjukan sudah di mulai. Perlahan-lahan lampu yang ada di sana mati, hanya ada satu lampu yang menyorot ke tengah-tengah panggung.

Tirai merah nan megah itu pun di buka, menghadirkan para wanita-wanita cantik yang berlarian kesana kemari. Dengan pakaian-pakaian bak putri raja yang membuat rasa kagum terpancar dari indra penglihat para penonton.

Gemuruh suara tepuk tangan memenuhi ruangan teater itu saat pemeran laki-laki masuk ke dalam panggung. Pemeran utama perempuan dan laki-laki menari dengan indahnya di atas panggung, dengan musik klasik sebagai pengiring nya membuat suasana itu menjadi kian manis.

Beberapa tarian dan pertunjukan sudah Kiara saksikan, di mulai dari pemain musik yang memainkan alat dengan merdunya, para penari modern yang menampilkan bakatnya, dan juga tampilan barusan saja yang ia tonton. Tapi, sampai detik ini pun Kiara belum melihat seseorang yang ia tunggu.

"Bun, Tante Lova nya mana? Kok lama banget sih?" Tanya Kiara sebal. Sang Ibu tersenyum melihat keantusiasan putri kecil nya ini.

Tak lama kemudian lampu kembali redup, hanya ada satu lampu yang menyorot pada satu wanita dewasa dengan pakaian yang belum pernah Kiara lihat sebelumnya, serta rambut yang di cepol ke atas.

Dan benar saja dugaan Kiara. Itu Tante Lova yang sudah ia tunggu-tunggu. Lova menari dengan indahnya, meloncat kesana kemari, berputar dengan cantik, serta senyum khas diri nya yang terpatri jelas di kedua belah bibir perempuan itu. Membuat kagum para penonton juga dengan diri Kiara sendiri.

Tapi, Kiara belum pernah melihat tarian ini sebelumnya. Lalu ... jenis tarian apa ini? Tarian modern seperti yang ia sukai selama ini kah?

"Bun," panggil Kiara. "Yang Tante Lova tampilkan itu tarian apa? Kok, Kia, baru ngeliat yah? Apa ini jenis tarian baru?"

"Itu namanya tarian Balet, Ki. Tarian ini sudah lama ada, kok, dan disini Tante Lova sengaja mengisi acara dengan membawakan tarian Balet." Jelas sang Bunda.

"Wah ..." Ucap Kiara. Ia masih menatap kagum ke arah Tante Lova.

Balet, yah ... nama yang indah dan juga asing di telinga Kiara. Tetapi, Kiara suka itu, pertama kali melihat tariannya Kiara langsung mengagumi dunia Balet. Ia ingin mengetahui lebih banyak tentang dunia Balet.

"Bunda, aku mau jadi penari Balet," ujar Kiara tiba-tiba.

Sang Bunda kembali mengusap puncak kepala Kiara. "Bisa kok, pasti Kiara bisa mencapai itu."

"Kamu tahu enggak, Ki? Kalau para penari Balet perempuan itu biasa di sebut Ballerina." Lanjut nya.

"Iya kah? Namanya bagus banget! Ki, benar-benar suka sama Balet, Bunda! Kiara berharap, kalau suatu saat nanti Kiara bakal bisa menjadi Ballerina hebat dan cantik seperti Tante Lova!"

Sebuah ucapan yang berisi tekad dan harapan terucap dari dua belah bibir gadis itu. Dan, disini lah titik awal seorang Kiara mencapai mimpinya, menjadi Ballerina hebat yang memiliki kualitas dan bakat. Tetapi ... sebelum itu semua tercapai, ia akan melewati banyak proses.

Jatuh bangun mencapai tujuan, seperti jatuh bangun di dalam tarian, akan terus Kiara rasakan.

[ TE AMO, ALBEN! ]

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamualaikum, selamat pagi semua !!

TE AMO, ALBEN!
Disini aku akan membawakan cerita seorang Kiara, gadis yang memiliki porsi tubuh mini tetapi memiliki keinginan menjadi seorang penari Balet. Kiara tidak memiliki modal apa-apa dalam menjadi penari Balet.
Tetapi, untuk mencapai itu semua Kiara pastinya akan melewati banyak rintangan, cobaan, pengorbanan, sampai hinaan dan cacian.

Cerita ini juga salah satu dari cerita yang aku ikuti di Challenge 30 hari menulis dari penerbit Redaksi Athena. Redaksi_Athena

Ikuti terus cerita Kiara dalam mengejar impian nya yya !

Terimakasih, selamat menjelajahi kehidupan Kiara yyaw !! 💚

TE AMO, ALBEN! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang