DK|Part 22

125 8 2
                                    


Tiga tahun yang lalu....

Seorang laki-laki paruh baya berjalan pelan masuk kedalam rumahnya.

Ia terus menulursuri setiap sudut ruang keluarga di rumah besar itu sambil memanggil putrinya.

"Laura? How are you?" Panggilnya lalu membuka kamar putrinya

"Hai Dad?" Jawab putrinya yang bernama Laura itu.

Pria itu mendekati putrinya yang tengah duduk diranjang yang penuh dengan buku-buku pelajaran kuliahnya.

Ia duduk disebelah putrinya sambil tersenyum bahagia.

"Kau sedang apa?" Tanyanya

"Sedang belajar Dad. Bagaimana hari ini dikantor? Ada perkembangan?" Tanya Laura mentapnya.

Pria itu mengangguk.
"Baik. Kau tau? Dad akan menenangkan sebuah tander besar jika berhasil maka perusahaan Dad akan kembali membaik. Dan keuangan kita juga akan segera kembali seperti semula" jawabnya tersenyum senang.

"Benarkah? Jika seperti itu, maka kuliah Laura tidak akan ada kendala lagi dan kita bisa segera pulang ke Indo. Aku sudah sangat merindukan Mommy dan Kak Ajeng" responsnya dengan raut bahagia

"Iya, Dad juga senang. Setelah hutang Dad selesai, kita akan segera pulang" jawabnya.

Laura mengangguk antusias lalu memeluk Ayahnya.

"Terimakasih Dad. You is my super hiro" pujinya senang.

Ayahnya mengelus rambut putinya dengan sayang.
Keadaan mereka saat ini sedang kritis karena perusahaan Ayahnya atau yang akrab disapa Tuan William itu tengah di ambang kebangkrutan.
Dirinya terlilit hutang dengan perusahaan lain disana, di London.

Dirinya dan Laura sedang merantau disana terlebih lagi Laura yang lanjut kuliah dinegeri itu.
Sedangkan istri dan anaknya yang lain di Indonesia karena tidak memungkinan ikut bersama tinggal disana.

"Baiklah, setelah ini kau istirahat. Belajarnya disambung besok" ujar William kepada purtinya itu.

Laura mengangguk lalu melepaskan pelukan mereka.

"Selamat malam Dad. Have a nice dream" ujar Laura

William mengangguk
"You too" jawab lalu mencium kening putrinya.

Beberapa hari kemudian Laura yang baru saja selesai dengan aktifitas kuliahnya akan bergegas pulang, sudah lama ia tak pulang karena sibuk dengan tugas kelompoknya dan mengharuskan dirinya untuk tidak pulang dan menginap dirumah teman satu kelompoknya, dan beberpa hari itu pula ia belum kerumah dan bertemu dengan ayahnya karena terlalu sibuk, mereka hanya saling kabar lewat pesan saja.

Setibanya di rumah, ia langsung di kejutkan dengan keadaan rumah yang sudah ramai banyak orang.
Ia terkejut melihat Ibunya yang sudah ada disana dengan menangis tersedu sambil memeluk Ayahnya yang tidak sadarkan diri berbalut kain putih ditubuhnya.

DUA KEKASIH [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang