18| Emotional Overflow

697 51 2
                                    

"Kakak!" Caca mengetuk kamar Karin sembari meneriakinya agar Kakanya mendengarnya dan segera membukakan pintu untuknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kakak!" Caca mengetuk kamar Karin sembari meneriakinya agar Kakanya mendengarnya dan segera membukakan pintu untuknya.

Namun Caca, tetap tak kunjung mendapat jawaban dari sang empunya.

"Kakak! Kakak!" Caca mencoba sekali lagi namun tetap tidak mendapat sahutan dari Karin.

Caca pun segera beralih ke pintu sebelahnya, kamar Karan. Ia pun mengetuknya, "Abang!"

Lagi-lagi Caca tidak mendapat sahutan. Kemana Karan dan Karin pergi? Caca memikirkan kemungkinan-kemungkinan posisi Kakaknya saat ini. Lalu ia mengingat kalau Karin suka sekali berada di dapur. Ia pun segera turun dari lantai 2 dan pergi menuju Dapur.

Sesampainya di Dapur, Caca tersenyum senang saat apa yang dicarinya telah ia temukan.

Karin dan Karan yang tengah duduk dimeja makan pun tersenyum ke arah Caca. Caca pun langsung memeluk Karin.

"Kenapa?" tanya Karin.

"Sakit ya Kak?"

Karin yang mengerti arah pembicaraan Caca pun menjawab, "Enggak kok. Kakak kan kuat."

Caca melepaskan pelukannya dan beralih menatap Karin. Kemudian menatap Karan.

"Abang!"

"Hm?"

"Minggir! Caca mau duduk disini." Caca mengusir Karan agar dirinya bisa duduk didekat Karin.

"Gak mau."

Caca mengerucutkan bibir sebal, "Gak mau! Maunya disini."

Karan tetap tidak mau beranjak dari duduknya, ia malah semakin gencar untuk menjahili adiknya.

"Yaudah sini kalo bisa!"

Karin hanya menggelengkan kepalanya melihat hal itu. Rasanya, hatinya menjadi sedikit lebih tenang. Kemudian tak lama, Bi Minah pun kembali.

"Udah Bi?" tanya Karin kepada Bi Minah yang hendak mencuci tangannya setelah membuang sampah diluar.

"Udah Non,"

"Ish Abang! Minggir! Caca mau deketan sama Kakak."

Bi Minah bertanya tentang apa yang sedang dilakukan oleh Karan dan juga Caca menggunakan bahasa isyarat. Karin yang mengerti pun hanya menjawab dengan mengangkat bahu acuh.

"Kakak mau ke kamar, Ca."

"Ikut."

"Ikit." Karan terus meledeki Caca, membuat Bi Minah dan Karin tertawa geli.

Saat Karin beranjak dari duduknya, Karan pun ikut beranjak dari duduknya dan membuat Caca berdecak sebal karena Abangnya mengikuti Kakaknya. "Abang gak boleh ikut!"

"Suka hati lah."

"Ish, Abang!!" Caca merengek karena Karan yang terus menerus membuatnya kesal setengah mati.

Karan Dan Karin [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang