Pagi Sobat semuaaa.
Hari ini aku update cerita Dey. Yuk! Langsung simak yaa😍🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Part 28. Seumul Yeodeolp
By: puspakirana55Aku menggigit bibir bawah ketika menatap tumpukan kardus besar yang masih dilakban di depan kamar indekos. Baru saja, Pak Anung, penjaga indekos merangkap tukang kebun, dan Mas Kurir selesai menurunkan semua kardus yang berisi stok produk Kireina pengiriman kedua. Stok pengiriman pertama yang datang seminggu lalu sudah tertata rapi di kamarku. Sekarang aku sedang memikirkan penyimpanan tumpukan kardus ini karena kamarku sudah penuh sesak oleh stok pengiriman pertama.
Aku tidak menyangka, Kireina mendapat sambutan hangat dari para calon pelanggan. Hampir semua teman dan kerabat yang mendapatkan contoh produk memesan kembali. Ini terjadi mulai seminggu setelah uji pasar dilakukan. Bahkan sampai sejam yang lalu masih berdatangan pesanan melalui pesan Whatsapp, direct message Instagram, dan website. Aku sampai meminta tolong Haikal untuk membantu pencatatan pesanan dari website dan Instagram Soft launching baru akan dilaksanakan besok, hampir setengah dari stok yang ada sudah dipesan.
“Kamu perlu hire orang buat jadi CS, Dey, jadi enggak sering telat makan kayak gini,” protes Pak Ardi ketika melihat aku masih berkutat membalas pesanan setiap istirahat makan siang di kubikelku dua hari lalu.
“Hire orang kan enggak bisa sembarangan, Pak. Dan saya belum ada waktu buat nyarinya.” Aku menjawab sambil mengecek keberadaan stok di laptop. Agak rikuh dengan kehadirannya. Untung saja Helen dan Siska sudah pamit makan siang duluan beberapa saat lalu.
“Sudah coba cari via internet semacam Job Street atau Top Karir?”
“Saya merasa lebih nyaman via rekomendasi teman komunitas bisnis, Pak. Kemarin udah sempat umumkan di grup Telegram. Udah ada yang respons juga. Tapi belum sempat bikin janji wawancara,” kataku sambil mencoba membalas pesan Whatsapp pelanggan. Namun terpaksa kuhapus balasan itu karena kalimatnya agak sulit dipahami.
“Itu udah bagus.”
Ya, kan aku pengalaman cari orang buat … tempat yang tidak ingin kusebut namanya!
“Nanti saya bantu umumkan di grup TU juga. Siapa tahu ada teman atau saudara tim kami yang berminat.”
TU (Trust Us!) adalah nama bisnis Pak Ardi. Aku menarik nafas panjang sambil menatap dua tulisan “You deleted this message” berturut-turut.
“Kenapa, Dey? Capek, ya? Istirahat dulu sambil makan siang. Yuk, ke kantin bareng.”
Duh, Pak! Bukan capek tapi Bapak bikin aku senewen! “Saya Go Food aja, Pak. Jadi bisa sambil ngerjain ini.”
Aku mengambil ponsel bermaksud memesan makan siang melalui aplikasi ojek online. Lagi pula aku tidak ingin bertemu Helen dan Siska yang tadi mengajakku ke kantin juga. Bisa-bisa mereka langsung heboh begitu sudah berkumpul lagi di sini. Akhir-akhir ini mereka mulai curiga karena Pak Ardi sering memanggilku ke ruangannya dan tetap semangat menjodoh-jodohkanku dengan atasan kami itu. Bahkan mulai berani melakukannya di hadapan Pak Ardi yang kerap membuatku salah tingkah.
“Biar saya saja yang pesan. Kamu mau makan apa?”
Ya, ampun Paaak! Aku memejam sebelum menatap lagi tulisan “You deleted this message” yang ketiga di layar ponsel.
“Dey? Ya, ampun! Ternyata sebanyak ini, ya? Padahal lebih sedikit dari pengiriman pertama, kan?” Suara terkejut Hara mengembalikan kesadaranku ke depan kamar indekos.
“Hai, Ra! Iya nih, gue juga enggak nyangka. Enggak bakalan cukup kamar gue kalau mesti nampung segini banyak.” Aku tersenyum tipis. “Tumben lo bisa nyampe jam segini. Boce lo lagi tugas luar, ya?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Areumdaun Duo
General Fiction"Enggak Dey! Cara itu bukan untuk kita. Udahlah, enggak usah punya pikiran yang aneh-aneh kayak gitu! Kita kan sudah sampai di titik ini. Jangan sampai mundur lagi, Dey!" "Siapa yang mau mundur? Justru Dey mau bikin kita maju, Kak!" * * * Fey dan D...