"Jeng Areta, kenalin ini suami saya namanya Riordan."
Areta tiba-tiba mengingat sesuatu. Nama Riordan seperti tidak asing di pikiran Areta. Areta terdiam beberapa detik hingga ia ingat sesuatu. "Riordan KSN yang pro Matematika sama IPA itu, 'kan?"
Riordan mengangguk. "Gu–"
"Iya, benar banget, Jeng," sela Riska membuat Riordan menoyor kepala Riska pelan.
"Ye, lo mah. Jangan KDRT dong!" Riska membalas menoyor Riordan.
"Lo duluan, sis," cibir Riordan menjulurkan lidahnya.
"Li diliin sis." Riska meniru cibiran Riordan dengan mengganti semua huruf vokal menjadi huruf i.
"Sis mata lo. Gue bukan sister lo. Ganti dong, husband gitu," kritik Riordan.
Areta tertawa melihat perdebatan kecil pasangan yang cukup unik ini. "Kalian enggak malu ini di rumah sakit?"
Sebab sedari tadi Areta memperhatikan sekitar yang mulai menjadikan Riordan dan Riska pusat perhatian, sedangkan yang dijadikan pusat perhatian justru asik-asikan romantis versi mereka.
"Tau tuh, Jeng. Riordan nyebelin emang. Bayangin ya, Jeng, masa di–"
Riordan bersedekap dada, menatap Riska dengan ujung matanya."Mau ngejelek-jelekin suaminya, hm?"
"Apa, sih. Orang gue cerita doang. Jadi Jeng, masa dia udah punya perusahaan susu sendiri juga masih jadi tukang kebun setiap hari minggu di rumahnya Tika yang anak KSN dulu itu, loh. Ngapain coba, 'kan? Untung Tika udah punya suami, kalau enggak saya mana izinin dia kerja di sana. Jadinya dia jarang di rumah tuh, sering ke luar kota ngurus perusahaannya juga tapi enggak ngajak-ngajak istri. Bilangnya aja 'ngurus anak aja di rumah' padahal mah alasan doang," beber Riska menceritakan semua tanpa ragu meski di sampingnya ada Riordan.
"Kalau gosipin orang mulutnya panjang banget, ya, Moms," sindir Riordan mengalihkan pandangannya.
"Si pasangan RiRi mulai aktif, ya, Bunda," ledek Areta membuat keduanya mendengus.
Riska teringat tujuan awalnya ke sini melihat keadaan Prakoso. "Eh, Prakoso masih koma?"
Areta menggeleng. Raut wajah Areta seketika berubah murung mengingat suaminya belum sadar, padahal ini sudah seminggu.
Berita Prakoso koma pun sudah sampai ke hampir semua teman Areta dan Prakoso. Berawal dari siapa lagi kalau bukan Riska si ibu-ibu rempong.
Singkat cerita, waktu itu Riska tidak sengaja bertemu Areta di rumah sakit. Riska dengan over keponya pun menanyakan alasan Areta berada di rumah sakit, Areta pun menceritakan semuanya.
"Lo sih, Ris. Lihat noh wajah Areta jadi kusut kayak belum disetrika lagi."
"Terus aja lo nyalahin gue. Ga pernah benar emang. Di mana-mana itu laki-laki yang selalu salah bukan perempuan!" seru Riska menjauhkan diri dari Riordan.
Riordan mendekati Riska. Ia menatap Riska, merangkul bahunya dan mencubit pelan pipi kiri Riska. "Yeu, bisa aja lo pesek."
Riska menoleh membuat pandangan mereka saling bertemu. "Pesek kok megang pipi?"
"Kalau gue pegang ginjal lo kan enggak bisa," jawab Riordan enteng.
"Jadi, dari sekian banyak selir yang lo punya pas KSN. Lo milih Riska, nih?" tanya Areta berniat menggoda si couple RiRi(Riordan Riska)ini.
Riordan mengangguk menunjukkan jempolnya. "Iya dong. Riska soalnya beda, sifatnya kayak minta ditampar gitu."
Riska memincingkan matanya. "Kalau saya, sih, Jeng. Pilih Riordan karena kepepet sama kasihan. Soalnya dia kagak laku gitu."
Riordan memukul bibir Riska pelan. "Sembarangan lo. Gue gini-gini laku, ya. Noh, selir gue pas KSN aja banyak."
Riska melepaskan rangkulan Riordan kasar. "Lo kok banyakan KDRT, sih?!"
Setelah rangkulan bahunya terlepas, ia malah merangkul pinggang Riska. "Karena gue cinta sama lo."
"Bisa ae, kutil anoa," celetuk Riska yang dihadiahi jitakan pelan dari Riordan.
"Lo sendiri gimana sama Prakoso?"
"Gue dulu diperebutin Haidar sama Prakoso. Terus–" Areta tertawa sendiri padahal ia belum cerita sampai habis.
Riordan dan Riska terkejut. Riordan sepertinya sedikit antusias dengan topik ini. "Lo diperebutin Haidar sama Prakoso? Kalau Prakoso gue udah enggak heran, sih. Lah ini Haidar si gagal move on sama mantannya kok bisa nyangkut jadi suka sama lo?"
"Ceritanya panjang. Bikin ngakak pokoknya. Kalian sendiri gimana ceritanya, tuh?"
"Dia duluan yang suka sama gue," tunjuk Riordan pada Riska.
Riska menggeleng keras. "Bohong! Orang dia yang dekatin duluan waktu itu."
Riordan mengusap pucuk kepala Riska dan tertawa kecil. "Masih ngeles aja lo curut."
Riska mencubit pinggang Riordan kesal. "Gue bukan curut!"
Areta menggeleng-gelengkan kepalanya. Mulai membayangkan jika si couple anaknya—Rizka—itu juga ada sekarang. "Kalian unik, ya. Untung anak-anak lagi pada pulang ke rumah ngambil baju lagi."
"Emang kenapa?" tanya Riska dan Riordan bersamaan.
"Kasihan anak-anak harus ngeliat ke-uwu-an yang aneh, apalagi sekarang anak yang paling gede si Rizka udah punya pacar. Kasihan 'kan Siti sama Una masih SMP udah disajikan yang romantis mulu?"
Riska teringat dengan Siti, ia mempunyai ide. "Jeng Areta, gimana kalau kita jodohin Imam sama Siti pas udah besar?"
Riordan yang belum tahu apa-apa mengernyit bingung. "Kok bisa tiba-tiba ke situ?"
Riska memutar bola mata malas. Suaminya ini banyak tanya. "Imam pernah cerita ke gue tentang Siti. Cocok kayaknya."
"Asik besanan sama pasangan PraTa yang fenomenal di sepanjang sejarah KSN," celetuk Riordan.
Areta tertawa kecil. Tak menyangka cerita dia dengan Prakoso sangat terkenal. "Boleh tuh. Nanti gue omongin sama suami gue kalau dia udah siuman, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Prata Story
Romance(END dan belum revisi) Definisi keluarga harmonis adalah keluarga mereka. Namun suatu ketika, banyak masalah melanda membuat mereka berubah dan ada sekat. Dimulai datangnya masa lalu, rahasia yang terbongkar, dan keposesifan membuat semuanya bertamb...