5| Pundak Anak Pertama

1K 71 9
                                    

"Caca!" Karin refleks meneriakan nama Caca saat melihat pergerakan anak itu yang mulai oleng

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Caca!"
Karin refleks meneriakan nama Caca saat melihat pergerakan anak itu yang mulai oleng. Karin segera berlari kearah tangga untuk menangkap adiknya. Dan untungnya, Adiknya tidak jadi jatuh karena dirinya lebih dulu menahan tubuh Caca yang hampir saja akan terjatuh.

Karin menghela nafas lega, Caca selamat dan Caca baik-baik saja. Meskipun tadi kakinya sempat menabrak meja akibat terburu-buru tapi Karin tidak peduli. Keselamatan adiknya jauh lebih penting dari pada memikirkan dirinya sendiri.

"Caca, kamu buat Kakak takut." Karin langsung memeluk tubuh Caca dengan nafas yang memburu.

Didekapnya Adiknya itu dengan penuh kasih sayang.

"Caca ..." Panggil Ibunya dari ujung tangga.

Tentu saja semua orang yang ada di rumah langsung menghetikan kegiatannya masing-masing karena mendengar teriakan Karin.

Karan yang tadi berada di kamarnya, kini tengah berdiri didepan pintu kamarnya. Omanya yang semula sedang berada ditaman belakang rumah, langsung menuju sumber suara. Ayah dan Ibunya yang tengah berbincang di kamar pun langsung keluar akibat teriakan Karin.

"Kamu nggak papa sayang?" tanya Rena lembut, membuat pelukan Caca pada Karin terurai akibat pertanyaannya.

Caca mengangguk.

"Mama takut kamu kenapa-napa," Rena mendekap putrinya dengan perhatian yang lebih. Membuat Karin yang melihatnya merasa hatinya teriris sakit.

Ibunya tidak pernah melakukan itu kepadanya.

"Ini semua gara-gara kamu Karin! Kalau Caca tadi kenapa-napa, saya nggak bakal bisa maafin kamu." sarkas Rena kepada Karin setelah ia mengurai pelukannya pada sang anak.

"Saya tau kamu iri sama Caca karena saya tidak pernah kasih perhatian ke kamu, tapi tidak dengan cara seperti ini Karin! Kamu hampir bikin nyawa Caca melayang."

"Mama, kakak nggak ngapa-ngapain aku. Dia malah ngelindungin aku Ma," Bela Caca kepada Karin.

Meskipun usianya masih 5 tahun, untuk seukuran bocah TK Caca termasuk anak yang pintar. Otak pintar kakak-kakaknya, menurun pada dirinya.

"Caca diam dulu ya sayang? Mama mau bicara sama kakak kamu dulu." ujar Rena lembut.

"Saya harap, kejadian ini tidak terulang lagi Karin." ujar Rena pada Karin. Tatapan matanya menyorot Karin begitu tajam, hingga Karin tak mampu untuk menatap Ibunya. Ia pun hanya diam menunduk.

"Ayo sayang kita turun, sekalian kamu siap-siap ya. Kita mau ke acara nikahannya temen Papa." ajak Rena pada Caca.

"Nggak mau, Caca mau main sama kakak." tolak Caca.

"Tapi-"

"Yaudah nggak papa kalau Caca nggak mau ikut, kita pergi berdua aja." sahut Papanya dari belakang Rena.

Karan Dan Karin [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang