10| Hidup Penuh Drama

863 58 0
                                    

Setelah selesai menemani Karan melakukan pemeriksaan, Karin pun segera mengurus administrasi karena Karan juga tidak perlu dirawat di rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah selesai menemani Karan melakukan pemeriksaan, Karin pun segera mengurus administrasi karena Karan juga tidak perlu dirawat di rumah sakit.

Karin bernafas lega karena uang tabungannya masih tersisa cukup banyak untuk membayar pemeriksaan Karan.

Mereka berdua kini tengah berjalan keluar dari gedung rumah sakit.

"Kar,"

Merasa dirinya terpanggil, Karin sontak melihat kearah Karan yang kini tengah menatapnya. "Kenapa?"

"Lo pulang dulu aja, gue ada uruasan bentar."

"Emang mau kemana?"

"Mau ketemu Dion,"

"Oke, tapi kamu yakin itu kepalanya gapapa?" Karin sedikit cemas karena Karan baru saja tertimpa musibah.

"Fine." Karan tersenyum tipis atas perhatian sang kakak.

"Yaudah aku balik duluan,"

Keduanya terdiam setelahnya, tak ada lagi percakapan setelah itu sampai mereka benar-benar keluar dari gedung rumah sakit.

"Aku duluan Ran,"

"Naik apa?"

"Itu didepan ada ojek, aku naik itu aja." Karin menunjukan ojek yang ada diseberang jalan kepada Karan.

"Nggak pake taxi aja?"

"Nggak perlu." Setelahnya Karin segera menghampiri tukang ojek itu, namun sebelumnya Karin melemparkan senyum terlebih dahulu kepada Karan lalu melambaikan tangannya untuk segera pulang.

"Hati-hati."

Karin mengangguk.

Setelah Karin hilang dari pandangan Karan, Karan pun segera pergi untuk menemui Dion di taman.

Sesaimpainya Karan di taman, Dion menatapnya dengan tatapan datar. Tapi emang seperti itu bukan ekspresinya? Dion tidak pernah menunjukan ekspresi wajahnya. Hanya datar dan tidak ada senyum.

"Sorry, gue telat." Karan menghampiri Dion dan menunjukan cengirannya.

"Kenapa?" Tanya Karan setelah ia duduk disamping Dion dibangku taman.

"Itu?"

"Ini?" Karan menunjuk perban yang melilit dikepalanya.

Dion mengangguk, benar-benar orang yang irit bicara.

"Kepentok meja waktu main kuda-kudaan sama Caca,"

Sepertinya, Karan sudah menyiapkan alasan sebelum datang ke taman untuk menemui Dion. Buktinya, ia berbicara lancar tanpa gagap sedikitpun. Dan memasang wajah meyakinkan.

Dion menatapnya selama beberapa detik, sedikit tak percaya atas pernyataan Karan. Namun ia tersentak ketika Karan kembali menjadi Karan yang gila.

"Jangan liatin gue kayak gitu, ntar cinta baru tau rasa lo!"

Karan Dan Karin [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang