Part 36. Seoreun Yeoseot

17 8 2
                                    




Part 36. Seoreun Yeoseot
By:puspakirana55

Aku tertawa kecil sambil memijit tombol lift untuk naik. Siska baru saja bercerita kekonyolannya ketika pertama kali bertemu calon mertua setelah mengabarkan berita gembira bahwa sang pacar akan melamar bulan depan.

"Nanti lo juga bakalan ngerasain deh, gimana salah tingkahnya pas pertama kali ketemu camer," ucap Siska di sela-sela tawanya. "Eh, gimana kabarnya boco kita, ya? Sebulan ini benar-benar enggak nengokin kita. Iya sih, sekarang kita lagi enggak di bawah dia. Lo bukannya sempat dekat sama dia? Masih kontakan, enggak?"

Tawaku berganti menjadi senyum hambar. Pikiran ini segera berputar mencari jawaban terbaik. Aku tidak ingin terpancing kemudian terjadi sesi curhat dengan Siska. Cukuplah Hara yang tahu banyak cerita kami.

"Masih, kan?" Siska menatapku menyelidik bersamaan dengan terbukanya pintu lift.

Aku tertegun menatap seseorang yang baru saja kami bahas. Sepertinya ia pun sama karena baru beberapa detik kemudian senyumnya terukir.

"Ayo, Dey!" bisik Siska sambil menyentuh pelan lenganku.

Aku tersentak dan melangkah masuk lift.

"Hai, Dey, Siska!"

Jantungku serasa melompat mendengar suara itu. Apa lagi aku berdiri tepat di sampingnya.

"Baru kunjungan cabang?"

Aku menelan ludah mempersiapkan diri menjawab. Bukan hanya karena ia adalah orang yang pernah terpikirkan menjadi pasangan hidup, tetapi juga karena ada Bu Listya yang barusan menatapku tajam, dan beberapa atasan lain bersama kami di lift ini. Aku serasa menjadi tersangka di sidang pengadilan.

Sikutan Siska menyadarkanku untuk berucap pelan, "Eh, iya Pak."

"Tapi semua baik-baik saja, kan? Maksud saya, semuanya!" Terasa ada penekanan pada kata "semuanya".

Apakah ia juga ingin tahu suasana hatiku? Hey, Dey! Dia calon kakak iparmu! Tubuhku membeku.

Lagi-lagi sikutan Siska memaksaku mengatakan, "Baik, baik, kok." Dan memberi penekanan ketika melanjutkan, "Semuanya!"

Ya, tentu saja semua akan baik kembali, kan? Walaupun sekarang belum.

Pintu lift terbuka di lantai kami. Tidak ada yang bergerak dari mereka. Mungkin mereka akan rapat di lantai teratas, tempat para pimpinan level satu dan dua Pro Life berkantor.

"Duluan Pak, Bu!" Kali ini Siska yang berucap.

Aku tak bisa menahan meliriknya sebelum mengikuti Siska saat mengucapkan hal sama dan kembali tersentak karena pandangan kami bersirobok.

"Dey! Ayo!"

Ajakan Siska menyadarkanku yang sempat terdiam beberapa saat setelah keluar lift. Aku segera melangkah menyusul teman seruangan itu dengan hati bercampur aduk. Kalau benar ia calon kakak iparku, kenapa aku merasa terselip rindu pada tatapan dari mata lelahnya?

* * *

"Ya Allah, Dey!"

Aku yang baru saja menyematkan laporan kunjungan ke email, menoleh.

"Gue WA call berkali-kali, kirim WA berpuluh kali. Cuma centang satu! HP lo kenapa?" Kening Hara berkerut dan bibirnya merengut.

Aku segera mengambil ponsel dari tas dan mengembuskan napas kencang. "Sorry, Ra. Kayaknya habis baterai. Gue lupa enggak bawa charger, tadi pagi memang tinggal seperempatnya, sih." Aku mengacungkan ponsel agar Hara melihat layarnya yang gelap.

Areumdaun DuoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang