Fantasy System [END]

Bab 255: Excelsior

Para elit membagi diri menjadi tiga kelompok. Satu kelompok yang dipimpin oleh Ed menyerang sekte Racun. kelompoknya memiliki anggota sekte Emilia, Bella, dan Pedang bersama dengan Edmund. Kelompok kedua dipimpin oleh Arthur dan akan menyerang benteng lain dari sekte Darah di benua yang berbeda. Kelompok terakhir dipimpin oleh Hayato dan akan menyerang benua lain. Setiap kelompok hanya memiliki satu hal untuk difokuskan, yang memudahkan mereka menyelesaikan tugas.

Kelompok Arthur terdiri dari sembilan Tetua Avalon, Elizabeth, Sebas, dan murid sekte lainnya bergabung sebagai kekuatan ekstra juga. Adapun kelompok Hayato, dia memimpin pasukan kerajaan Ryuu dan kerajaan Scale. Eric bergabung dengannya juga, karena mereka terbukti menjadi kombinasi yang bagus di perang terakhir.

Pimpinan masing-masing kelompok bertemu dan memimpin pasukan mereka. Mereka membeli item teleportasi untuk semua pasukan mereka dan memutuskan posisi penting secara strategis sebelumnya. Item teleportasi sama dengan yang digunakan oleh No-b dua tahun lalu. Bola bulat kecil tanpa warna yang menentukan.

"Saya berharap Anda beruntung," kata Arthur saat dia berbalik dan menuju ke kelompoknya. Dia dan pasukannya adalah yang pertama berteleportasi.

"Tidak ada waktu untuk disia-siakan, ya?" Hayato berkata sambil melihat debu yang ditimbulkan oleh tentara mini yang menghilang. "Kurasa kita harus pergi juga. Semua yang terbaik untukmu, Edward!"

"Sama untukmu" Ed dengan lembut berbicara sambil menunggu sampai kelompok Hayato menghilang juga. "Sudah waktunya kita pergi juga. Semuanya persiapkan dirimu!"

Ed berbicara kepada kelompoknya, tetapi tidak perlu mengatakan apa-apa. Semuanya siap, dengan semangat yang tinggi, dan tujuan yang paling penting. Tidak ada yang bisa membuat mereka lebih siap daripada keadaan mereka saat ini. Karena Ed bisa melakukan teleportasi, kelompoknya tidak membutuhkan item teleportasi apapun. Sebaliknya, mereka menyimpan ekstra, kalau-kalau mereka perlu melarikan diri.

Namun, barang-barang ini dianggap membuang-buang tempat oleh semua orang. Tidak ada yang berpikir untuk kabur. Tidak ada yang pernah berpikir untuk hidup setelah kekalahan. Mereka akan bertarung sampai mati. Mereka akan muncul sebagai pemenang atau terbaring mati di antara rekan-rekan mereka.

Tiga kelompok yang berteleportasi masing-masing bertemu dengan pasukan kolosal. Seminggu yang lalu, rencana mereka ditemukan oleh sekte Darah, yang memberinya cukup waktu untuk mempersiapkan tindakan balasan. Namun, Avalon dan sekutunya menyadari hal ini tepat pada waktunya dan mempersiapkan diri mereka juga. Inilah salah satu alasan mengapa mereka memilih mengirim hanya para elit. Untuk mengurangi jumlah darah yang tumpah di pihak mereka, petarung terkuat mereka akan melepaskan serangan yang menghancurkan di awal perang, yang akan membunuh sebagian besar tentara musuh yang lemah.

Rencana ini persis seperti yang dilakukan ketiga kelompok itu.

Ed, Arthur, dan Hayato masing-masing melangkah di depan kelompoknya masing-masing. Ed mencabut pedang favoritnya, Shusui, sedangkan Hayato menggunakan Asmodeus. Arthur tidak punya pilihan selain menggunakan senjata yang dibuat oleh Ed, yang lebih dari cukup baginya.

Hayato mengumpulkan QI di pedangnya dan mengisinya dengan sihir elemen. Itu adalah teknik terkuatnya, 'Void Slash'. Tebasan itu mengejutkan tentara musuh, karena mereka tidak mengira mereka akan diserang begitu cepat. Dan karena teknik ini melahap apapun yang menghalangi jalannya, itu membuat musuh ketakutan. Hayato mengambil kesempatan ini dan berteriak, "Chaaaaaarge!"

Setelah itu kelompoknya memulai serangannya ke kubu sekte Darah.

Arthur menyalurkan Lightning melalui pedangnya. Pedang berbilah perak menguning, secara bertahap, saat petir berderak di sekitarnya. Tentara musuh dengan cepat bereaksi di medan perang ini, saat mereka bergerak untuk menyerang Arthur, tetapi itu tidak berhasil. Secepat sambaran petir, serangan listrik itu menghancurkan ribuan minion di depannya.

Arthur mengarahkan pedangnya ke arah pasukan di depannya, dan berteriak, "Tidak bisa kembali!"

Rekan-rekannya melepaskan kemarahan batin mereka saat mereka semua berteriak pada saat bersamaan. Musuh membeku karena ketakutan, dan tidak bisa berbuat apa-apa di hadapan pasukan Avalon yang mengamuk.

Dalam kasus Ed, dia tidak perlu berbuat banyak. Dia hanya mengisi seluruh pedangnya dengan KI, membalutnya dengan Haki, mengisinya dengan elemen yang bisa dia kendalikan, dan mengisinya dengan Hatsu, 'Final Countdown'. Tepat setelah menyelesaikan persiapannya, Ed menghilang. Musuh di depannya terkejut dan terus menatap kedua sisi mereka. Mereka mendengar tentang kemampuan teleportasi Ed dan takut dia akan muncul dari belakang salah satu dari mereka.

Semenit berlalu, dan semua orang mulai sombong. Para prajurit mulai berbaris maju, menuju mereka yang tertinggal di belakang Ed. Namun, begitu saja, Ed muncul di hadapan mereka sekali lagi. Pedangnya berderak dengan petir hitam di sekitarnya.

"Providence Blade," kata Ed dengan tenang, sambil menebaskan pedangnya ke samping. Cahaya gelap membutakan musuh-musuhnya, membuat mereka tidak berdaya, saat mereka mengangkat tangan untuk melindungi mata mereka. Namun, apa yang gagal mereka sadari adalah, bahkan dengan tangan mereka, dan pertahanan mereka, tidak ada yang bisa mereka lakukan dalam menghadapi teknik terkuat Ed.

Ed tidak menghilang begitu saja. Dia berteleportasi ke dimensinya sendiri, di mana dia mengatur waktu untuk rasio 1:10. Dia telah mengisi pedangnya selama sepuluh menit, jumlah waktu yang sama yang dibutuhkan untuk membunuh naga lantai dua belas dari Menara Asal. Tak seorang pun di antara prajurit rendahan yang memiliki peluang. Tapi, mereka tidak menderita. Secepat cahaya hitam mulai terlihat, tebasan pedang mengambil nyawa mereka.

Tebasan hitam terus menghancurkan musuh, seolah-olah itu adalah malaikat maut yang lapar, mencari jiwa-jiwa untuk dimakan. Hanya dalam lima detik, pasukan musuh kehilangan bagian tengahnya sepenuhnya. Hanya sayap kiri dan kanan yang tersisa. Musuh tetap tidak bergerak, karena mereka tidak bisa mempercayai mata mereka. Satu serangan. Kekuatan terbesar mereka dihancurkan, dan yang dibutuhkan hanyalah satu serangan. Tak perlu dikatakan, moral mereka rusak.

Ed menancapkan pedangnya ke tanah, mengangkat KI-nya, dan berteriak, "EXCELSIOR!"

Jangan lupa Vote dan Komen, biar update cepet ~