"Aldonio Adeno, apa anda tidak tega liat anaknya dituduh tanpa alasan?"
Ujar seseorang dibelakang Karin. Semuanya langsung mengalihkan tatapannya ke arah orang tersebut. Ternyata orang itu adalah Karan yang baru saja sampai di rumah setelah pergi untuk bertemu dengan Dion.
"Jaga bicara kamu! Saya ini orang yang lebih tua dari kamu, Karan!" Aldo merasa terpancing akan pertanyaan yang baru saja Karan lontarkan kepadanya.
Karan tersenyum miring, "Peduli apa?"
"KARAN!" Aldo datang menghampiri Karan dan berdiri tepat dihadapannya. Lalu melayangkan tamparan keras untuk Karan.
"Jangan Pa!" teriak Karin. Karin pun menghampiri kedua orang tersebut dan berdiri ditengah-tengah mereka.
"Cukup! Jangan sakitin Karan Pa!"
"Jangan manggil saya Papa! Saya bukan Papa kamu!"
Deg.
Baik Karan dan Karin sama-sama sakit mendengar pernyataan itu. Entah benar atau salah mereka tidak tau. Yang pasti, rasanya sakit."Apa kalian pikir saya akan menganggap kalian sebagai anak?!"
Air mata Karin meluncur begitu saja.
Rena dan Ibunya yang mendengar itu hanya tersenyum miring. Mereka senang akan hal yang dilakukan oleh Aldo. Benar-benar manusia tidak punya hati.
Karin mengusap air matanya kasar. "Jadi selama ini, Papa anggap kami apa?"
"Maksudnya Om." koreksi Karin.
Karan hanya diam mendengarkan apa yang akan dikatakan saudaranya. Tentu saja ia memahami bahkan merasakan luka yang sama. Karena ia dan Karin adalah saudara kembar.
"Kalian nggak perlu tau, cukup lakukan apa yang saya perintahkan dan jangan membantah!"
"Kami bukan robot Om Aldo yang terhormat." sahut Karan.
"Kalian memang bukan robot, tapi kalian boneka saya. Saya yang mainin. Jadilah seperti apa yang saya mau. Dan ingat, semua fasilitas yang saya kasih ke kalian bakal saya ambil semuanya. Karena kalian sudah tidak membutuhkan itu semua. Terimakasih, karena kalian nama saya terkenal dimata semua orang." Aldo tersenyum miring dan tidak merasa bersalah atas kalimatnya.
Aldo tidak peduli akan rasa sakit yang terus menerus berdatangan dihati Karan dan Karin.
Sekarang Karin sadar, ternyata benar bahwa Papanya tidak peduli padanya dan saudaranya. Semua bentuk kepeduliannya dulu hanyalah kebohongan belaka. Dan semuanya Aldo lakukan hanya untuk kepentingan pribadinya.
Jika dulu Karin masih merasa ada orang yang peduli terhadap dirinya, sekarang ia benar-benar merasa seperti sedirian. Meskipun sekarang sudah ada Karan yang ada disisinya, namun rasanya seperti tidak lengkap.
Karin tersenyum miris menatap Papanya, rasanya sakit. Tapi mau bagaimana lagi? Papanya benar-benar tak menganggapnya ada.
"Silakan ambil semuanya, kami nggak akan marah. Kami berdua akan pergi dari rumah ini," balas Karan tanpa mempedulikan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karan Dan Karin [Completed]
Teen FictionJudul awal : We Are The Same (Ka_Zra) RANK IN; #1 - wwc2020 #2 - wwc2020 #3 - wwc2020 #4 - wwc2020 #4 - fiksiremaja Karan dan Karin, si kembar yang hidup bersama dengan luka. Sama-sama hancur, sama-sama tersayat oleh luka. Tidak ada yang beda, hanya...