Part 12

1.9K 195 11
                                    

Aku merasa sedikit di-asingkan dan diacuhkan oleh Keenan.

Dia Tak pernah lagi mengejekku seperti Yang biasa dia lakukan.

Dia sekarang lebih memilih keluar malam bersama teman-temannya.

Itu membuatku sangat bersalah setelah Hal yang terjadi pada Anne.

Bunda mengerti dengan keadaan kami berdua Dan berusaha untuk membuat kami akur kembali. Namun, itu benar' sia-sia.

Tanpa keberadaan dirinya belakangan ini, aku sering Tak fokus Dan Tak tahu harus berbuat apa.
.
.
.
Pagi ini aku Tak sengaja berpapasan dengannya di tangga,

Dia bahkan Tak menengok-ku sedikitpun, dia memasang wajah Tak pedulinya saat berpapasan,

Aku muak dengan keadaan seperti ini,-

Aku ingin Keenan Yang dulu,-

Dengan cepat sebelum dia melewatiku, aku meraih tangannya. Lantas membuatnya berbalik ke arahku dengan tatapan Yang begitu santai, Dan benar-benar Tak peduli.

" Gua ngerti lo marah sama Gua. Kalo lo mau marah, marah aja sama Gua. Jangan diemin Gua kayak orang bego ke gini, sial!," Kataku dengan wajah Yang benar' ingin meminta kejelasannya saat ini.

" Lo ga capek drama ke gini?," Tanyanya dengan nada Yang datar Yang sontak membuatku sangat geram Dan kaget.

Aku masih terdiam mendengar pertanyaannya itu.

" Lo berlagak kayak orang yang Paling tersakiti aja, Gua udah muak. Gua Tau lo benci sama Gua. Jadi jangan akting lagi!," Tambahnya membuat ku sontak meneteskan air Mata Dan menggigit bibirku kuat.

Aku melepaskan tangannya seketika.

Dia berjalan ke atas tanpa menengok ke arahku.

Apakah dia berpikir bahwa aku benar-benar membencinya? Apa maksudnya?!

Aku langsung terjatuh karena Tak kuat berdiri setelah mendengarnya.

***

Di ruang obrolan privasi, Keenan Tak membalas pertanyaanku sedari tadi.

Aku bertanya apakah dia Akan turun ke bawah untuk latihan atau tidak. Dia meninggalkanku membisu dalam chat.

Tanpa pikir panjang aku langsung pergi kebawah bersiap untuk latihan.

" Keenan dimana, bin?," Tanya Anne Yang langsung menyambutku di bawah.

" Dia kayaknya lagi tidur," jawabku singkat.

Bunda menyuruhku untuk membangunkannya. Namun, Anne menawarkan diri ke- atas Dan diiyakan oleh Bunda.

Dia turun bersama Anne dengan wajah Yang begitu datar. Anne berhasil membangunkannya.

Aku seketika mengingat diriku Yang selalu membangunkannya dari tidur.

Aku merasa sedikit kecewa, Namun Tak apa,-
.
.
.
.
" Ayo Kita mulai latihannya," ajak bunda.

Kami berlatih beberapa Hal dasar seperti intonasi Dan mimik serta gerakan.

Sebelum berlatih, Bunda memanggilku untuk membantu Bunda mencontohkan sebuah dialog disitu.

Aku berdiri di depan Dan menunggu aba-aba Bunda, Namun. Bunda memanggil Keenan juga ke depan untuk menemaniku.

Aku merasa sangat canggung,-

Awalnya dia menolak. Namun, karena melihat Anne menyuruhnya diapun maju Dan berdiri lumayan jauh dari posisiku.

" Berdirinya jangan jauh-jauh, dekat sini Keenan!," Ujar Bunda Yang sontak membuatnya menghela napas.

He is My Enemy!(✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang