7| Villain is better than Two-faced

908 59 7
                                    

"Kalian berdua tidak menyiapkan berkas untuk kuliah?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalian berdua tidak menyiapkan berkas untuk kuliah?"

Saat ini, Karan dan Karin tengah berada diruang kerja Ayahnya. Setelah tadi Ayahnya mengeluarkan Karin dari gudang, lalu meminta Karin untuk memanggilkan Karan dan menyuruh mereka berdua datang ke ruang kerjanya untuk membahas kelanjutan pendidikan mereka.

Tidak ada sahutan dari mereka, Karin yang sibuk menunduk dan Karan yang bersedekap dada dengan raut datarnya.

"Kok diem?"

"Karna nggak ada yang perlu dibicarain." sahut Karan.

Karin mengangkat kepalanya dan menggelengkan kepalanya, memberi isyarat agar Karan tidak berbicara tidak sopan kepada Ayahnya.

"Karan, Papa bicara baik-baik. Tolong hargai Papa."

"Mau berapa emang? 10 ribu? 2 ribu? Atau 500 perak?"

"Jangan buat Papa marah Karan!"

Karan hanya tersenyum sinis menanggapi.

Tidak ingin suasana menjadi lebih panas, Karin pun menengahi keduanya. "Karin nggak lanjut Pa."

"Kalau Karan, Karin ngggak tau."

Jawaban Karin, membuat Ayahnya bingung. Bagaimana bisa? Bukankah ia tau kalau Karin memilih untuk kuliah di Indonesia dari pada tidak sama sekali karena istrinya tidak mengizinkannya untuk menerima beasiswa itu?

"Kok bisa?"

Selanjutnya bukan Karin yang menjawab, melainkan Karan. "Bisa aja, karna Mama nggak sanggup buat bayar semua biaya kuliahnya."

"Lagian, bukankah ini yang kalian inginkan?"

Sang Ayah terlihat menghela nafasnya, istrinya itu memang benar-benar sudah kelewatan. Sudah melarang Karan dan Karin untuk menerima beasiswa diluar negeri, sekarang beralasan tak sanggup membayar semua biaya kuliah.

"Papa yang akan bayar biaya kuliah kalian."

"Nggak perlu, udah males."

Karin yang sedari tadi diam pun, sekarang ikut menyahuti pernyataan Ayahnya. "Nggak usah Pa, Mama juga nggak bakal kasih izin. Karin bakal cari kerja buat kuliah Karin sendiri."

"Tapi Karin, mau ditaruh dimana muka Papa kalau kamu kerja?"

"Tong sampah." sahut Karan lancang.

"Berani kamu!"

"Ngapain takut."

Plak!

Satu tamparan berhasil mengenai pipi Karan. Karan hanya tersenyum sinis.

Karin menutup mulutnya dengan kedua tangannya tak percaya, Ayahnya yang seingatnya tak pernah main tangan terhadap anak-anaknya kini sudah berani bermain tangan.

Karan Dan Karin [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang