6| Different Way

906 67 1
                                    

Karan tengah duduk diam dikamarnya sambil memangku gitarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karan tengah duduk diam dikamarnya sambil memangku gitarnya. Sesekali ia pun memetik senar gitarnya, namun tanpa suara yang keluar dibibirnya.

Pikirannya tengah berkelana tak tentu arah. Bahkan ia sendiri pun tak tau kemana pikirannya melayang. Semuanya beradu jadi satu.

Hingga sebuah bunyi dari ponselnya, mengalihkan perhatiannya.

Five boys
Rendi
Kumpul kuy!

Karan mengambil ponselnya dan membaca pesan yang ternyata dari grup yang hanya berisi 5 orang, teman-teman terdekatnya.
Karan tak membalasnya, hanya melihat dan menunggu balasan dari teman-temannya yang lain.

Varel
Gasss!!!

Marvel
Kuy!

Dion
Y.

Rendi
Lo ikut nggak brey? @Karan

Karan memutar-mutar ponselnya. Berpikir apakah akan ikut berkumpul bersama teman-temannya ataukah tidak.

Dan akhirnya, Karan pun memilih untuk bertemu 4 sahabatnya itu.

Karan
Yoi, gue ganti baju dulu.

Karan beranjak dan bersiap-siap untuk pergi keluar. Setelah dirasa selesai, Karan pun turun kebawah. Namun langkahnya harus berhenti karena suara Omanya.

"Mau kemana kamu?"

"Nggak perlu tau, lagian Oma juga nggak bakal peduli."

Setelah mengatakan itu, Karan dengan segera, pergi dari sana. Karena kalau tidak, Omanya pasti akan terus mencecarnya.

Karan pergi menuju garasi rumahnya untuk mengambil motornya.

"Nggak usah pake motor."

Karan memutar bola matanya malas. Kenapa Omanya ada dimana-mana? Rasanya sudah seperti jin.

Tanpa mempedulikan Omanya, Karan menaiki motornya dan hendak pergi dari sana. Namun, lagi-lagi Omanya menghentikannya.

"Pergi bawa motor atau Karin disiksa?"

"Nggak ada hubungannya sama saya."

"Oh, tentu saja ada. Kalian kembar bukan? Bukannya kalau yang satu sakit, yang lain juga ikut sakit? Benar begitu?"

Omanya senang sekali memancing amarahnya. Terkadang, rasanya Karan ingin menghajarnya habis-habisan. Namun Karan tau batasan dan cara menghormati orang tua.

"Rasa sakit Karin, tidak ada hubungannya sama saya."

"Oh begitu. Oke, buktikan!"

Karan dengan segera menyalakan mesin motornya dan meninggalkan Omanya sendiri dibagasi rumah keluarga Adeno.

"Saya tau kamu sebenarnya peduli sama Karin, Karan Adeno."

*****

Karan Dan Karin [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang