Part 14

1.9K 198 1
                                    

Jemariku tertutup perban Dan diberi beberapa penopang disana.

Bunda ingin sekali memberitahukan Bapak Dan mama-ku di kampung.

Aku Tak mau mereka Menjadi khawatir Dan Jatuh sakit karena kepikiran atas diriku, maka aku meminta Bunda agar tidak memberitahu mereka.

Awalnya Bunda menolak. Namun, setelah aku memohon, Bunda mengiyakan permintaanku itu.

***

Bunda bercerita bahwa beberapa Kali Keenan masuk kedalam kamar-ku ketika aku sedang tertidur untuk mengecek keadaanku.

Apakah dia benar-benar peduli? Ataukah dia hanya melihatku sebagai manusia Tak berdaya Yang perlu dibantu?

Aku berjalan keluar sebelum sebuah tangan menarik lenganku pelan.

" Jemari lo gimana?," Tanya Keenan setelah hampir Tak pernah berbicara dengan ku.

Jadi, dia hanya peduli ketika aku terluka?

Benarkah? Dasar sialan-

" Lo gausah nanya. Dan lepasin gue," bentakku Yang awalnya membuat dia sedikit tersentak.

" Lo jawab dulu!," Bentak nya balik.

" Gue udah bilang gausah nanya. Gue benci ketika lu Yang nanya keadaan gue. Puas?," Kataku dengan penuh amarah Dan membuang tangan nya Yang sedang meraih tanganku itu.

Aku berjalan dengan air Mata Yang kini keluar lagi. Bisakah kau berhenti?-

Dia membeku di tempatnya itu.

Aku hanya Tak ingin dia melihatku menangis Dan terlihat lemah di hadapannya.

Maafin gue, Keenan.
.
.
.
.
Sedari pagi sekali kami bangun Dan bergegas untuk melakukan gladi bersih pementasan drama kami.

Bunda Dan Ayah membantu kami mengangkut beberapa barang kedalam mobil.

Ayah Dan Bunda Akan turut menonton perlombaan drama kami itu.

Aku telah mengenakan kostum prajuritku sedari tadi. Bunda sempat mengatakan bahwa aku sebenarnya cocok Menjadi Prabu Jaya, Namun apa boleh buat, Prabu Jaya harus melakukan beberapa aksi adegan perkelahian jadi aku menolaknya.

Aku melihat Ayah Dan Bunda mengisyaratkanku untuk memanggil Keenan di dalam Yang tengah bersiap.

Bunda memberikan kami sedikit riasan agar wajah kami terlihat begitu Berwibawa.

Aku berjalan perlahan kedalam rumah Dan hendak memanggil dirinya.

" Dag,"

" Dug"

" Dag," bunyi detakan jantung ku Yang memompa dengan cepat.

Dia benar-benar terlihat seperti seorang Pangeran Kerajaan. Dia benar-benar sangat Tampan Dan Berwibawa.

Dengan Kostum pangeran seperti itu bisa saja membuat Jantungku meledak hanya dengan melihatnya.

Aku benar' Dapat merasakan aura Pangeran dari dalam dirinya. Rambutnya disisir keatas dengan bibir Yang agak pink pucat membuatnya sempurna dengan Mata Yang begitu elegan.

" C-ce-cepetan. Yang lain udah tunggu di m-mobil," kataku Yang langsung kembali ke Mobil.

Dia berjalan perlahan Dan duduk tepat di sampingku dengan wajahnya ia palingkan ke sisi jendela Mobil.

Wajahnya begitu Tak tenang, gugup Dan ya dia benar-benar kehilangan percaya diri Dan aku bisa melihatnya dari ekspresinya.

Aku memberanikan diribmemegang tangannya, sekedar menyemangatinya.

He is My Enemy!(✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang