Part 17. Yeol Ilgop

16 3 0
                                    

Met malam semuaaaa

malam ini kembali lagi dengan kisah Fey. Kira2 apa yaaa??
Yuk saksikan kisah Fey di cerita Arumdaun Duo😍

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Part 17. Yeol Ilgop
By : Adelia Yulianti

Papa akhirnya mengizinkan Dey indekos di dekat kantornya. Dey beralasan demi menjaga kesehatan tubuh. Namun, hati kecilku mengatakan ia melakukan itu karena marah padaku. Sikapnya menunjukkan hal tersebut.

Apa lagi ketika aku tidak sengaja membaca pesan Whatsapp di ponselnya yang menyatakan Dey berniat indekos. Ia sangat marah sampai-sampai merebut dengan kasar ponselnya dariku. Masih terngiang di kepala suara keras pintu dibanting saat Dey meninggalkanku di kamarnya.

Si kecil yang dulu mengidolakanku dan menangis bombay ketika aku harus pergi meninggalkannya, sudah tidak ada lagi. Ah, aku tidak bisa membayangkan jika jauh darinya. Kadang, aku masih merindukan hal-hal semacam itu. Namun, Dey? Mungkin ia sudah lupa karena kesibukannya semenjak kuliah sampai sekarang.

Ternyata kebahagiaan di masa kecil bisa begitu dirindukan ketika kita sudah dewasa. Padahal saat kecil, kita ingin cepat dewasa. Rasanya keren dan menyenangkan menjadi orang dewasa karena bisa melakukan berbagai hal yang kita belum boleh melakukannya. Namun, ternyata kondisi dewasa tidak seperti apa yang kita pikirkan di masa kecil.

Aku yakin di hati kecilnya Dey pun merasakan hal yang sama. Mungkin saat ini, Dey butuh waktu untuk berpikir sejenak bahwa apa-apa yang ia lakukan belum tentu semudah apa yang ada dipikirkannya. Mungkin juga dengan jauh dariku, ia bisa lebih mengembangkan potensinya. Karena adikku satu-satunya itu anak yang pintar. Sejak kecil selalu menjadi juara kelas. Ah, sesebal-sebalnya aku dengan Dey, ia tetap adikku yang paling aku sayangi.

***

Pukul sebelas lebih dua puluh menit aku baru tiba di salon karena harus membeli keperluan perlengkapan AD yang sudah habis. Aku mulai kewalahan mengelola AD sendirian. Setelah ini masih banyak kerjaan yang harus diselesaikan. Begitu masuk AD aku bergegas menaruh perlengkapan itu ke belakang dan langsung ke ruang kerjaku untuk menyelesaikan pekerjaan lain.

Sekitar pukul satu aku baru turun mengecek pekerjaan kapster dan para karyawan lainnya. Wangi lavender segera menyambutku. Aku memejam sejenak menikmati aromanya. Saat membuka mata, terlihat ada bekas handuk kecil tergeletak di kursi hitam dekat Riska, salah satu karyawan AD.

“Riska, ini tolong handuk bekas pelanggan jangan ditaruh sembarangan di kursi, ya?Nanti pelanggan jijik lihatnya,” tegurku seraya mengambil handuk dari kursi hitam itu.

Riska yang sedang membereskan peralatan salon bekas pelanggan segera berhenti lalu menghampiriku.

“Eh iya Mbak Fey! Maaf, Riska lupa,” jawab Riska mengambil handuk kecil dari tanganku.

“Ada apa sih, Cyiin !” sapa Joice menepuk pundakku.

Aku menoleh. “Ini Riska lupa handuknya belum dipindahin.”

“Duh, akika kira ada apa begindang!” Tawa Joice menggema.

“Ini, nih yang bikin berisik sekaligus tergelitik! Jalannya udah anggun, tapi kalau ketawa kaya babun!” sambar Wulan dari jauh meringis.

“Hei, you! Awas ya, ngata-ngatain akika. Tak sobek-sobek bajumu,” balas Joice melotot.

“Ih udah, ah. Kebiasaan deh kaya Tom & Jerry berantem terus. Giliran gak masuk nanti kangen! Udah sana kerja. Tuh ada dua orang yang baru masuk,” mataku menatap ke arah resepsionis.

Areumdaun DuoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang