18. Restu dari Areta

28 8 0
                                    

Haidar semakin mendekat membuat Rizka bingung harus apa. Di mata Rizka, Haidar itu seperti om-om pedo yang berbahaya. Makanya Rizka hindari.

Kebetulan sekali Meizy baru saja selesai teleponnya, Meizy kembali menghampiri Rizka. Meizy bingung melihat Rizka yang panik. "Lo kenapa?"

Rizka menoleh, buru-buru menarik tangan Meizy berjalan menuju motornya. Rizka bahkan lupa kalau dia tidak tahu letak motor Meizy. Rizkat menghentikan langkahnya, menunjukkan deretan gigi rapinya. "Ayo pulang sekarang."

"Tapi, kenapa panik gitu?"

Rizka menggeleng dan menarik-narik tangan Meizy seolah meminta cepat berangkat. Meizy pun memilih menuruti Rizka.

Baru satu langkah mereka berjalan, Meizy merasakan pergerakan Rizka terhenti. Ada seseorang bapak-bapak yang mencekal tangannya rupanya. "Om, lepasin."

"Dia siapa, Ka?" bisik Meizy.

"Om-om pedo, ayo anter aku pulang sekarang," jawab Rizka berbisik juga.

"Mau pulang, 'kan? Ayo sama saya saja." Haidar menarik lengan Rizka dan berjalan begitu saja agar Rizka ikut dengannya.

Meizy melepaskan tarikan tangan Haidar dan membawa Rizka ke belakangnya. "Sorry, Om. Kalau mau cari mangsa, yang lain aja."

Haidar mengernyit bingung. Mangsa? Dia pikir Haidar binatang buas kali. "Kamu pikir saya apa sampai mangsa segala?"

"Om-om pedofil."

Haidar menggeleng tak terima. "Saya bukan pedofil!"

Meizy terkekeh, sudah pedofil tak mau ngaku pula. "Terus apa Om segala narik-narik tadi?"

"Saya cuma mau antar Rizka pulang."

Meizy menepuk bahu Haidar. "Tapi Rizkanya enggak mau dan enggak akan pernah mau sama Om."

Meizy berjalan menuju motornya dengan Rizka di sebelahnya. Sekarang, tangan Meizy yang dicekal oleh Haidar. Sepertinya ia sudah tersulut emosi. "Kamu boleh pergi asal Rizka ikut dengan saya."

Meizy meninju pipi kiri Haidar yang bekas luka membuat Haidar merintih kesakitan.

Rizka merasa ada getaran ponselnya. Di saat seperti ini, Rizka menyempatkan buka ponsel siapa tahu balasan dari ibunya.

Ibu Areta : Enggak bisa, ga ada yang nganter ke sananya. Emang om-om pedo siapa? Telepon polisi aja

Rizka langsung menelepon polisi diam-diam. Polisi pun segera menuju ke sini. Sekarang mari kita lihat lagi Meizy dan Haidar.

"Om yang pergi," ucap Meizy dingin mencoba menahan amarah.

Haidar bersiap memukul Meizy, namun ia merasakan ada sentuhan di punggungnya. Ternyata itu Risqi yang memeluknya dari belakang. "Ayah, ngapain? Kasihan Irma dari tadi nungguin, Yah."

"Bentar, mau basmi hama dulu," sindir Haidar melirik Meizy tajam, Meizy membalas lirikan tak kalah tajam.

Rizka merasa suasana semakin mencekam. Tangan kanannya ditarik Haidar, sedangkan tangan kirinya ditarik Meizy. Kenapa Rizka jadi bahan rebutan?

Risqi mencoba melepas tangan Rizka dari ayahnya,tetapi tak berhasil. "Ayah, udah ih. Ngapain sih tarik-tarik tangan Kakak itu?"

"Diam. Ayah sedang memperjuangkan calon mama barumu."

Risqi tercengang. Mama baru? Tidak, Risqi tidak setuju. "Gak mau, Ayah!"

Meizy yang melihat Haidar sedikit lengah pun mengambil kesempatan, Meizy melepas tangan Haidar yang menahan tangan kanan Rizka. "Jangan sentuh sesuatu yang milik gue."

Sekarang Rizka yang tercengang. Apa katanya? Milik dia? Jadian saja bahkan belum!

Haidar berusaha menarik tangan Rizka lagi, namun tangannya ditahan. "Pak Deo? Bapak ngapain?"

"Eh, Nak Risqi. Saya mau menangkap om-om pedofil yang meresahkan. Saya duluan, ya." Deo menyeret Haidar ke mobilnya.

"Eh Pak kenapa Ayah saya dibawa?"

"Loh ini ayahmu? Jelaskan di kantor polisi aja, ya." Deo membuka pintu belakang meminta Risqi ikut bersamanya.

Risqi akhirnya mengangguk dan mereka pun pergi dari sana.

Rizka menghela napas lega. Meizy melirik Rizka, ia tersenyum geli. "Gimana?"

Rizka menoleh ke Meizy, sedikit bingung dengan apa yang ditanyakan Meizy. "Gimana apanya?"

Meizy menyentil pelan hidung Rizka membuat sang empunya meringis. "Lo mau jadi pacar gue?"

Rizka membuka mulutnya, pertanyaan itu lagi rupanya. "Tanya ibu."

Meizy mengangguk, ia membawa Rizka ke motornya. Meizy memakaikan Rizka helm dan memintanya naik. Rizka akhirnya menyetujui pulang bareng Meizy.

Di perjalanan, Meizy sesekali melihat ke spion. Melihat wajah Rizka membuat kedua sudut bibir Meizy terangkat. Ah, Meizy mempunyai ide cemerlang. Ia menaikkan kecepatan motornya membuat Rizka terperanjat hampir jatuh. "Makanya peluk biar ga jatuh."

Rizka mencibir, "Modus!"

"Gak modus, sih. Jangan salahin ya kalau jatuh," goda Meizy yang menaikkan kecepatan motornya lagi. Rizka menyerah, dengan terpaksa ia memeluk Meizy. Meizy menahan tawanya melihat raut wajah kesal Rizka.

Sampai di rumah, Rizka menyuruh Meizy pulang. Namun, bukan Meizy namanya kalau pulang tanpa jawaban.

Meizy memaksa untuk bertemu Areta, dengan kesal yang sudah diujung tanduk akhirnya Rizka mengiyakan saja.

Sekarang Areta, Rizka, Siti, Una, dan Meizy tentunya sudah lengkap ada di ruang tamu. Najwa? Asisten rumah tangga itu sedang belanja. Areta pun sudah pulang dari rumah sakit sejak kemarin.

Sebenarnya tadi hanya Areta yang diminta datang di ruang tamu, hanya Siti dan Una ikut ada di sini karena penasaran. Pasalnya, Rizka baru kali ini membawa pria ke rumah.

Areta membenarkan letak duduknya. "Jadi ini siapa, Ika?"

"Ini Me–"

"Nama saya Meizy, Tan," potong Meizy duluan.

Areta terkekeh geli. "Lalu tujuan datang ke sini?"

Meizy membenarkan seragamnya, padahal sama saja tetap berantakan. "Saya ingin meminta restu untuk hubungan saya sama Rizka."

Rizka mendorong bahu Meizy kasar. "Hubungan apaan! Belum ada!"

Meizy mengelus bahunya. "Akan ada."

Siti dan Una tertawa kecil. Una berbisik, "Menurut Kakak ini bakal direstuin gak?"

Siti menjawab dengan berbisik juga, "Direstuin kayaknya."

"Saya mah tergantung Rizka aja," tutur Areta.

Rizka mendelik. "Tergantung Ibu."

Areta tertawa dan mengusap pucuk kepala Rizka. "Kalau gitu, saya restuin. Perlakuin Rizka dengan baik, ya."

Meizy langsung mencium punggung tangan Areta penuh sopan. "Makasih banyak, Tan. Pastinya dong, Rizka kan kesayangan saya."

"Menambah satu keuwuan di rumah ini," celetuk Siti membuat semuanya tertawa.

Prata StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang