Part 24. Seumul Net

15 4 0
                                    

Sesuai janjiku hari ini 3 part yang akan diupdate🤗 Kali ini Dey yang akan bercerita. Yuk disimak🤗🤗

Part 24. Seumul Net
By puspakirana55

“Cieee, yang udah siap pulang. Berkah juga ya, boco kita tugas tiga hari ke Bandung, kerjaan lo jadi berkurang.”

Aku, yang sedang memasukkan laptop ke tas, menoleh ke arah datangnya suara sambil nyengir. Siska baru saja kembali dari toilet dan sekarang berdiri di dekat kubikelku. Sejak aku bercerita ide membangun bisnis produk perawatan wajah dan tubuh kepada Pak Ardi sekitar tiga minggu lalu, tugas-tugasku memang berkurang walaupun kadang-kadang tetap perlu lembur.

Hanya saja, aku bisa pulang lebih cepat karena beberapa kali Pak Ardi menyuruhku pulang dan mengambil alih sisa pekerjaanku.
Awalnya aku menolak, tidak enak hati merasa tidak sopan membiarkan atasan lembur karena menyelesaikan pekerjaanku.

Namun, Pak Ardi malah mengancam memberikan tugas lebih banyak saat aku menolak. Akhirnya aku setuju, walaupun tahu ia hanya main-main dari tatapannya yang jenaka. Ia mengatakan, “Saya tidak ingin menghentikan berkembangnya kemampuan kamu.” Ketika aku bertanya kenapa.

Aku sempat tercenung sejenak setelah mendengar itu. Kenapa sangat berbeda dengan mantan atasanku? Bu Listya tidak pernah mendukungku berbisnis, bahkan sering mendorong untuk lebih berkonsentrasi pada pekerjaan. Sama saja dengan Papa dan Kak Fey! Memang sudah semestinya aku berjauhan dengan mereka! Sesaat dada ini memanas.

“Langsung pulang, Dey?” Dari kubikelnya Helen agak berteriak.

“Enggak, mau ketemuan sama orang dulu.” Aku mencangklongkan tas.

“Nah, ya. Ketemuan sama siapa, nih? Calon pacar, ya?”

“Hah?” Aku tertawa kecil. “Kenapa sih selalu ke sana melulu arahnya, Sis?”

“Lagian, ngapain jauh-jauh, ya Dey?” Sekarang Helen sudah berada di dekat Siska.

“Maksudnya?” Aku mengerutkan kening.

“Yang dekat aja masih ada yang available di sini, keren pula.” Helen melirik ke arah ruangan Pak Ardi.

Nafasku sesaat tertahan. Apa mereka juga merasa hal yang sama?

“Enggak usah bingung gitu. Kalau perlu mak comblang, kita bersedia kok. Ya kan, Sis?” Helen menyikut Siska.

Siska mengiyakan sambil tersenyum dan terlihat bersemangat.

Ih, kenapa mereka jadi begini? Aku menggeleng-gelengkan kepala sambil bergerak keluar kubikel.

“Hey, Dey! Kita serius, lho ini. Daripada jatuh ke tangan yang enggak kita kenal sama sekali, mendingan boco kita sama lo.” Tangan Helen menahanku.

“Memang lo udah kenal gue?” Aku tertawa berusaha menenangkan diri agar tidak salah tingkah. Salah tingkah yang kurasa tidak pada tempatnya.

“Ya, paling enggak, kita jadi lebih gampang memonitor.” Keduanya tergelak hampir bersamaan.

“Dasar!” Aku melanjutkan langkah setelah tangan Helen terlepas.

Tepat di ambang pintu, terdengar Helen berteriak, “Dey! Traktir kita-kita dinner plus nonton ya, kalau nanti berhasil comblangin lo!”

* * *

“Saya sudah kirimkan via emal barusan Mbak Dey, daftar paket-paket produksi perawatan wajah, tubuh, dan rambut. Boleh dicek dulu.” Sandra, narahubung dari perusahaan penyediaan berbagai produk perawatan tubuh, tersenyum.

Aku segera membuka email yang dimaksud dan membelalak. Aku tidak menyangka begitu mudah jika kita ingin punya produk perawatan sendiri. Tidak perlu capek-capek melakukan trial and eror seperti yang sudah kulakukan setiap malam selama hampir sebulan ini. Tinggal memilih salah satu dari puluhan paket yang ditawarkan dan mentransfer biayanya. Satu sampai tiga bulan lagi, tergantung banyaknya jenis produk, kita sudah punya produk perawatan sendiri. Amazing!

Areumdaun DuoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang