Disini lah Karin berada, di dapur bersama dengan Caca dan juga Bi Minah. Caca meminta Bi Minah untuk mengambilkan obat untuk luka yang ada ditangannya akibat pukulan dari Ibunya menggunakan sapu.
"Caca udah, kakak bisa sendiri."
Karin berusaha menghentikan adiknya untuk tidak perlu membantunya membersihkan luka, tetapi Caca terlalu keras kepala.
"Biar Caca aja kak,"
Bi Minah yang melihat interaksi keduanya tersenyum bahagia.
"Caca, Caca sekarang minta maaf ya sama Mama?"
"Caca kan nggak salah kak, kenapa harus minta maaf?"
Entah ajaran dari mana Caca bisa berbicara seperti itu. Yang pasti bukan Karin pelakunya.
"Caca nggak boleh ngomong gitu, Caca tadi kan udah marahan sama Mama. Makanya kakak minta sekarang Caca baikan sama Mama," Karin berusaha memberikan pengertian untuk adiknya. Walau bagaimanapun, Caca harus bisa menghormati orang tuanya.
"Mama jahat kak, Mama udah pukulin Kakak. Caca takut Mama juga mukulin Caca."
Wajah Caca kini berubah menjadi murung setelahnya, Caca memang anak yang pandai meskipun diusianya yang masih dini, ia mampu memahami situasi yang terjadi.
"Caca, Mama mukulin Kakak karna emang Kakak salah. Caca kan nggak salah, jadi Caca nggak akan dipukulin."
Caca menggembungkan pipinya yang tembem, membuat Karin tak tahan untuk tidak menjawel pipi Adiknya. "Udah sana, jangan kebanyakan mikir!"
"Aww sakit kak," Caca mengelus pipinya yang tadi dijawel oleh Kakaknya.
"Kamu apain anak saya?" Tiba-tiba Rena datang menghampiri keduanya. Bi Minah yang sejak tadi hanya melihat keduanya berinteraksi pun berpura-pura tidak tau akan kedatangan nyonya besarnya.
"Karin nggak ngapa-ngapain kok Ma," Balas Karin.
"Iya Ma, Kakak nggak ngapa-ngapain." Sahut Caca.
"Kali ini saya percaya."
Lalu, Caca mengingat kata-kata Kakaknya yang menyuruhnya untuk berbaikan dengan Ibunya. Caca pun segera bangkit dari duduknya kemudian langsung memeluk Ibunya.
"Eh? Kenapa sayang?"
"Maafin Caca ya Ma, Caca udah marah sama Mama. Mama nggak marah kan sama Caca?"
Rena tersenyum tulus kemudian melepaskan pelukan Caca, ia pun berjongkok untuk menyetarakan tingginya dengan tubuh Caca. "Mama nggak marah kok sama Caca, kan Mama sayang sama Caca."
Rena kemudian merengkuh tubuh mungil Caca kedalam dekapannya. Memberikan kasih sayang yang seutuhnya kepada Caca.
Karin tersenyum sendu melihatnya, Ibunya bahkan tak pernah berbicara sehalus itu kepadanya. Ketika Ibunya berinteraksi dengannya, Ibunya selalu saja meninggikan suaranya dan itu membuatnya sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karan Dan Karin [Completed]
Fiksi RemajaJudul awal : We Are The Same (Ka_Zra) RANK IN; #1 - wwc2020 #2 - wwc2020 #3 - wwc2020 #4 - wwc2020 #4 - fiksiremaja Karan dan Karin, si kembar yang hidup bersama dengan luka. Sama-sama hancur, sama-sama tersayat oleh luka. Tidak ada yang beda, hanya...