Part 11

1.9K 212 0
                                    


Sudah kuduga dia datang dengan membawa kue Yang tadi dia beli di Toko Roti tadi,
Dan berbohong soal dia membuat kue.

Ya, aku barusan melihatnya keluar dari toko roti saat keluar ingin membeli boba dekat rumahku.

Aku bisa saja membocorkan kebohongannya di depan Bunda, tapi aku merasa tak berhak sama sekali untuk ikut campur, karena Keenan sudah dibutakan oleh cinta nya terhadap Anne- seperti semalam.

"Emang calon mantu idaman banget ya, bin?," Jelas Bunda Yang membuatku seakan terpancing untuk menantang Anne.

"Ia Bunda. Aku ga nyangka banget loh Anne bisa buat kue seenak ini," ujarku yang langsung di balas senyum tipis Anne.

"Ajarin dong," kataku Yang tiba' membuat Wajah Anne berubah kecut atas pernyataanku tadi.

"Eh boleh kok, bin. Kapan ka-,"
Katanya Yang langsung dipotong Bunda

"Besok aja gimana?, Soalnya besok Ayah Keenan bakal pulang lebih cepet dari biasanya," kata Bunda.

"B-besok?, T-tap-," tepis Anne, Namun lagi-lagi di potong Bunda.

"Ga bisa besok ya?, Yah padahal tante pengen banget liat Anne buat Kue-nya,"
Potong Bunda.

Aku tahu sifat Anne, dia adalah cewek yang ga bakal nyerah gitu aja, Dan suka tantangan.

"Soal peralatan gausah khawatir, soalnya tante dulu pernah dibeliin papa Keenan peralatan lengkap buat roti," jelas Bunda ke Anne.

"I-iya tante b-bisa kok tante, besok siang setelah pulang sekolah aku bakal datang kesini sekalian beli beberapa Bahan buat kuenya nanti," jelasnya dengan yakin.

Jadi, Anne telah menerima tantangannya ya, boleh juga. Ini adalah pembalasanku.
.
.
.

Esok harinya aku membahas tentang Anne dengan kebohongannya kemaren daku kemarin Yang menantangnya langsung.

Itu bukan pertanda baik,-

"Eh beneran sih ular beludak Kecoak bunting bakal lo kerjain? Lo Tau Kan dia tu licik banget, bin. Dia pasti punya rencana lain," ujar Miya Yang benar-benar khawatir akan diriku Yang menantang Anne secara terang-terangan.

"Firasat gue sih dia bakal kalah telak sih, soalnya ga mungkin kan belajar buat Kue seenak itu dalam semalam?,"tegasku yakin.
.
.
.
"Siang tante," katanya sambil jalan ber-barengan dengan Keenan.

Mereka sudah berada di depan bibir pintu masuk. Tapi sepertinya aku Tak melihat Hal yang mencurigakan dari Anne.

Dia sangat tenang-dan itu membuatku Takut akan rencana liciknya.
.
.
.
Semua berjalan baik-baik saja, mungkinkah Anne benar-benar tahu membuat kue? Ataukah-

Yang jelas aku tak ingin berpikiran negatif sekarang.

"Bin, tolong ambil cokelat lelehannya dong di samping kulkas, hehe," pintanya.

Dengan langkah Yang hati-hati aku mengambil sarung tangan Dan mengangkat ya.

Aku berjalan perlahan dengan lelehan cokelat Yang masih sangat panas itu,

"Untuk apa lelehan cokelat ini?," Gumamku dalam hati.

Saat aku hendak menaruhnya persis disamping Anne tiba-tiba saja-

"AHHH... TAngAn gUAA... MElEpUh-," teriak Anne dengan sangat kencang sehingga mengejutkanku Dan Bunda Yang berada di dapur bersamanya.

Dengan cepat aku menarik tanganya Yang tadi dia katakan melepuh itu,

Itu benar-benar lepuhan Yang sangat parah di kulitnya.

Tapi- Ada Yang aneh, mengapa Tak Ada tumpahan cokelat sedikitpun?-

"Anne, Gua bener-bener minta maaf . Gua g-ga s-sengaja tadi itu co-," hentiku ketika Keenan datang Dan menghampiri Anne Yang terlihat sangat kesakitan.

"Bintang LO ApA ApAAn sih?!!," Bentaknya keras Yang langsung membuatku shock.

"Kamu Apa-Apaan Ken!!. Bintang ga sengaja, dia juga udah Minta maaf sama Anne!!," Teriak mama Yang membuat suasana Menjadi hening.

Keenan melihat ke tangan pacarnya itu Dan seketika melihat kearahku.

"Lo sengaja Kan?!," Bentak Keenan.

"A-ap-a?, " Kataku karena masih syok dengan APA Yang barusan terjadi.

"Gua Tau lo gasuka sama Anne makanya lo ngelakuin ini Kan,?," Katanya dengan raut wajah Yang belum pernah kulihat sebelumnya.

"Gua ga nyangka, ternyata lo ular beludaknya selama ini!!," teriaknya Dan seketika dihentikan oleh Bunda.

"UdAh, StOp! Kamu masuk kamar, Obatin dia!!," Bentak Bunda kepada Keenan.

Tanpa kusadari aku melihat kedua tanganku Yang telah terlumuri cokelat panas sedari tadi,

Aku bahkan Tak merasakannya sedikit pun karena bentakan Keenan.
.
.
.
Aku terdiam hening ketika Ayah datang dengan wajah terkejutnya melihat kedua tangan ku Yang memarah.

Bunda Yang berada didepanku sedang mengobatiku terlihat sangat kecewa, sedih Dan marah Yang bercampur aduk.

"Aku gapapa bunda, Paling lukanya Juga bakal semb-," kataku Yang langsung terhenti melihat Bunda menahan air matanya.

Aku Tak tega melihatnya seperti ini,-

Aku berusaha menahan sakit hatiku di depan mereka semua.

Terutama Keenan.,
Aku Tak pernah tersinggung dengan kata-katanya sebelumnya. Tapi, mendengar dia mengatakan aku ular beludak membuatku sangat geram Dan sakit Hati.

Aku terdiam dengan perban Yang dilapisi di tangan kananku. Ya lepuhannya cukup parah.

Aku Dapat merasakan kemarahannya tadi. Dia terlihat begitu sangat marah.

Aku sangat membencinya sekarang ini,-

Aku mengakui kesalahanku karena Tak hati-hati.

Tapi kata-kata Keenan tadi benar-benar membuat nafasku berat,-

Air mataku tiba-tiba saja Jatuh Dan diikuti oleh air mata Yang sudah tertahan sedari tadi.

" Aku sangat membencinya, Sialan!," Geramku dengan tangis Yang terus bercucuran dari liang mataku.

He is My Enemy!(✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang