14| Tuduhan

699 52 0
                                    

Karan telah sampai didepan rumah Dion, tentu saja tanpa motornya karena beberapa menit yang lalu Omanya baru saja menjual motornya seharga 20 juta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karan telah sampai didepan rumah Dion, tentu saja tanpa motornya karena beberapa menit yang lalu Omanya baru saja menjual motornya seharga 20 juta.

"Eh ada mas Karan, udah lama ya kita nggak ketemu. Ada keperluan opo toh mas?" Sang satpam yang bekerja di rumah Dion pun menyapa Karan yang baru saja sampai.

"Eh si bapak, kangen yah pak? Yaiyalah pak! Saya kan ngangenin."

Dengan pedenya, Karan mengatakan hal seperti itu sembari menampilkan wajah sok gantengnya.

"Ya gusti, Mas Karan teh kalo ngomong suka bener. Saya teh rindu atuh sama mas, mas kan udah lama nggak jahilin saya."

Karan benar-benar menjadi sosok yang berbeda dimata orang-orang luar. Karena luka, bisa merubah seseorang.

"Kangen-kangenannya nanti ya pak? Yoyon ada didalem gak pak?"

"Lah? Mas Karan teh tidak tahu ya? Mas Dion teh udah keluar atuh."

"Kemana pak?"

"Lah mana saya tau,"

"Saya kan ikan," Karan menyambung kalimat satpam Dion yang bernama Salimin.

"Jiyahhh!!!" Pak Salimin dan Karan pun tertawa hanya karna hal kecil seperti itu.

Karan pun segera menghentikan tawanya dan mengambil ponselnya disaku celana jeans yang tengah ia pakai. Mencari nama kontak Dion lalu segera menelponnya.

Panggilannya tersambung, tetapi tak kunjung diangkat oleh sang pemilik.

Karan pun melakukannya sekali lagi, namun hasilnya tetap sama. Karan berdecak kesal. Kemana Dion pergi?

Karan pun segera melakukan panggilan kepada Rendi, dan beruntung Rendi mengangkatnya.

"Wesss, tumben nelpon gue. Kangen ya lo? Kuylah kumpul!"

Rendi selalu saja mengajak teman-temannya untuk berkumpul-kumpul. Apakah Rendi tidak ada kerjaan lain selain itu?

"Ogah dah gue kangen sama lo, liat yoyon gak?"

"Gue nggak tau, gue kan ngandang di rumah."

Karan berpikir sejenak untuk mencari tahu kemungkinan-kemungkinan perginya Dion.

"Kenapa emang?"

"Gue ada didepan rumah Dion, mau main. Tapi anaknya nggak ada."

"Lagi boker kali,"

"Ck! Dahla, nggak ada hasilnya juga gue nelpon lo. Bye!"

Karan kembali menyimpan ponselnya lalu pamit kepada satpam dan pergi untuk mencari Dion. Karan ingin membantu Dion untuk membatalkan acara perjodohannya dengan Citra.

Ditengah jalan, ponsel Karan bergetar. Karan berpikir itu adalah Dion, dan ternyata itu memang benar panggilan dari Dion.

"Halo yon!"

Karan Dan Karin [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang