Part 13. Yeol set

18 5 0
                                    

Malam sobat semua. Hari ini updatenya malam nih. Maafkan ya partnerkuh 🤭 puspakirana55.  Kali ini Fey akan bercerita. Sekarang Fey di salon tanpa Dey lho? Jadi ngerasa bebas atau sedih ya? Yuk simak kisahnya 😍

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Part 13. Yeol set
By : Adelia Yulianti

Sekitar dua puluh menit sebelum AD dibuka, aku mengadakan briefing dengan seluruh karyawan AD. Lebih tepatnya, mengumumkan jika Dey tidak lagi terlibat di AD. Raut wajah para karyawan berubah ketika mendengar semua itu. Aku  mengamati satu per satu wajah mereka saat  mengumumkannya. Ada yang terlihat sedih, ada juga yang kaget mendengarnya. Ada juga yang senyum-senyum entah harus kuartikan apa.

Setelah mengumumkan bahwa Dey tidak lagi terlibat di AD, aku memberikan beberapa kebijakan baru untuk semua karyawan. Selama ini beberapa usulanku memang selalu ditolak oleh Dey. Salah satunya mengadakan pelatihan oleh tenaga profesional bagi semua karyawan AD untuk mengupgrade kemampuannya agar lebih kreatif dan juga inovatif. Menurutku dengan diberikannya pelatihan untuk para karyawan, pasti akan berdampak pada perkembangan AD.

Mulai hari ini pun akan diberlakukan briefing yang akan diadakan satu minggu sekali untuk mengevaluasi perkembangan AD. Juga memberi motivasi pada para karyawan untuk terus memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan.

Setelah selesai rapat di ruang perawatan, para karyawan bersiap untuk membuka salon AD. Aroma mawar merebak memenuhi sudut ruang ketika AC dinyalakan. Katanya, aroma ini mampu memberikan efek untuk menenangkan diri dari rasa marah, sedih dan juga stres.Tapi nyatanya tidak bisa melupakan kejadian dua hari lalu ketika rapat dengan Papa dan Dey membahas salon AD yang menyatakan Dey tidak boleh terlibat AD lagi.

Di satu sisi aku merasa bebas Dey tidak ikut campur lagi dalam mengelola AD. Tapi di sisi lain, aku sedih impian Dey membangun AD harus padam. Aku pun menyadari, Dey lebih banyak menyumbangkan ide dalam mengelola AD dari pada aku. Bahkan, terkadang ide-idenya selalu membuahkan hasil yang baik. Kecuali, ide waralaba. Sampai kapan pun aku takkan setuju.

"Hei, Mbak cantik! Kok melamun? Mikirin apa sih?" panggil Joice mengagetkan lamunanku.

Aku terperangah. Tidak menyadari bahwa selama beberapa saat ternyata sedang melamun menyandar di dinding ruang perawatan.

"Ih Joice! Bikin kaget aja kamu!" Sembari memukul pundaknya.

Primadona AD itu pun terkekeh-kekeh. "Biasanya akika yang dikagetin. Sekarang gantian ya Cyiin!" Tangannya tak berhenti melambai-lambai.

"Udah sana kerja, Joice!" cetusku seraya menyipitkan mata dan memukul pundaknya kembali.

"Eh cicak ijo kecebur di kolem, eh cicak biru." Latah Joice membuatku bergantian tertawa. "Ih Mbak! Kebiasaan deh!" Kali ini Joice yang menyipitkan matanya.

Aku segera meninggalkannya sembari tertawa mendengar ocehannya itu. Lalu mendatangi pelanggan satu persatu. Baru satu jam salon ini dibuka,  sudah sekitar sepuluh pelanggan berdatangan. Senyum ini tak berhenti mengembang melihat banyak pelanggan memenuhi ruangan ini.

Tak berselang lama aku bergegas ke ruang kerja AD. Membuat beberapa laporan yang biasa Dey kerjakan, kali ini aku kerjakan sendiri. Suhu ruangan di ruang kerja mendadak dingin. Rasa-rasanya seperti berada di kutub utara. Kuraih remot pendingin ruangan itu. Ketika mengambil remot dan melihat angkanya, menunjukkan angka dua puluh empat derajat celcius.

Aku mengernyit keheranan. Mana mungkin pendingin ruangan dengan suhu tinggi bisa begitu membuat badanku menggigil seperti ini. Apa ada yang salah dengan kondisi badanku? Segera kumatikan pendingin ruangan itu dan melanjutkan beberapa kerjaan yang akan kukerjakan.

Areumdaun DuoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang