3| As Always

1.3K 102 15
                                    

"Abang! Kakak!" Caca berteriak dengan derai air mata yang membasahi pipinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Abang! Kakak!"
Caca berteriak dengan derai air mata yang membasahi pipinya. Caca berlari menghampiri kakak kembarnya, lalu memeluk keduanya erat dan menangis sejadi-jadinya disana.

"Jangan sakitin abang sama Kakak, Oma." Suaranya terdengar bergetar karena menangis. Caca menangis tersedu-sedu mengakibatkan dirinya sesenggukkan.

Semua orang yang melihatnya terkejut bukan main. Sejak kapan Caca ada disana? Apa Caca melihat semuanya? Pertanyaan-pertanyaan itu terus terlintas dibenak semua orang. Bahkan Karan dan Karin pun terkejut bukan main.

"Caca sayang, sini Nak!" panggil Ibunya lembut.

"Nggak mau, mama jahat! mama ngebiarin Oma mukulin Abang sama Kakak!" Caca menolak keras-keras permintaan Ibunya.

"Mama nggak jahat sayang, Mama cuma pengen ngasih pelajaran sama kakak-kakak mu. Mereka salah maka mereka harus dikasih hukuman."

"Nggak! Pokoknya mama jahat! Caca benci sama Mama."

"Ssstt, jangan nangis oke? Mama bener, Kakak sama Abang salah jadi kami diberi hukuman. Caca nggak boleh gitu yah sama Mama, sana minta maaf!" Karin berjongkok untuk menyesuaikan tingginya dengan Caca, dan memberikan pengertian kepada Caca.

"Tapi Kak—"

Karin menggeleng dan mengusap air mata yang ada dipipi Caca. "Ayo minta maaf sama Mama,"

Caca pun mengangguk patuh menuruti perintah Kakaknya. Caca menghampiri Ibunya dan mengucap maaf kepadanya. Ibunya kemudian memeluknya erat.

"Sekarang Caca ke kamar ya, biar mama antar." pinta Ibunya.

"Nggak mau, Caca mau sama Kakak sama Abang." Caca menggeleng keras, kemudian meminta pertolongan kepada Ayahnya lewat sorot matanya.

Tapi ayahnya menggelengkan kepalanya pelan, "Ini udah malem Ca, Abang sama Kakak juga bentar lagi tidur. Sekarang Caca tidur ya,"

"Tapi Pa—"

"Hustt, tidur! Besok kita jalan-jalan kalau Caca udah pulang dari TK."

Caca menggembungkan pipi tembemnya dan kemudian mengangguk.

Setelah kepergian Caca dan Ibunya, Papa si kembar meminta permohonan kepada mertuanya untuk berhenti memukuli kedua anaknya.

"Udah Ma, kasihan anak-anak."

Karan yang mendengar hal itu hanya memutar bola matanya malas.

Karan Dan Karin [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang