39| Yang Sebenarnya

987 59 2
                                    

Karin telah menemukan lokasi dimana Caca diculik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karin telah menemukan lokasi dimana Caca diculik. Ia juga menemukan Rena ditempat yang sama, sedang berusaha untuk menyelamatkan Caca.

Rena sampai terlebih dahulu dari pada Karin, Rena pun mungkin tidak menyadari adanya Karin beberapa langkah dibelakangnya.

Karin hanya bisa tersenyum tipis saat melihat Rena begitu peduli terhadap Caca. Sedangkan dirinya tidak pernah dipedulikan. Karin sadar, sekarang ia tahu kalau statusnya hanyalah sebagai anak pungut yang tidak ada artinya bagi Rena.

Tanpa sadar, setetes air mata turun membasahi pipinya. Ia langsung mengusapnya karena ini bukan waktunya untuk menangis. Ia harus menyelamatkan Caca meski Caca bukan adik kandungnya.

"Siapa kamu?!" teriak Rena saat ia memberanikan diri untuk berdiri dihadapan sang penculik.
Penculik itu tersenyum sinis dibalik penutup wajah yang ia pakai. "Kamu nggak perlu tau Rena,"

Rena meneguk salivanya kala sang penculik mengenalnya, sedangkan Karin masih memantau keduanya dengan jarak yang kini tak lagi terlalu jauh seperti tadi.

"Ada urusan apa kamu sama saya? Dan kenapa kamu harus menculik anak saya?"

"Balas dendam." jawabnya singkat.

"Kamu diberikan sebuah amanah, dan kamu tidak bisa menjaganya dengan baik. Anak yang selalu kamu sakiti, itu adalah anak saya. Dan kamu harus bertanggung jawab atas semua rasa sakit yang diterima oleh anak saya." sambung sang penculik.

Sang penculik mengambil sebuah pistol yang sudah ia siapkan, kemudian mengarahkannya tepat ke kepala Rena.

Rena meneguk salivanya takut, sedangkan Karin masih bertanya-tanya tentang maksud ucapan penculik itu.

"Bebaskan anak saya dan jangan sakiti saya! Saya akan berikan apapun yang kamu mau." tawar Rena.

"Saya sudah pernah melakukan kesalahan seperti itu, dan saya tidak mau mengulanginya lagi. Kamu paham kan, Rena?"

Rena seperti mengenali suara itu, namun disituasi yang genting seperti ini membuatnya tidak bisa berpikir dengan jelas.

Penculik itu perlahan menarik pistolnya, siap untuk meluncurkan peluru yang akan mengenai kepala Rena. Rena pun memejamkan matanya takut.

Karin bergegas berlari dan menarik tangan Rena saat sang penculik sudah menarik senapannya.

DOR!

Peluru itu...

Berhasil mengenai kepala Karin.

Penculik itu yang sudah menembak Karin, menjatuhkan pistolnya secara refleks dan berlari kearah Karin.

Sedangkan, Rena mematung atas tindakan Karin. Terutama saat melihat wajah penculik itu.

Bram.

Itu adalah mantan pacarnya dulu.

Karan Dan Karin [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang