Hallo Sobat semuaaa hari ini aku akan update cerita tentang Dey yaa
Langsung aja disimak yaaa🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Part 12. Yeol Dul
By: puspakirana55“Sampai sekarang gue enggak ngerti jalan pikiran Bokap gimana, kok minta gue ninggalin AD.” Aku melanjutkan cerita saat di mobil Hara tadi yang terpotong karena kami sudah sampai di mal untuk makan malam. “Padahal mestinya Bokap tahu, AD itu ibarat anak buat gue. Idenya dari gue. Kalau gue enggak ngajakin Kak Fey bisnis salon, enggak ada tuh AD.”
Hara mengalihkan pandangan dari buku menu ke arahku, “Iya, ya. Kenapa Bokap lo kayak gitu? Tapi pasti ada alasan kuat Dey, Bokap mutusin lo enggak terlibat di AD lagi.”
“Ya, ada. Tadi kan udah gue bilang waktu cerita di mobil. Tapi enggak masuk akal. Lagian Bokap ini enggak konsisten. Dia bilang gue harus milih, tapi langsung dia putusin aja kalau gue tetap kerja dan ninggalin AD. Itu namanya memaksa bukan memilih!” Suaraku agak meninggi.
Tiba-tiba terdengar ponselku berbunyi tanda telepon masuk. Aku melirik layarnya dan mengembuskan napas membaca nama Kak Fey di sana. Kubiarkan nada panggil WA call itu berhenti sendiri. Sejak rapat keluarga dua hari lalu, aku mogok bicara kepada orang rumah. Aku lebih banyak mengurung diri di kamar untuk menghindari berdekatan dengan mereka. Jika Ibu atau Kak Fey masuk ke kamarku, aku berpura-pura tidur, sehingga tidak ada kesempatan untuk bercakap-cakap. Untung saja aku memang sedang kurang enak badan, jadi mereka tidak memaksa berbicara denganku, mungkin mereka berpikir aku memang perlu banyak istirahat karena sedang kurang sehat.
Selama mengurung diri di kamar, rasanya tak dan hati acak-acakan. Berbagai peristiwa bergantia berputar-putar di sana, membuat mendung tak pernah pergi dari dada dan kepala. Hingga sampai pada pemikiran untuk indekos saja di dekat kantor. Toh sekarang aku tidak perlu lagi ke salon sepulang bekerja. Aku juga punya alasan kuat lain. Bukankah mereka khawatir aku kecapekan? Dengan indekos di dekat kantor, aku bisa menghemat waktu dan tenaga, dan yang penting aku juga bisa menghindari berinteraksi dengan mereka yang sudah menyakiti.
“Ra, bantuin gue cari kosan, ya? Gue kayaknya mau ngekos aja dekat-dekat kantor.”
“Hah? Serius lo mau ngekos?”
Aku mengangguk mantap. “Seriuslah. Kerjaan gue makin banyak akhir-akhir ini, jadi sering lembur. Tadi aja, lo mesti nunggu gue sejam baru bisa keluar kantor. Thanks ya,Ra. Udah mau nungguin gue.”
“Anytime.”
“Sorry, gue jarang banget nungguin lo kalau lagi lembur.”
“Enggak masalah. Lo kan mesti cepat-cepat ke salon.”
“Tapi tenang besok-besok gue bisa nungguin selama apa pun lo lembur.” Aku mengatakan “tenang” tetapi dadaku memanas. Aku menarik
napas dalam-dalam untuk mengusir panas itu. “Eh, balik lagi ke masalah ngekos. Beneran ini, Ra. Bantuin gue nyari kosan, ya?”“Siaaappp.” Pandangan Hara kembali ke buku menu.” Lo mau pesan apa, Dey? Gue Philadelphia aja.”
“Apa, ya?” Aku melirik tak bersemangat ke buku menu. “Sama aja, deh.”
“Minumnya gue orange juice. Lo ice lemon tea kayak biasa?”
“Hot lemon tea aja.”
“Lo masih enggak enak badan? Mestinya lo cuti sehari lagi, biar benar-benar fit.” Hara melirik sambil menaikkan salah satu alisnya.
“Ini udah sembuh, kok Ra. Buat jaga-jaga aja.”
Hara memanggil pramusaji yang sedang lewat dan memesan makanan serta minuman yang sudah kami pilih. Setelah pramusaji berlalu, ia berdiri. “Gue ke toilet dulu, ya Del. Mendadak mulas gini. Hari ini memang gue belum “setor”, sih. Mumpung makanan baru dipesan.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Areumdaun Duo
General Fiction"Enggak Dey! Cara itu bukan untuk kita. Udahlah, enggak usah punya pikiran yang aneh-aneh kayak gitu! Kita kan sudah sampai di titik ini. Jangan sampai mundur lagi, Dey!" "Siapa yang mau mundur? Justru Dey mau bikin kita maju, Kak!" * * * Fey dan D...