13| Undangan Pesta Pernikahan

734 54 1
                                    

Karan melamun di kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karan melamun di kamarnya. Ia tidak tau apa yang harus ia lakukan. Mengurus berkas kuliah? Percuma. Ia juga sudah tidak punya niat untuk melanjutkan pendidikannya semenjak Ibunya melarangnya untuk menerima beasiswa itu.

Menjengkelkan.

Egois.

Itu yang dapat disimpulkan Karan dari sikap keluarga Adeno.
Mereka hanya mementingkan diri mereka sendiri tanpa memikiran perasaan orang lain.

Rasanya ia benar-benar ingin kabur dari rumah ini. Baginya rumah ini hanyalah tempat untuk berteduh dari hujan dan juga panas. Bukan tempat yang kata orang-orang adalah tempat paling nyaman.

Tiba-tiba saja ia teringat pada Dion yang katanya akan dijodohkan dengan Citra. Ia pun lantas keluar dari kamarnya dan segera menuju garasi untuk mengambil motornya. Beruntung, Omanya tidak mencegahnya seperti biasanya.

Namun, saat Karan sampai digarasi, Ia merasa seperti ada kejanggalan disini. Ia pun menyadari kalau motornya tidak ada. Kemana motornya?

"Karan Adeno, nyari apa ya?"

Sial. Pasti ini ulah Omanya.

"Maaf, apa peduli anda?"

"Oh, saya emang nggak peduli tentang apapun yang berurusan dengan kamu dan saudaramu itu. Tapi saya yakin apa yang kamu cari, saya tau jawabannya."

Omanya bersedekap dada sembari menatapnya, melemparkan senyuman sinis dan meremehkan.

"Jual berapa?"

"Baguslah kalau kamu tau, kecerdasanmu jadinya diyakini."

Kemudian Omanya melanjutkan kalimatnya seraya menunjukkan amplop berisi uang hasil menjual motor Karan. "Oma jual 20 juta, sedikit sih tapi liat kamu susah itu buat Oma senang."

"Oh." Karan hanya membalas pernyataan Omanya sekenanya, tak terlalu minat mendengar pernyataan Omanya. Ia pun kemudian membalikan badannya dan berlalu pergi untuk menemui Dion.

Kali ini Omanya tidak mencegah Karan dan hanya tersenyum miring menatap kepergian Karan juga uang yang ada digenggamannya bergantian.

"Kenapa Oma jual motor Karan?"
Sebuah suara dari belakangnya, membuatnya membalikan badan. Dan mendapati Karin yang tengah menunduk.

"Karna saya rasa, Karan sudah tidak membutuhkan motor itu lagi. Lagipula, Karan sudah bukan anak SMA. Jadi, saya jual aja motornya."

"Tapi Oma nggak punya hak buat jual motor Karan tanpa persetujuan dari Karan." Masih dengan menunduk, Karin memberanikan diri untuk menjawab.

"Emang saya peduli?"

"Asal kamu tau Karin, Karan mendapat motor itu karena uang menantu saya. Jadi, saya punya hak buat ngelakuin apa aja." Selepas mengatakan itu, Omanya meninggalkan Karin dibagasi.

Karan Dan Karin [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang