Hai sobat semua. Maafkan malam ini baru update cerita Fey. Tapi ada yang menarik lho!apa ya kira-kira?Yuk ah langsung disimak aja😉
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Part 35. Seoureun Daseot
By Adelia Yulianti“Fey udah berapa persen renovasi cabang AD?” kata Papa di meja makan. Hidangan buatan Mama sungguh menggugah selera makan malamku.
Aku mengambil air dingin dari kulkas lalu berjalan mendekati Papa.
“Sekitar tujuh puluh persen, Pa! Doain ya biar cepet kelar.” Aku meneguk air dingi.
“Iya, pasti Papa doakan, Fey! Ngomong-ngomong, nama salon cabang itu gak kamu ganti? Tetep Arumdaun Duo?” tanya Papa.
“Engga, Pa. Fey gak mau ganti, biar AD aja. Nama itu hasil diskusi Fey dan Dey. Lagian sudah dikenal banyak orang. Jadi Fey mau tetep pake nama AD."
“Iya, Papa juga setuju, Fey. Lanjutkan bisnismu, ya. Semoga AD tambah maju. Oh iya, Fey nama lelaki yang jemput kamu pas mau ke AD beberapa hari lalu itu siapa?” Papa melirikku sambil membalik piring yang ada di meja makan. Kulihat tangannya mulai menyendok nasi.
Aku kaget mendengar Papa bertanya seperti itu. Suasana diam sejenak.
“Genta, Pa!” sambar Mama seraya menarik kursi dan duduk di sebelah Papa.
Aku menoleh ke arah Mama. Mama tersenyum meledek.
"Mama setuju tuh Pa kalau Fey sama Genta. Kelihatannya dia baik. Sopan lagi," lanjutnya.
Aduh! Mama kenapa harus ngomongin Genta pas mau makan kaya gini sih. Bikin ilang selera makanku aja.
"Oh gitu Ma!" Kulihat Papa melirik Mama sambil tersenyum.
Aku segera membalik piring yang ada dihadapanku lalu menyendok nasi yang harusnya tiga sendok, berubah jadi setengah sendok nasi.
Terlihat dahi Mama mengernyit. Mungkin ia berpikir, mengapa aku makan lebih sedikit dari biasanya.
"Ma! Fey mau cuminya dong!" Aku mengalihkan pembicaraan berharap mereka berdua tidak membicarakannya lagi.
Mama menyodorkan piring yang berisi cumi saus padang kesukaanku.
"Kapan-kapan undang makan malam, Fey. Papa mau kenal sama siapa Ma tadi namanya?"
"Genta, Pa." Mama melirik Papa.
Netraku membelalak kaget mendengar Papa menyuruhku untuk mengundang Genta makan malam di rumah ini. Apa aku tidak salah dengar?
Tiba-tiba jantung ini bergetar hebat. Rasanya lebih deg-degan dari lomba lari marathon.
"Nah iya, Genta. Ya udah sekarang makan dulu, ya. Nanti kita bahas lagi," kata Papa.
Papa tidak menunggu jawabanku. Lelaki separuh baya itu langsung menyendokkan nasi ke mulutnya. Setidaknya aku bisa menyiapkan jawaban khusus untuk pertanyaan ini setelah makan.
Bagaimana jika pemilik senyum Cho Si Won itu benar-benar berada dihadapan Papa dan Mama untuk makan malam bersama? Apa yang akan Papa tanyakan? Apa yang akan Mama introgasi? Ah! rasanya tak sanggup membayangkan semua itu.
Ingat ketika beberapa hari lalu Genta menyatakan kalau ia punya rasa dan nyaman berada didekatku. Mendengar pengakuannya itu jantungku serasa tidak berdetak beberapa detik. Sekarang, rasanya ucapan Papa kembali lagi membuat dada ini tak karuan.
Aku menarik napas dan membuangnya perlahan. Makanan yang seharusnya enak, tapi sekarang menjadi tidak ada rasa karena sudah terkontaminasi oleh pikiran takut tentang makan malam bersama itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Areumdaun Duo
General Fiction"Enggak Dey! Cara itu bukan untuk kita. Udahlah, enggak usah punya pikiran yang aneh-aneh kayak gitu! Kita kan sudah sampai di titik ini. Jangan sampai mundur lagi, Dey!" "Siapa yang mau mundur? Justru Dey mau bikin kita maju, Kak!" * * * Fey dan D...