"Setidaknya pastikan dulu perasanmu padanya, Tae. Jangan asal menjalin hubungan seperti saat bersama Yoongi. Apa kau sadar jika itu hanya sekedar rasa kagum bukannya rasa cinta huh?" Oceh Seokjin sambil menaruh semangkuk jajangmyeon di depan Taehyung yang sudah menunggunya sejak setengah jam lalu di kursi meja makan.
"Aku bahkan tidak tau rasa seperti apa yang Hyung maksud." Balas Taehyung sambil mengaduk jajangmyeon yang nampak sangat enak itu. Jajangmyeon makanan favorit dan Seokjin adalah koki favorit, bukankah perpaduab yang sangat luar biasa? Sayang mood Taehyung sedikit buruk karena percakapan siang tadi dengan Hoseok masih saja bergelut di pikirannya bahkan sepulang dari kantor di langsung menuju rumah Namjoon dan Seokjin.
"Coba jawab jujur pertanyaan Hyung. Apa kau pernah berciuman dengan Yoongi?" Tanya Seokjin yang kini duduk di kursi meja makan seberang Taehyung.
Taehyung menatap Seokjin sekilas lalu mengangguk tak niat berkata sebab mulutnya masih penuh dengan jajangmyeon.
"Bagaimana rasanya?" Tanya Seokjin lagi.
Taehyung meneguk segelas air mineral setelah menelan habis jajangmyeon yang tadi di kunyahnya.
"Rasanya? Hanya bibir bertemu bibir karena Yoongi Hyung juga melumat bibirku jadi kemungkinan kami bertukar saliva dan karena saliva mengandung glukosa--------"
"Yak! Bukan rasa seperti itu yang ingin kudengar!"
Seokjin tak habis pikir dengan Taehyung. Yang dia mau tau adalah rasa hati Taehyung malah yang didapat rasa indra pengecap.
"Lalu?" Oke. Taehyung benar-benar bingung karena dia tidak paham rasa seperti apa yang di maksud Seokjin dan dia merasa jawabannya pun memang benar. Glukosa bertemu glukosa tentu manis bukan? Lalu salah jawabannya dimana?
Seokjin menghela nafas nafas lalu kembali duduk tegak setelah sempat tersandar lelah pada sandaran kursi.
"Sekali-sekali terimalah ajakan kencan Jungkook. Cobalah habiskan seharian penuh pada akhir pekan dengannya." Ucap Seokjin kemudian.
"Tapi dia tak pernah mengajakku kencan, Hyung." Jawab Taehyung dengan wajah polosnya yang membuat wajah Seokjin yang tadinya sudah tenang menjadi keruh kembali.
"Ya! Kalau selalu bilang tiap sabtu Jungkook mengajakmu jalan-jalan tapi kau tolak. Lalu apa itu namanya kalau bukan ajakan kencan huh?"
"Ya! Itu jalan-jalan Hyung bukan kencan. Kalau kencan sudah pasti ajakannya 'mau kencan denganku hari ini?' Bukannya 'tae ayo jalan-jalan' jadi salahku apa lagi Hyung?"
Sudah tidak peka masih keras kepala pula, hng Seokjin jadi lelah berdebat dengan sepupu suaminya itu.
"Ya ya ya besok cobalah menerima ajakannya sekali saja biar kau paham perbedaan seharian bersama Jungkook dan Yoongi. Kalau kau merasa sama saja, jangan mulai hubungan dulu." Mengalah lebih baik daripada Seokjin makin pening.
Setelah meminta saran dari Seokjin plus makan malam gratis, Taehyung pun memilih untuk kembali ke apartemennya. Sepertinya tak ada salahnya mencoba menghabisan akhir pekan bersama Jungkook. Lagipula Jungkook orang yang cukup menyenangkan dan lucu daripada Yoongi yang lebih banyak diam dan sibuk dengan ponselnya.
"Hey malam Tae. Tumben sekali pulang larut." Sapa Jungkook yang sebenarnya sengaja menunggu Taehyung karena kata satpam apartemen Taehyung belum terlihat memasuki gedung apartemen.
"Tadi aku mampir ke rumah Hyungku dulu, Kook. Tumben sekali kau keluar jam segini?" Tanya Taehyung. Mereka bertemu di depan lift omong-omong.
Jungkook menggaruk kepalanya yang tak gatal sambil tersenyum bodoh. Tidak mungkin dia bilang sengaja ingin menunggu Taehyung sambil ngobrol santai dengan satpam.
"Hanya ingin mencari udara segar saja." Oke ini jawaban teraman yang terlintas di otak cerdas Jungkook.
"Baiklah kalau begitu, aku duluan ya."
Baru tiga langkah kedepan, Taehyung menghentikan langkahnya lalu menoleh pada Jungkook yang masih setia berdiri di depan lift.
"Jungkook-ah mari berkencan besok."
Tbc