-The last chapter in this story-
Rena memilih pulang karna merasa terusik dengan pertanyaan suaminya, sedangkan Aldo masih berada disana dalam jarak yang cukup jauh dari Bi Minah dan juga teman-teman Karan, atau lebih tepatnya teman-teman Vanno.
Rena memasuki rumahnya dengan wajah yang tak terdefinisi. Ibunya sedang duduk diruang tengah sembari membaca sebuah majalah, sedangkan Caca sedang berada dikamarnya entah sedang apa.
"Rena, sini duduk! Mama mau bicara sama kamu."
Rena mendekat kearah Nirma lantas duduk disampingnya. "Kenapa Ma?"
"Rena, jujur Mama bangga Karin. Dia nyelamatin kamu sekalipun kamu selalu bersikap buruk sama dia. Mama jadi menyesal dulu selalu bersikap kasar dan buruk sama Karin, bukan hanya Karin tapi Karan juga. Mama berpikir, Mama harus merubah diri Mama jadi lebih baik. Mama harap, kamu mau ngelakuin hal yang sama."
"Ma, tapi itu cuma penembakan! Anak itu pasti selamat, dia pasti cuma mau caper sama aku."
Nirma menggeleng, "Asal kamu tau Rena, 90% orang yang tertembak dikepalanya tidak akan selamat. Sekalipun selamat, pasti ada beberapa organ dikepalanya yang rusak. Pikirkan semuanya sebelum terlambat! Mama mau siap-siap buat pergi ke rumah sakit lagi."
Rena menatap Ibunya yang berjalan menuju kamarnya, Rena terdiam membisu dengan pikiran yang campur aduk. Rena bangkit dari duduknya untuk pergi ke kamarnya. Namun, langkah kakinya membawanya ke kamar Karin.
Rena mematung didepan pintu, dikamar itu ketika ia memasukinya ia selalu bertengkar dengan Karin dan juga Karan. Perlahan, Rena memasuki itu dengan perasaan yang tak karuan.
Rena tertarik dengan meja belajar Karin. Kemudian ia mengingat sesuatu. Secarik kertas yang jatuh dari saku Karin ketika Karin dibopong oleh Karan untuk dibawa ke rumah sakit.
Rena mengambil kertas itu yang ia simpan disaku bajunya, ia menatapnya sebentar sebelum kemudian ia membukanya untuk mengetahui apa isinya.
Ternyata itu adalah sebuah- surat.
Hai!
Aku nggak tau kenapa aku nulis surat ini, aku juga nggak tau siapa yang bakal baca ini. Tapi nggak tau kenapa, akhir-akhir ini aku selalu merasa gelisah.Disini, lewat surat ini aku mau ngasih pesan sama Papa sama Mama. Aku sayang sama kalian, tapi kalian nggak pernah atau mungkin nggak akan pernah sayang sama aku. Aku sakit, aku kecewa tapi aku nggak bisa apa-apa. Mungkin ini jalan takdirku. Aku juga nggak pernah tau kenapa kalian selalu mukulin aku, marahin aku. Aku nggak pernah tau alasan kenapa kalian berdua membenci aku, Ma, Pa. Tapi itu dulu. Sekarang, aku udah tau kenapa Mama sama Papa benci aku. Karna aku hanya sebatas anak pungut kan, Ma, Pa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Karan Dan Karin [Completed]
Fiksi RemajaJudul awal : We Are The Same (Ka_Zra) RANK IN; #1 - wwc2020 #2 - wwc2020 #3 - wwc2020 #4 - wwc2020 #4 - fiksiremaja Karan dan Karin, si kembar yang hidup bersama dengan luka. Sama-sama hancur, sama-sama tersayat oleh luka. Tidak ada yang beda, hanya...