part 21

1.9K 192 4
                                    

Aku sudah diperbolehkan Pulang rumah dengan beberapa resep obat pereda nyeri untuk beberapa Luka lecetku.

Aku di-antar Ayah Dan Bunda ke Rumah.

Mereka mengantarku ke kamarku Dan memberi sambutan Pulang Rumah.

Aku Tak menemukan sosok Keenan,-

Bunda berkata bahwa Keenan sedang Keluar sebentar.

Aku menjadi sedikit legah Dan teringat akan hadiah Yang Akan kuberikan Ke Keenan kemarin.

Apakah ini terlambat? Tidak. Tidak Ada kata terlambat untuk sesuatu Yang tulus.

Setelah mereka keluar. Aku perlahan keluar dari kamar membawa hadiah Yang telah kuhias seindah mungkin itu.

Aku berjalan perlahan Dan langsung menuju ke kamar Keenan.

Saat aku hendak masuk ke kamarnya, aku tersentak ketika melihat Keenan datang dari arah lain.

" Bintang. Lo ngapain disitu?," Tanya Keenan Yang membuatku menoleh ke arahnya Dan dengan cepat menyembunyikan hadiah Yang ingin kuberikan padanya itu.

" I-itu.. A-anu," kataku sedikit terbata-bata karena bingung harus menjawab apa.

Aku meyakinkan diriku Dan akhirnya memutuskan untuk memberikannya hadiah secara langsung.

Aku tertunduk malu Dan memberinya Hadiah itu.

Ia segera menerimanya Dan melihat secarik kertas Yang kulihat. Dan kini ia tersenyum hangat melihat kalimat kalimat itu.

Senyumnya benar-benar memberikan Kehangatan sehingga tanpa Sadar aku memeluknya.

Aku Dapat merasakan pinggang kecil Dan punggungnya Yang begitu Sempurna Dapat kurasakan lewat jemariku Yang tengah menguncinya.

Wajahku menyentuh tubuhnya. Aku merasakan Kehangatan seorang Keenan Yang dengan cepat membuatku tanpa Sadar meneteskan beberapa air Mata bahagia.

Awalnya dia sedikit canggung untuk membalas pelukanku. Namun, akhirnya dia memberanikan diri Dan memeluk tubuh mungilku itu. Lengan-nya yang jenjang kini memeluk tubuhku rapat.

" Lo gausah nangis. Kan sedikit lagi lo udah mau gede," ejeknya.

Aku Dapat mendengar suara berat Yang begitu nyaman masuk ke dalam gendang telingaku.

Kini Pelukan kami melonggar Dan terlepas.

" Kenapa ga ngasih kemaren?," Tanyanya setelelah melihat hadiah Yang kuberikan tadi.

" I-itu A-anu. Ehm, gue malu Aja," tundukku malu.

" Makasih ya. Btw, isinya kok kayak papan irisan jumbo ya?," Katanya hendak menyobek bungkusan hadiah.

Aku menhentikannya Dan menahan perbuatan nya itu.

" Jangan buka di depan gue dong. G-gue malu," kataku masih dalam keadaan menunduk.

" Oh gitu ya. Yaudah deh," balasnya.

Dia melayangkan pelan jemarinya Yang kini sedang bergerak pelan di atas rambutku Dan mulai mengacaknya.

Aku tersenyum Dan kini berjalan ke arah kamarku sebelum dihentikan oleh suara beratnya itu.

" Sebentar sore ikut gue ya, pakek Baju tipis aja." ujarnya.

Tanpa banyak kata aku mengangguk mengiyakan.

Dia tersenyum sebelum masuk ke kamarnya.

" Huah," hembusan nafas ku berat setelah kutahan tadi di depan Keenan.

He is My Enemy!(✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang