Part 1 Hana

101 13 2
                                    

Part 1. Hana
by: puspakirana55

Bismillah

Selamat pagi menjelang siang Sobat semua💝

Hari yang dinanti-nanti adalah hari ini. Karena aku akan mulai update cerita selama 40 hari ke depan 😍

Nah, judulnya "Areumdaun Duo" di dalam cerita ini ada dua karakter tokoh utama. Yaitu, Fey dan Dey.

Siapa sih mereka? Dan bagaimana ceritanya?

Nah, hari ini giliran partnerkuh puspakirana55 yang buat cerita versi Dey.

Yuk, langsung aja simak ceritanya yaa💕💕

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Suara Kak Fey yang tak biasa serasa silet di telingaku. Aku tidak ingat kapan ia terakhir kali berucap dengan nada seperti itu. Membuat denyutan di kepala yang menyerang sejak keluar ruangan Bu Listya, atasanku, terasa lagi.

Padahal tadi denyutan itu sempat menguap ketika tiba di salon. Lantunan lagu Hellevator dari boys band kesayangan Stray Kids, menyambut begitu pintu terbuka. Foto-foto wajah personilnya dan personil grup lain yang tersebar di dinding dan pembatas ruang resepsionis dengan perawatan rambut, benar-benar memanjakan mata. Aroma bunga bercampur buah-buahan yang segar menyeruak indera penciuman. Sapaan ramah resepsionis dan candaan genit Joice, kapster bencong yang menjadi promadona salon kami, mencerahkan suasana. Semua itu segera menurunkan tingkat kelelahanku beberapa derajat.

Tapi sekarang? Lelah itu hadir lagi bahkan menjadi dua kali lipat, membuat rahangku mulai kaku.

"Jadi, Kak Fey enggak setuju? Kenapa, sih? Waralaba itu bagus banget, Kak!" Aku berusaha meyakinkan perempuan yang berdiri dengan kening berkerut di dekat mejanya. "Kata Pak Rinaldi...."

"Dey, dengar ya!" potong Kak Fey tajam. "Kamu pikir gampang pantau orang lain jalankan bisnis kita? Belum lagi kalau jaraknya jauh. Kita enggak bisa percaya gitu aja sama orang lain. Kelihatannya baik-baik aja, ternyata salon kita di sana bobrok. Atau salon kita dibuat tempat enggak benar misalnya. Nama kita bisa jadi jelek! Apa yang sudah kita bangun tiga tahun ini bisa hancur! Kamu mau kayak gitu?"

"Ya, enggak maulah, Kak." Aku merengut. "Tapi Kakak dengar dulu penjelasanku, dong!"

"Enggak Dey! waralaba bukan untuk kita. Udahlah, enggak usah punya pikiran yang aneh-aneh kayak gitu! Kita kan sudah sampai di titik ini. Jangan sampai mundur lagi, Dey!" Tangan Kak Fey yang bersedekap menambah kekakuan di antara kami.

"Aku enggak maksud bikin AD mundur. Justru biar salon kita makin maju, makin besar, Kak!" Aku mendengkus.

Sepi beberapa saat. Aku memperhatikan Kak Fey yang meneguk minumannya sebelum mengatakan, "Kamu lihat 'kan? Selama tiga tahun belakangan ini, AD tidak pernah sepi pelanggan. Sudah banyak pelanggan tetap di AD. Bahkan sudah banyak pula media yang meliput! Jadi untuk apa lagi salon ini diwaralabakan? Setidaknya, banyak cara yang bisa dilakukan selain waralaba, Dey!"

"Dengan cara apa? Katanya enggak mau AD kayak gini terus!" tantangku kesal.

"Kita kan bisa buka cabang sendiri. Gak perlu sampai melibatkan orang luar. Kalau kita buka cabang, 100% kita memiliki kebebasan dalam segala hal dan tentunya bisa terpantau oleh kita, Dey." Intonasi suara Kak Fey menurun, tetapi tidak mengurangi hawa panas dari perut yang naik ke dadaku.

"Dari mana uangnya, Kak? Buka cabang itu butuh dana enggak sedikit. Ngutang? Aku enggak mau! Dan kita kan udah sepakat enggak akan pernah ngutang!" Keningku yang mulai mengeluarkan bulir-bulir keringat, berkerut.

Areumdaun DuoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang